"Ngapain ke sini?"
Sambil membuka penjepit helmnya, Sheila bertanya kebingungan. Saat di parkiran seperti janjinya pada Radja, gadis itu langsung diajak pergi dengan motornya ke suatu tempat yang Sheila tidak tahu ke mana. Selama perjalanan pun ia dibuat kebingungan oleh daerah-daerah yang dirasa familiar.
Radja tanpa izin merebut helm yang digenggam Sheila untuk ditaruh di jok motor. "Ikut aja dulu."
Ya, ikut sih, ikut. Tapi masa iya rumah sakit? Batin Sheila.
"Siapa yang sakit?" Tanya Sheila saat memasuki koridor rumah sakit. Terlihat juga beberapa perawat menyapa Radja dengan ramah. Bukannya menjawab, lelaki itu justru melirik sekilas ke arah Sheila sambil tersenyum kecil.
Ny. Shirena Mayudia.
Tertera nama tersebut pada papan yang tertempel di dinding samping pintu dengan tulisan 'Mutiara IV'. Radja membukanya sedetik setelah mengetuk sebanyak tiga kali.
Sheila ragu, enggan untuk memasuki kamar inap tersebut. Terbengong beberapa saat sambil mengintip ruangan yang terdapat seorang wanita paruh baya dengan pakaian pasien sedang terduduk lemah di atas kasur.
Melihat Sheila yang terdiam, membuat Radja berbalik dan menarik tangan Sheila. Membawanya masuk hingga kemudian menutup pintu kamar. Sedangkan yang digenggam sontak terdiam. Kaget dan bingung dengan aksi Radja. Bagaimana tidak? Bahkan saat menghampiri kasur sang pasien tangan itu tidak lepas dari pergelangan tangan Sheila.
"Mama Radja datang." Ujar Radja, sambil melepas genggamannya pada Sheila dan beralih menggenggam tangan wanita itu erat. Radja berdiri tepat di samping ranjang, wajahnya tersenyum menyalurkan kebahagian bagi siapa pun yang melihat. Begitu pun dengan Sheila, tanpa sadar jantungnya berdegup lebih kencang saat matanya menatap manik mata milik Radja.
"Shel!" Panggil Radja sedikit keras hingga membuat Sheila terlonjak kaget. "Kok bengong, kenalin ini nyokap gue."
Setelah sadar dengan sang pasien yang tersenyum kepadanya, Sheila mengangguk sopan. Senyum termanis ia berikan untuk membangun kesan utama. "Sheila, Tante."
"Namanya cantik sekali, mirip dengan nama mama." Ucap Shiren ramah dengan suara paraunya. "Wajahnya juga cantik, ya,"
Dipuji seperti itu tentu saja membuat Sheila malu hingga merasa pipinya memanas. "Terimakasih, Tante."
"Kamu tutor Radja, kan, ya?" Tanya Shiren yang mendapat anggukan dari Sheila. "Radja sering cerita tentang kamu. Tapi ternyata yang diceritain kalah cantiknya kalau ketemu langsung."
Radja melengos ke arah sofa yang ada di pojok kamar. "Mama apaan, sih, aku gak cerita begitu."
Shiren tertawa kecil melihat reaksi anaknya. "Duduk sini, nak." Ucap Shiren pada Sheila, menunjuk kursi yang ada di sebelah ranjang--mempersilakan Sheila untuk duduk.
"Kalau Radja malas atau susah diatur kamu boleh pukul dia, kok. Telinganya jewer juga nggak apa-apa. Anaknya memang susah." Nasihat Shiren.
"Ma...." Cegah Radja yang sibuk menatap ponselnya, walau sebenarnya curi-curi pandang ke arah Sheila yang terlihat sungkan.
Shiren kembali membuka topik yang tidak jauh dari memuji betapa cantiknya paras dan hebatnya Sheila. Seperti saat memuji peringkat paralelnya, menjadi tutor sebaya, berhasil membuat Radja rajin belajar, wanita itu tidak ada habisnya dalam kata memuji.
Perbincangan keduanya berlangsung lama dengan Radja yang sesekali menimpali. Kamar juga menjadi lebih hangat. Sampai seorang perawat memasuki kamar dengn membawa beberapa obat di nampan silvernya. Perawat itu tampak menyadari perbedaan suasana di dalam kamar, ia tersenyum ke arah Shiren dengan tampak bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love | Lee Jooyeon
FanficSheila pikir kehidupan SMA nya akan baik-baik saja, mulus, dan berjalan sesuai rencananya. Namun sayangnya tidak, sejak kehadiran Radja-kakak kelas yang gagal lulus-kehidupan sekolahnya berubah 180 derajat. Lelaki itu membuat rencana hidupnya hancur...