Sampailah merekan berdua di lantai paling atas UNSRI yang dinamakan rooftop itu, Shasya berjalan dibelakang Chiko mengikuti di mana ia akan berhenti.
Tepat di paling pinggir terdapat sofa yang sudah tak terpakai dan disitu lah Chiko terduduk.
Chiko menepuk sofa kosong di sebelahnya mengisyaratkan untuk Shasya duduk disebelahnya. "Ha?" Tanya Shasya sembari mengerutkan keningnya.
"Ck gimana Rhaka mau sama lo, lo aja gak peka!" sindir Chiko.
Tak mau kalah Shasya menjawab. "Eh siapa bilang orang kak Rhaka udah jadi pacar Shasya ko".
"Sini" Chiko kembali menepuk sofa disampingnya.
"Duduk di samping lo kak?".
Chiko jengah dengan kepolosan Shasya dan langsung to the point. "Lo pikir ngobrol sambil lo berdiri kayak gitu enak ha?" jawabnya. "Yaaa lo duduk disini Syaa di samping guee" lanjutnya.
Shasya langsung terduduk di samping Chiko, mereka sama-sama terdiam menikmati angin yang sengaja menerpa wajah mereka.
"Sya!" Panggil Chiko membuka suara.
Shasya menengok melihat wajah Chiko yang sangat tenang /pikirnya."hm?"
"Cinta lo buat Rhaka sebesar bumi dan seisinya?" Pertanyaan yang membuat Shasya sedikit terkejut.
"Pasti lo liat mading yang disebar kak Farah kan?".
Chiko terdiam tak menjawab, ia masih menunggu bahwa akan ada jawaban yang akan Shasya katakan.
"Gue rasa cukup gue aja yang tau dan rasain cinta gue untuk siapapun orangnya kak". Lanjut Shasya.
"Tapi, apa lo pernah berpikir gimana rasanya ketika posisi lo ada di posisi Rhaka saat ini?".
Shasya terdiam memikirkan apakah hal tersebut akan terjadi pada dirinya(?). "Yang sangat diistimewakan oleh seseorang, dijadikan prioritas, diperlakukan seperti ratu, dan lo tinggal menerima perlakuan seseorang tersebut menikmati rasa yang dia kasih buat lo merasakan bahwa masih ada orang yang sayang sama lo dengan tulus".Lanjut Chiko sembari menatap wajah Shasya.
Damn! Shasya terdiam, matanya berkaca-kaca seolah semesta telah mengirimkan seseorang yang bisa ia jadikan sandaran saat keadaannya tidak baik-baik saja dan hanya air mata yang bisa ia keluarkan.
"Gapapa nangis aja mau sebesar apa pun suara tangisan lo gak akan ada yang bisa denger disini selain gue".Ujar Chiko yang membuat dada Shasya rasanya sesak dan ingin meledakkan air mata yang sudah penuh mengembun dalam matanya.
Chiko mengelus rambut panjang Shasya dengan tulus dan sangat hati-hati. "Air mata bukan pertanda bahwa lo wanita lemah Sya, gak selamanya lo harus meminkan peran yang terlihat bahwa lo sedang baik-baik aja didepan banyak orang yang padahal diri lo aja gak sekuat apa yang orang liat".
Shasya menyenderkan kepalanya di bahu Chiko menumpahkan air mata yang selama ini ia simpan dengan sangat rapi agar tidak ada satupun orang melihatnya.
"Sya lo berhak dapetin apa yang lo mau, lo berhak dapetin laki-laki yang bisa nerima keberadaan lo secara nyata, tanpa lo sadari bahwa masih banyak orang yang bisa perlakukan lo dengan selayaknya".
Masih dengan air mata yang mengalir membiarkan pundak Chiko terbasahi oleh Air mata Shasya.
"Nangis aja sampe lo bener-bener udah ngerasain ketenangan".
Diam mereka di siang menjelang sore dilengkapi suara isakan Shasya namun tak mengganggu pendengaran Chiko.
Selama kurang lebih 20 menit Shasya menangis dan Chiko hanya mendengarkan terhentilah air matanya namun tidak dengan isakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE AND I LOVE YOU
Teen FictionShasya Anandita, cewek keras kepala yang menganggap bahwa Rhaka adalah lelaki yang diciptakan Tuhan Khusus untuk dirinya.Seringkali Rhaka menyakiti dirinya tetapi itu tidak membuat Shasya putus asa dia terus memperjuangkan Rhaka sampai ia menjadi mi...