18.Ending Masa Lalu

47 24 11
                                    

     Mungkin kali ini Rhaka harus benar-benar memberikan waktu untuk Shasya bisa tenang, ia pergi dari rumah tersebut tanpa bisa ia berpikir apakah yang dia lakukan sebegitu fatal bagi Shasya(?).

     "Sya lo kemana aja?". Bergegas Kila menghampiri Shasya yang baru saja masuk kamar.

     Tak ada lagi energi untuk Shasya. Pecicilan, cerewet, berisik, kini sudah tidak ada lagi. " Gue baik-baik aja Kil". Senyumnya yang tak pernah hilang meski hatinya sedang berteriak kelelahan.

     "Baik-baik aja gimana Sya, sini deh lo liat segimana buruknya lo di kaca".Kila membawa Shasya ke hadapan cermin untuk melihat bahwa dirinya sangatlah kacau saat itu.

     Berdiri di depan cermin tanpa ada sepatah kata pun keluar, tak lama tetesan air keluar dari mata Shasya. "Hiks"

     "Eh Sya lo kenapa?"

     Shasya berhambur ke pelukan Kila lagi dan lagi ia harus diperankan kembali dalam drama percintaan yang sama persis dengan sebelumnya.

     Semakin erat ia memeluk Kila karna ialah yang sampai detik ini tidak pernah meninggalkannya. "Gue capek Kil, kenapa harus gue yang jadi tokoh di kisah yang berakhir sad ending".

     Tak mau berkata karena sedari awal pun ia sudah berusaha meyakinkan Shasya untuk memilih lelaki yang seharusnya menjadi orang terakhir di hidup Shasya.

     Kila mengusap belakang punggungnya berusaha menegarkan. "i am sure you can, lo kuat Sya!".

     "I need a long hug Kila". Shasya menenggelamkan wajahnya di pundak Kila mencari ketenangan yang selama ini dia cari di sosok Rhaka.

     "I feel you, gue akan tetep diposisi yang sama Sya".

*

     Kini Rhaka dengan teman-temannya sedang berada di Cafe South, semua terdiam tidak ada yang membuka pembicaraan dimalam itu. Hanya suara pengunjung lain yang entah sedang berkencan atau sekedar makan malam yang menemani keheningan di antara kumpulan Rhaka bersama teman-temannya.

     "Ini tujuan lo pada panggil gue buat datang kesini?". Rhaka yang akhirnya membuka suara.

     Tak ada candaan apalagi gelak tawa seperti biasanya. "Kalo punya hati banyak, minimal lo donorin satu hati lo ke orang yang membutuhkan". Itulah Desta jika sudah berkata serius akan menyakiti hati lawan bicaranya.

     "Kalo lo emang gak bisa serius gak usah lo ngambil tindakan". Ujar Rival yang membuat teman temannya merasa tercengang.

     Nathan memanglah Nathan yang tidak pernah ikut campur soal omongan, ia selalu meng-iyakan perkataan temannya selagi dirasa itu suatu hal yang benar.

     "Kalo dari awal lo tau lo gak butuh Shasya, mending sekarang lo putusin dia terus gue yang akan gantiin posisi lo sebagai cowoknya". Lanjut Dodit

     Ada rasa amarah saat mendengar perkataan Dodit, Rhaka langsung menggebrak meja dan bangun dari kursinya. "Omongan lo dijaga ya!"

     Tak mau Kalah Dodit pun terbangun dan menatap Rhaka. "Sebelum lo ngomong gitu harusnya lo sadar diri, jadi cowok itu gak usah brengsek anjing!".

     Sudah sangat dipastikan bahwa malam itu Dodit sudah sangat kesal kepada Rhaka yang perlakuannya terus-terusan terulang bukan hanya satu atau dua kali saja.

     Rhaka melesat pergi dari Cafe South entah tempat apa yang akan ia jadikan tempat tujuan.

     "Dit?" Kali ini Nathan yang mengeluarkan suara.

I HATE AND I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang