.
.
.Donghyuck segera menahan tangan Jaehyun yang hendak berlari pergi setelah barang belanjaan pemuda itu selesai dihitung dan bayar.
Jaehyun benar-benar sangat malu mendengar kalimat yang terucap dari mulut Donghyuck. Dia memang tidak mudah terbawa suasana dengan kalimat semacam itu, namun berbeda kalau Donghyuck yang mengucapkannya.
Lee Donghyuck adalah orang yang Jaehyun sukai sedari awal mereka bertemu kala ia menjadi Maba di Universitas dan Donghyuck merupakan salah satu Kakak tingkatnya. Walau pemuda itu tidak berhasil menjadi Kakak pembimbingnya.
"Buru-buru banget. Mau ke mana?" tanya Donghyuck.
Sekarang sudah malam, ya jelas mau pulang. Masa ke kuburan? Mau apa ke sana, sih. Curhat pada dedemit? Yakali.
"Pulang, Kak," sahut Jaehyun. Dia melirik tangannya yang digenggam dengan cantik oleh tangan kekar Donghyuck.
Senang, sih. Tapi, malu. Jadi, tolong biarkan Jaehyun pergi, ya.
Donghyuck terlihat melirik sekitar, entah apa yang pemuda itu cari. Jaehyun juga bingung.
"Naik apa?" tanya Donghyuck. "Kayanya gak bawa kendaraan, ya? Gimana kalau gue anter lo pulang." Ia menawarkan.
Jaehyun mau menerima, tapi rasa malunya lebih tinggi dari keinginan tersebut. Padahal ini kesempatan yang bagus agar ia bisa lebih dekat dengan pemuda itu.
"Gak usah. Aku bisa naik gojek, Kak," sahut Jaehyun menolak dengan sopan, namun hatinya sedang degdegan tidak karuan.
"Naik gojek itu meski bayar, cantik. Mending gue anter aja. Gratis tanpa dipungut biaya apa-apa," kata Donghyuck.
"Errr, gak usah, Kak." Jaehyun masih menolak. Omong-omong, kenapa Donghyuck belum melepaskan genggaman tangannya, sih? Betah apa bagaimana?
"Kalau ada yang gratis, ngapain meski nyari yang bayar coba? Lagian gojek itu kadang gak bisa dipercaya. Siapa tau aja dia mau berbuat jahat sama kita, kan?" ucap Donghyuck membujuk.
Jaehyun tengah berpikir. Benar juga, sih. Kalau dengan orang asing kita tidak tahu orang itu baik atau tidak. Tapi, kalau mengiyakan tawaran Donghyuck, ia yang akan malu setengah mati setelahnya. Walaupun ia sangat ingin sekali berduaan dengan pemuda itu.
Jadi, Jaehyun harus bagaimana?
Karena Jaehyun terlalu lama berpikir, dia sampai tidak sadar kalau Donghyuck sudah membawanya ke tempat mobil pemuda itu terpakir.
Donghyuck memang membawa mobil karena malas kalau motor. Padahal jarak minimarket dengan rumahnya lumayan dekat. Namun, karena langit tampak tak berbintang malam ini, ia takut tiba-tiba hujan saat masih di jalan.
"Lo kebanyakan mikir bikin gue gemes aja pengen nyium," kata Donghyuck sembari membuka pintu mobil di seberang pengemudi.
Jaehyun terlihat merengut. "Ini gak apa-apa, Kak? Aku gak ngerepotin?" tanyanya masih ragu.
"Enggak ada, manis. Gue yang nawarin sendiri. Ayo, masuk. Nanti keburu malam," sahut Donghyuck.
Akhirnya Jaehyun mengalah. Pemuda itu segera masuk ke mobil Donghyuck yang sekarang tengah tersenyum senang.
"Nah, gitu. Kan, cantik ngelihatnya lo duduk sebelahan sama gue di dalam mobil," ujar Donghyuck seraya menutup pintu, lalu ia segera berlari memutari mobil.
Jaehyun merengut. Apakah Donghyuck memang tipe orang yang suka sekali berkata manis pada orang lain?
Tapi, tidak, deh. Selama mengamati pergerakan Donghyuck dari jauh, Jaehyun sama sekali tidak pernah melihat pemuda itu menggodai atau berkata sangat manis pada seseorang. Malahan wajahnya selalu saja datar, yang membuat dia mendapat julukan pangeran es dari para mahasiswa di kampus.
Apakah sikap manis itu hanya berlaku untuk Jaehyun saja?
Hei, mari sadar, Jaehyun. Ini baru permulaan. Jangan kegeeran dulu.
"Rumah lo di mana?" tanya Donghyuck.
"Kompleks Flowers Village, Kak," sahut Jaehyun dengan kepala menunduk.
Mata Donghyuck terlihat membola untuk beberapa saat.
"Lo tau, Jae? Itu perumahan rumah gue juga," kata Donghyuck seraya tertawa. Sementara Jaehyun mengangkat kepalanya untuk memandangi pemuda itu dengan lekat.
"Gue gak nyangka kalau kita ternyata sedekat itu. Tuhan mungkin sengaja nyiptain orang seindah lo buat jadi takdir gue," lanjut Donghyuck. Ia menoleh pada Jaehyun, lalu tersenyum kecil. Sangat menawan hingga membuat pemuda itu terpana.
Jaehyun baru pertama kalinya melihat senyuman Donghyuck yang seperti itu. Karena pemuda itu tak pernah tersenyum sama sekali ketika berada di kampus. Walaupun tersenyum, ia merasa jika senyuman tersebut palsu.
Tiba-tiba Donghyuck terkekeh, hingga membuat Jaehyun segera tersadar. Wajahnya terlihat kembali memerah.
"Lo pasti bingung ngelihat dan ngedenger gue banyak ngomong, kan? Sama, gue juga bingung kenapa bisa gue banyak ngeluarin suara waktu berhadapan sama lo," kata Donghyuck.
Mobil telah melaju meninggalkan minimarket. Jaehyun mengedipkan matanya berulang-ulang kali. Bingung.
"Gue yang biasa gak peduli orang mau ngomong sebanyak apa ke gue, sekarang rasanya gak tahan kalau gue diem aja waktu lo ada di hadapan gue," lanjut Donghyuck seraya melirik Jaehyun. "Kenapa, ya. Lo tau, Jeje?"
Jaehyun berkedip, lalu menggelengkan kepalanya dengan raut polos. Donghyuck kembali terkekeh.
"Gak ada alasan yang jelas. Tapi, mungkin karena itu lo," ujar Donghyuck.
"Karena .... aku?" gumam Jaehyun. Ia baru berani bersuara setelah sejak tadi hanya diam.
"Hm, karena itu lo." Donghyuck melirik Jaehyun, ia tersenyum kecil.
"Kenapa?" Jaehyun tidak tahu kenapa dia berucap seperti itu.
"Kenapa? Tadi udah dijawab, karena itu elo," sahut Donghyuck. Adik kelas yang dulu sempet bikin gue tertarik. Tapi, karena ada alasan lain, lo akhirnya gue lupain.
Jaehyun bingung. Ingin kembali bertanya, tapi tak tahu harus bertanya apa. Akhirnya ia memilih diam. Donghyuck sendiri sudah tidak bersuara. Pemuda itu jadi pendiam selama perjalanan. Beda sekali dengan beberapa menit lalu.
Kenapa?
.
.
.Tbc~~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours(Hyuckjae)
FanfictionKamu milikku, dan aku milikmu. Warning ⚠️ Lee Donghyuck/Haechan dom Jung Jaehyun sub It's Hyuckjae Happy Reading!