Dengan berlembar-lembar kertas dan alat tulis lainnya di atas meja, Sheila memulai pengerjaan tugas yang harus selesai pekan depan. Gadis itu sedang berada di perpustakaan, di meja paling belakang untuk menghindari siswa lain yang berkunjung.
"Halo~~" lirih seseorang, yang membuat Sheila sontak terkejut dan mendongakkan kepala untuk melihat si pelaku.
"Radja!" Sheila mengelus dadanya yang berdetak cepat sebab kaget. Takut kalau-kalau yang dia dengar itu hantu. "Ngagetin aja."
Radja cengengesan. Senyuman khasnya terpancar membuat Sheila terdiam cukup lama sambil memandang lelaki itu.
Hari ini Sheila bertekad untuk mengerjakan tugasnya kelompoknya dengan Radja. Sheila juga ingin membantu anak itu dengan beberapa tugas individu yang mungkin saja Radja tidak mengerti. Sejak kejadian hari itu, Sheila menjadi ingin lebih baik kepada Radja.
"Makanya jangan serius-serius banget." Ucap Radja yang telah duduk di depan Sheila. Kemudian hanya dibalas dengan putaran bola mata dengan si gadis.
"Tadi gue udah ambil buku-buku buat cari jawaban tugas kita. Nanti lo yang tulis, gue cari jawaban. Tulisannya yang rapi." Ujar Sheila sambil menunjukkan beberapa buku biologi hasil pencariannya di perpustakaan sebelum Radja datang.
"Siap!" Jawab Radja sambil mengeluarkan buku dan bolpoinnya dari dalam saku celana belakang.
"Oh, ya, untuk tugas individu ada yang mau lo tanyain?"
Radja menggeleng. "Kita mau ngerjain tugas kelompok 'kan?"
"Iyaa. Tapi gue mau tau udah sampai mana lo paham materi ajar yang dikasi guru." Ujar Sheila.
Radja mengedarkan pandangannya. "Gue udah paham, kok, gak perlu lah bantuin tugas gue. Kita fokus ke tugas kelompok bio aja."
Sheila jengah sekali. Gadis itu ingin rasanya menjitak Radja. "Sini buku lo." Titah Sheila sambil mengulurkan tangan meminta.
Radja yang dengan percaya dirinya langsung memberikan buku yang sudah tergulung--sebab ditaruh dalam saku celana--lusuh itu.
Diraihnya buku itu dan membuka tiap lembaran-lembaran yang terisi oleh banyaknya materi ajar. Tulisannya cukup rapi, namun yang menganggu Sheila ialah isinya. Buku ini diisi oleh banyak catatan dari mata pelajaran yang berbeda. Di bagian paling belakang juga terdapat coretan matematika dan fisika. Sebenarnya ini buku apa?
Juga yang membuat Sheila semakin kesal adalah terdapat fotocopy-an catatan Kimia-nya yang dipinjam Radja pekan lalu. Bukannya menyalin, lelaki itu malah memfotokopinya.
"Ini buku apa?"
"Catatan." Jawab Radja singkat.
"Dicampur?"
Radja memasang wajah santai dengan mata yang bergerak kebingungan. "Ya, iya, emang kenapa?"
"Mulai besok gue mau catatan dipisah per-mata pelajaran. Biar gak pusing." Perintah Sheila, sambil menutup buku milik Radja.
"Nggak, ah. Berat, Shel."
Sheila mendengkus kesal. "Gue tutor lo, gue mau mulai sekarang catatan lo harus rapi. Lo tahu kan kalo akhir semester catatan selalu di periksa? Kalo catatan lo campuran gini bakal susah diperiksa."
"Tapi berat, Shel. Lagian yang penting itu bukan jumlah bukunya, tapi ilmu yang masuk ke otak." Ujar Radja sambil menunjuk-tunjuk kepalanya dengan jari.
Astaga....
"Jadi lo gak mau berat-beratin tas?" Tanya Sheila yang membuat Radja mengangguk cepat. Lelaki itu sambil menunjukkan wajah sok polos membuat Sheila ingin segera memberikan satu tinjuan di sana. "Buku tugas lo juga satu doang?"
Radja mengangguk lagi.
"Okay, dengerin, ya, Ja. Gue mau memulai tutor dengan cara ini. Sebagai tutor, gue mau lo punya catatan yang rapi, supaya lo bisa enak belajar. Supaya kita bisa sama-sama enak untuk belajar." Jelas Sheila, kemudian melepaskan napasnya yang terengah. "Semisal gue mau cek catatan atau tugas lo, kalau bukunya dijadiin satu bakal susah untuk periksanya. Coba bayangin kalau bukunya lagi ada di guru, belum dibalikin." Sheila terus mengoceh tanpa sadar bahwa mereka sedang berada di perpustakaan.
Radja yang melihat itu hanya menahan senyuman, membiarkan Sheila mengeluarkan seluruh kekesalannya. Walaupun kalimat itu sekelebat saja, seperti masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
"Radja!"
"Ssttt....!" Desis siswa lain yang sepertinya terganggu dengan suara panggilan Sheila itu. Sheila tidak salah, Radja lah yang salah. Panjang-lebar Sheila berbicara namun tidak mendapat respon dari lelaki di hadapannya. Sontak gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Merasa menyesal sendiri.
Berbanding terbalik dengan Radja, lelaki itu malah tengah mati-matian menahan tawanya agar tidak terlepas. Dengan perut yang dipegangi seperti menahan nyeri.
"Udah, ah, ayo mulai. Gara-gara lo, sih."
Perlahan tawanya sudah dapat diminimalisir. "Iya, oke-oke. Besok gue bakal bawa buku banyak deh. Satu pack."
"Enggak, Ja. Bawa sesuai mata pelajarannya. Tapi buku catatannya dipisah, latihan juga." Jelas Sheila. Rasanya penjelasan panjang ini membuat mulut Sheila berbusa "Satu lagi, gue gak mau lo fotokopi catatan. Catatan, ya, harusnya dicatat, bukan dicopy."
"Iya, Sheilaa..."
Berakhir sudah perdebatan mereka mengenai masalah buku catatan. Mereka mulai tujuan utama mereka berada di perpustakaan, yakni mengerjakan tugas. Sheila dengan telaten mencari beberapa sumber dari buku-buku sedangkan Radja membantu menyalinnya dalam lembar jawaban yang mereka miliki. Mereka sangat serius hingga bel masuk menginterupsi keduanya.
—[...]
Si Ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love | Lee Jooyeon
FanfictionSheila pikir kehidupan SMA nya akan baik-baik saja, mulus, dan berjalan sesuai rencananya. Namun sayangnya tidak, sejak kehadiran Radja-kakak kelas yang gagal lulus-kehidupan sekolahnya berubah 180 derajat. Lelaki itu membuat rencana hidupnya hancur...