Sudah cukup harinya menjadi buruk akibat tugas sekolah yang mana selalu dia dan Radja berada di kelompok yang sama. Dia tahu tugasnya sebagai tutor adalah membantu tugas serta kehadiran sekolahnya, namun ini menyiksa bagi Sheila. Sheila rasa kerugian berada dipihaknya bukan Radja.
Di parkiran depan Sheila memarkirkan motornya--yang bergantian dengan ibunya, bersiap untuk pulang selagi hari belum semakin sore.
"Shel," panggil seseorang.
Sheila menoleh dengan helm yang baru saja dia pasang ke kepalanya. "Iya?"
Seorang perempuan dengan postuh tubuh mungil itu menyerahkan buku kepada Sheila. Sheila kenal orang ini, dia anak IPA 1. Tapi ada apa? Dia tidak begitu akrab.
"Ini punya lo. Kak Radja titip untuk kasih ke lo."
Buku dengan sampul cokelat dan plastik itu terdapat label namanya. Sheila yakin itu adalah catatan Kimia-nya yang Radja pinjam kemarin lusa. "Oh, ya, makasih, ya."
"Sama-sama." Gadis itu tersenyum sebelum akhirnya berbalik badan kembali masuk ke sekolah.
Sheila memasukan bukunya ke dalam tas ranselnya sebelum akhirnya melanjutkan aktivitas. Dipikiran Sheila terdapat pertanyaan, kenapa tidak Radja saja yang balikin sendiri? Padahal sedari tadi di kelas dia masuk. Di kantin tadi juga berpapasan.
Segera ditepis semua pikirannya mengenai Radja. Dengan segera gadis itu melajukan motornya keluar gerbang menuju rumah yang berjarak tidak terlalu jauh. Tidak lama berselang gadis itu berpapasan dengan Radja tepat di gerbang utama sekolah, namun Radja melewatinya begitu saja.
Lelaki itu dengan helm yang terggenggam di tangan kanannya, wajahnya sangat serius. Tatapannya lurus ke depan menyiratkan perasaan khawatir.
Kenapa dia?
—
Seperti malam biasanya, Sheila selalu berkutat dengan soal-soal. Tidak sekalipun dia biarkan seseorang menganggu konsentrasi belajarnya bahkan barang satu menit pun. Namun saat ini Sheila benar-benar kesal, pasalnya ponsel yang dari tadi dijadikan alarm belajar berbunyi berkali-kali. Hal itu membuat dia jadi kehilangan konsentrasi dan sulit memecahkan soal dengan benar.
"Siapa, sih?!" Lelahnya saat setelah menjawab setengah dari 50 soal saintek di lembarnya. Tangannya dengan kasar meraih ponsel dan mengecek notifikasi.
Nomor tidak dikenal. Tapi bukan itu yang membuatnya kaget, melainkan isi pesannya.
08xxxxx..: shel, bukunya udah gue balikin, ya.
08xxxxx..: untuk tugas matmin mau ngerjain kapan? Gue nanya gini supaya bisa cocokin sama jadwal gue.
08xxxxx..: karena gue juga sibuk.
08xxxxx..: tugas yang bareng anak lain juga mau gimana? Gue udah tanya ke Andi tapi dia bilang terserah gue, ya gue mah terserah lo.
08xxxxx..: lo kan tutor gue.
08xxxxx..: sepi amat. Lo udah tidur, shel?
08xxxxx..: jam 8 tidur? Gilaaaaaa."Ya ampun ini orang dapat nomor gue dari siapa?" Keluh Sheila frustasi. Jajaran pesan itu benar-benar menganggu sekali. Tidak bisakah tanya di sekolah saja?
Sheila mengusap wajahnya lelah. Sebelum akhirnya mengetik balasan di sana.
Bisa besok aja gak ngomongin tugasnya?
08xxxxx..: gue kira lo suka kalo ngomongin tugas lebih awal.
08xxxxx..: save nomor gue, dong.Iya
08xxxxx..: gue udah ingetin tugasnya. Kalo mau ngerjain bilang, jangan dadakan. Karena gue bukan tahu bulat.
08xxxxx..: hahahhaha.Anak ini,...
Iya, Ja
Radja: oke. Selamat istirahat, shel.
Arrgghh... Sheila ingin sekali marah.
Lelaki seperti Radja memang harus cepat disingkirkan, jika memang tidak ingin hidupnya lebih berantakan dari ini. Sheila bahkan sudah mengganti post it nya--yang bertuliskan rencana ia untuk mengejar materi ajar di kelas 12--dan menambahkan beberapa post it yang terdapat nama 'Radja' pada beberapa kertas itu.
Bantu Radja sampai lulus.
+Tambahan nilai dari Bu Anya
+Dibantu cari beasiswa PTN (UI)Cegah penambahan poin pelanggaran Radja. Kalau sampai mentok bisa-bisa dia diDO.
-[...]
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love | Lee Jooyeon
Fiksi PenggemarSheila pikir kehidupan SMA nya akan baik-baik saja, mulus, dan berjalan sesuai rencananya. Namun sayangnya tidak, sejak kehadiran Radja-kakak kelas yang gagal lulus-kehidupan sekolahnya berubah 180 derajat. Lelaki itu membuat rencana hidupnya hancur...