[5] Unexpected Love; Aneh

71 15 0
                                    

Sheila bukanlah siswi populer yang mana banyak kenalan dari setiap sudut koridor sekolah. Dia hanya akan lewat sekelebat dalam ingatan orang lain dengan julukan "Cewek Paralel". Masa SMA nya juga sangat menyenangkan selama 2 tahun terakhir, dia selalu dinobatkan dalam 3 besar ranking paralel yang memang sering diumumkan. Singkatnya Sheila adalah siswi teladan biasa yang terkenal diperbincangan para guru saja.

"Ada apa ke sini, nak?"

Seperti saat ini, karena para guru sangat tau siapa Sheila maka pertanyaan itu sudah ia dengar lima kali oleh guru yang berbeda.

"Nunggu Bu Anya, pak." Jawab Sheila sekiranya sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Saat ini gadis itu sedang duduk di sofa ruang guru sambil menunggu wali kelasnya itu. Sheila dipanggil untuk menemuinya sebelum pulang sekolah untuk membicarakan masalah tutor-menutor yang diberikan Jerdy sebelumnya.

"Sheila, sini, nak." Bu Anya datang sambil membaca tempat pensil dan buku Bahasa Indonesia yang Sheila tahu bahwa dia baru selesai mengajar. Mereka pun pergi ke sudut ruangan yang merupakan meja Bu Anya.

"Ibu tahu pasti kamu kesal, ya, harus punya tanggung jawab untuk Radja." Bu Anya tersenyum, tapi itu justru membuat Sheila semakin takut. "Keputusan sekolah untuk tidak meluluskan Radja disebabkan oleh beberapa alasan. Kalau kamu baru kenal Radja wajar kesal dengan kepribadiannya, tapi ibu pernah menjadi walinya pas dia kelas sepuluh dan dia tidak seburuk saat ini."

Sheila menyimak dengan seksama.

"Radja mampu mengikuti materi, namun dia sangat sering membolos dan tidak mengikuti ujian setelah naik kelas. Anak itu jadi sangat malas dan terlihat memberontak." Bu Anya menampakkan wajah khawatir serta kecewa. "Ibu rasa kamu pantas untuk setidaknya buat dia hadir sekolah dan ikut ujian. Ibu tidak bermaksud menyusahkan kamu, ibu malah sebaliknya percaya bahwa kamu bisa menerima tanggung jawab ini."

"Radja tadi sempat bilang kalau takut menyulitkan kamu, dia bilang gak perlu pakai tutor karena gak akan berhasil." Bu Anya sedikit tertawa. "Tapi ibu teguh dan percaya kalau kamu bisa. Ibu sepenuhnya percaya sama kamu."

Sheila menghela napas berat. Gadis itu tertunduk sambil memainkan jarinya. "Saya satu kelas sama Radja udah direncanain, ya, bu?"

Bu Anya tersenyum. Ya, begitulah, Sheila tahu bahwa ucapannya benar tanpa perlu mendengar jawabannya lagi. Tangannya terasa hangat kala sebuah tangan menangkup kedua tangan Sheila yang terlihat bimbang.

"Jerdy sudah beritahu apa hadiahnya, bukan? Ingat tujuan kamu terhadap tekad itu. Ibu percaya kamu bisa, maka kamu juga harus percaya dengan diri kamu sendiri. Setelah kamu berhasil ibu akan berusaha yang terbaik agar kamu mendapatkan beasiswa."

Sheila akhirnya tersenyum dan mengangguk putus asa. Memang dia hanya perlu menekadkan dirinya, tapi apa akan berhasil? Orang seperti Radja? Sheila sendiri ragu Radja akan mudah untuk diajak kerja sama.

Setelah selesai dengan pembicaraan itu, dengan perasaan gusar Sheila langkahkan kakinya keluar ruangan. Tasnya yang dipunggung kalah beratnya dengan beban yang sekarang memenuhi isi kepalanya.

"Oit!"

Sheila menoleh.

Orang yang benar-benar tidak ingin Sheila temui sedang berlari ke arahnya. Tanpa pikir panjang, Sheila langsung mengabaikan dan berjalan ke arah gerbang. Untungnya ruang guru berada di lantai satu.

"Hei! Tunggu, dong." Mempercepat langkahnya, Radja akhirnya mencegat jalan Sheila.

"Gimana Bu Anya? Dibatalin, kan?"

Sheila menatap Radja tajam. "Nggak."

"Lo gak bilang keberatan? Lo gak minta batalin?"

Sheila menghela napas. "Gue gak minta karena gue yakin gak bakal berhasil. Lagian, Ja, kenapa, sih, lo meski sering bolos. Kalau gak niat sekolah seenggaknya ikut ujian juga, dong. Isi absen kalaupun gak mau tahu sama materi ajarnya." Sewot Sheila.

"Kok jadi lo yang marah?" Radja menautkan kedua alisnya. "Kalau keberatan yaudah gak usah niat ngerjainnya."

Sheila mendengkus kasar. "Gue gak keberatan, gak akan keberatan kalau lo bisa bantu. Lagian ini tuh kayak fifty fifty tau."

"Apa untungnya emang buat lo?"

"Gue bakal dapat nilai tambahan dan dibantu cari beasiswa sama Bu Anya kalo berhasil bantu lo isi absen sama ikut ujian. Bonus juga kan buat lo, absen lo bakal lengkap, ujian lo gak ketunda, nilai lo ada. Tahun ini lo jadi bisa lulus, deh. Selanjutnya, ya, jadi urusan lo." Jelas Sheila semangat.

Radja tertawa rendah. "Segitu penting, ya, nilai buat lo?"

Sheila mengangguk, "semasih nilai itu berpengaruh sama masa depan gue, sangat sangat penting."

Radja mendengarnya hanya membalas dengan anggukan kepala. Gadis di depannya rasa percakapan mereka berakhir, sehingga langsung berjalan melewati Radja tanpa pamit.

"Mau kemana?" Cegat Radja kembali.

"Mau pulang."

Radja menoleh sedikit ke belakang, tepatnya matanya menatap gerbang sekolah yang masih terdapat beberapa murid di sana. "Gue anter, ya."

Menggeleng kuat-kuat. "Gak perlu." Ujar Sheila.

"Gue anter aja."

"Gak usah, Ja." Sheila menyilangkan tangannya membentuk X besar. "Gue mau mampir gramed."

"Gue ikut."

Lagi-lagi Sheila menggeleng. Frustasi dengan keteguhan Radja. Bagaimana cara mencegahnya? "Gak."

"Lo kan tutor gue, nah sekarang ini waktu yang tepat."

Sheila memegang kepalanya frustasi. "Jangan, gue gak mau diganggu dulu. Please."

"Tapi, Shel,"

"Bang!"

Radja menoleh. "Oit!"

Orang yang memanggil itu anak ekskul futsal yang diikuti Radja. Orang itu memberikan isyarat seperti mengajak untuk memulai latihan. Melihat itu Radja mengangguk.

"Sayang, kan?"

Sheila menautkan alis bingung.

"Lain kesempatan gue bakal anter ke gramed." Kemudian Radja pergi dengan melemparkan hormat dengan dua jarinya. "See, you."

Akhirnya Radja menghilang dari pandangan dan membaur dengan anak futsal yang lain. Sisi dalam diri Sheila bersyukur, kemudian dia melanjutkan berjalan ke gerbang.

Selama menuju gerbang, Sheila bergumam kecil, "siapa juga yang mau dianter. Aneh."

-[...]

]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unexpected Love | Lee JooyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang