24

939 106 3
                                    

Tap, tap, tap.
Jari telunjuk Meen menghentak-hentak meja seraya mendengar penjelasan Pawat tentang kejadian kemarin.

"Jadi begitu!" Respon Meen datar, setelahnya hanya ada keheningan diantara mereka.

Meen sedang berpikir mempertimbangkan segala sesuatunya, siapa tahu mereka masih menyekap Perth makanya sampai sekarang dia tidak bisa menemukan Perth. Yah itulah yang Meen pikirkan.

"Bertindaklah seolah-olah kita Masih mencari mereka dan kirimkan mata-mata kedalam kelompok mereka!" Perintah Meen ikut bermain halus tuk mengikuti permainan mereka.

"Lalu bagaimana dengan mata-mata yang mereka kirimkan kedalam kelompok kita?" Tanya Pawat lugas.

"Biarkan saja, buat dia berpikir kalau kita belum tahu tentang dia. Dan juga, perintahkan kepada yang lainnya juga untuk mencari mata-mata di setiap kelompok!"

"Dan juga, tingkatkan keamanan!" Sambung Meen tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi.

"Siap ketua!" Respon Pawat segera mengundurkan diri, dia sudah horor berada lama-lama satu ruangan dengan Meen mengingat saat ini Meen ingin mencabik-cabik seseorang untuk melampiaskan amarahnya.

Sekarang tinggallah Meen seorang diri di sini, kilat matanya seperti mau membakar seseorang.

Dia tidak menyangka ternyata dugaannya selama ini benar, sekarang tinggal mengumpulkan bukti untuk membunuhnya di depan para tetua.

Dalam kelompok mereka, hukum pemerintah tidak berfungsi, bahkan pemerintah tidak bisa ikut campur dalam dunia underground. Pemerintah memberi mereka wewenang tinggi untuk mengurus masalah mereka sendiri dengan cara mereka sendiri, tapi jika hal itu sudah merugikan negara bahkan rakyat biasa baru pemerintah ikut campur.

Pada intinya ada dinding tak terlihat yang membentengi antara hitam dan putih. Benteng tak kasat mata yang selalu di jaga tanpa ada yang berniat melewati batas sebab jika kedua dunia digabung, mungkin akan terjadi kekacauan sebab tak semua manusia bisa menerima hitam.

⏩⏩

Perth duduk dengan pelan, karena tadi dia BAB, sudah beberapa hari ini BABnya tidak lancar. Sehingga begitu keluar, anusnya perih.

"Apa kamu tahu, penjagaan di tingkatkan gara-gara kejadian kemarin?" Kata Weera sukses membuat Perth kaget, gimana tidak kaget, dia baru duduk dan tiba-tiba saja Weera datang dan langsung bicara.

"Bahkan penjagaan pintu masuk pun berkali-kali lipat dari sebelumnya!" Sambung Jan, ternyata Weera datang bersama Jan.

"Tapi bukan itu yang bikin heboh, melainkan kisah cinta Presdir!" Tambah Jan antusias tuk membuka cerita perihal Meen.

"Memangnya seperti apa kisah cinta Presdir?" Perth mencoba ikut obrolan sekalipun dia tidak tertarik, dia hanya mencoba tuk bersosialisasi dengan kedua teman barunya.

"Ternyata tuan Presdir sudah pernah punya Omega, tapi sudah meninggal!" Cerita Jan kini kembali menyendok makanannya.

"Benarkah? Pria seperti Presdir punya Omega? Omega bodoh mana yang mau menjadi Omega Presdir dingin kejam tak berhati itu! Ganteng sih, tapi tetap saja akhlaknya minus. Terus dia pikir dia saja Alpha kaya raya seperti dirinya, dia bagaikan katak dalam tempurung! Dan sampai sekarang aku masih tidak paham kenapa dia di rebutin oleh banyak orang, bahkan bela-belain nurunin harga diri cuman buat menarik perhatiannya! Andaikan mereka tahu seberapa dajjalnya Presdir..." Ujar Perth panjang lebar dan jangan lupakan mimik wajah kesalnya.

Jan dan Weera tidak merespon karena ada sosok Meen di belakang Perth yang sudah memancarkan aura menakutkan.

Jan dan Weera sudah menelan ludah, dan secara perlahan-lahan mereka pun berdiri dan menjauh dari tempat duduk mereka sekarang. Mereka masih membutuhkan pekerjaan ini kelangsungan hidup mereka.

Mendekatlah, Dan Peluk Aku! - The End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang