"Baku hatam lagi?" Pemuda bermarga Park itu mengangguk lesu. Ia sama sekali tak berminat menanggapi omelan sang kekasih di depannya itu.
"Berapa kali sudah kubilang, berhenti membuat masalah. Aku takut kamu kenapa-napa," omel si yang lebih tua sambil mengeluarkan kapas serta obat luka untuk membersihkan luka di pipi Jeongwoo. Sementara yang sedang diobati hanya meringis menahan perih ketika cairan itu menembus kulit.
Haruto sebenarnya sudah lelah menasihati pacarnya ini. Puluhan bahkan mungkin ratusan kali ia mengatakan hal yang sama pada Park Jeongwoo. Tetap saja, setidaknya seminggu sekali, anak ini akan memanggilnya ke UKS dan meminta Haruto mengobati memar di pipinya.
Sebagai ketua seksi ketertiban, ia sangat benci orang yang selalu membuat masalah di sekolah karena pada akhirnya ia juga yang kena ceramah sang guru BK. Sayangnya, si pembuat masalah yang sekarang sedang duduk didepannya tanpa merasa bersalah ini adalah orang yang paling ia cintai. Park Jeongwoo. "Jeongwoo, please. Dengerin aku bisa?"
Melihat anak di depannya bersikap tak acuh seperti biasa membuat Haruto ingin marah. Tapi mana bisa.
Sedang, Jeongwoo yang melihat Haruto kesal ingin tertawa dalam hati. Kemudian ia memasang puppy eyes dan berkata dengan suara yang dibuat imut.
"Maaf....hehe." Jeongwoo memegang tangan Haruto, meminta maaf seperti yang terakhir kali ia lakukan.
Dan seperti sebelum- sebelumnya, Haruto hanya menghela nafas dan mengusak rambut Jeongwoo gemas.
Tangannya kembali sibuk membersihkan memar hasil karya entah siapa.
"Baku hantam sama siapa tadi?"
"Junghwan."
"Junghwan? So Junghwan? anak kelas 1?"
Jeongwoo mengangguk. Haruto menghela nafas kasar.
"Dasar, ngapain buat masalah sama anak kelas 1?"
Jeongwoo berdecak. Ia tidak suka ketika Haruto selalu menilai kalau ia yang membuat masalah. Padahal kan memang bener.
"Kok kamu selalu belain orang lain sih? Harusnya tuh kamu tanya, dia buat masalah apa sama ak- Ssshh pelan- pelan heiii," pekik Jeongwoo saat Haruto menekan dengan kuat di memarnya. Tanda untuk menyuruhnya diam. Jeongwoo kesal. Tapi dia memang salah sih.
