Jodoh

2.2K 180 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Telpon ajalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Telpon ajalah. Basi kalau chat doang," gumam Donghyuck setelah selesai menyimpan semua kontak Jung Jaehyun, seorang pemuda cukup manis yang siang tadi menarik perhatiannya.

"Eh, tapi ntar kalau langsung telpon disangka sok kenal lagi." Donghyuck kembali bergumam.

Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk mengirim pesan singkat sebagai salam perkenalan terlebih dahulu. Namun, belum sempat pesan yang telah ia ketik dikirimkan, pintu kamarnya mendadak diketuk oleh seseorang dari luar.

"Siapa?!" tanyak Donghyuck sedikit berteriak.

"Ini Mama, loh. Kamu ke supermarket sana. Beli terigu. Mama mau bikin roti terigunya abis," ucap Lee Wendy, Ibunda Donghyuck.

"Ngapain beli terigu ke supermarket sih, Ma? Di minimarket juga ada," balas Donghyuck.

"Ya, udah terserah kamu mau belinya ke mana, yang penting terigunya dapet. Sudah, buruan beli! Nanti keburu malam," kata Wendy.

Donghyuck menggerutu jengkel. "Iya, iya. Bentar lagi jalan. Pake celana dulu," sahutnya.

"Jangan lama-lama. Awas, loh," ucap Wendy sebelum berlalu pergi dari depan pintu kamar sang putra sulung.

"Yaelah ganggu orang mau pendekatan aja," gerutu Donghyuck sebal.

Pemuda itu harus terpaksa menunda niatnya untuk memulai mendekati si adorable boy yang siang tadi menarik perhatiannya.

.
.
.

"Puncuk dicinta, ulam'pun tiba. Emang kalau udah jodoh, gak bakal ke mana-mana."

Donghyuck terkekeh geli dengan perkataannya sendiri yang terdengar cukup berlebihan.

Ya, bagaimana tidak Donghyuck berkata seperti itu kalau kedua matanya menangkap seseorang yang siang tadi membuat dirinya tertarik.

Jaehyun berada di depan kasir minimarket yang dikunjungi oleh Donghyuck. Pemuda itu tengah mengantri untuk bayar. Sementara Donghyuck baru tiba.

Donghyuck buru-buru pergi ke tempat di mana menyimpan terigu. Setelah berhasil menemukan apa yang ia cari, pemuda itu mengambil sekitar lima bungkus, lalu beranjak ke tempat kasir dengan langkah cukup lebar.

Senyumnya mengembang ketika melihat Jaehyun masih mengantri. Kebetulan di belakang Jaehyun kosong, Donghyuck langsung berdiri di sana.

"Kalau udah ditakdirin bakal berjodoh, kita bisa ketemu di mana aja, ya?" ucap Donghyuck, membuat Jaehyun segera menoleh, kemudian membelalakan mata terkejut.

Donghyuck tersenyum, lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Takdir terkadang emang indah. Termasuk takdir gue berjodoh sama orang seindah lo," kata pemuda itu.

Wajah Jaehyun memerah. Ia lantas mengalihkan pandangan dari Donghyuck. Kasir minimarket serta beberapa pengunjung tampak menahan tawa, ada pula yang senyam-senyum ketika mendengar kalimat berupa gombalan cinta dari Donghyuck.

Sementara pemuda itu terlihat santai-santai, malah masih bersiul dengan tatapan mata yang tak lepas dari sosok Jaehyun. Padahal hanya punggung yang bisa ia lihat saat ini.

"Pacarnya ya, Mas?" celetuk Ibu-ibu yang mengantri.

"Doain aja ya, Bu," sahut Donghyuck dengan senyum sopan.

"Oh, jadi belum resmi toh?" tanya si Ibu lagi.

"Ya, makanya doain saya, Bu. Biar cepet macarin dia," ucap Donghyuck. "Eh, jangan macarin, deh. Bawa ke KUA aja langsung," ralatnya.

"Aamiin!"

Si Ibu serta pengunjung lain serentak mengaminin perkataan Donghyuck. Sementara Jaehyun, wajah pemuda itu terlihat semakin memerah. Kedua tangannya memilin baju yang ia kenakan dengan gelisah.

"Makasih buat doanya, Bu," kata Donghyuck senang karena mendapat dukungan moral.

"Nama calonnya siapa, Mas?" Si kasir malah ikut memberi pertanyaan, padahal sedang bertugas menghitung barang belanjaan pengunjung.

"Jung Jaehyun, doain segera jadi Lee Jaehyun ya, Mba," sahut Donghyuck sambil mengedipkan matanya.

Si kasir tertawa, begitupula pengunjung lain. Sedangkan Jaehyun masih pada kondisi yang sama. Wajah memerah, dan ingin segera kabur dari tempat itu. Dia sangat malu.

"Eh, Mas. Lihat, deh! Wajah calon masa depannya merah gitu. Kayanya malu," celetuk si kasir.

Jaehyun tersentak, mulutnya sedikit terbuka.
Donghyuck melangkah mendekat pada pemuda itu, lalu menatap wajahnya dengan lekat. Dia terkekeh gemas.

"Duh, Mba, Bu. Ada yang bisa hubungi penghulu sekarang enggak? Saya mau nikahin dia sekarang aja, deh. Gak tahan lihat mukanya. Manis banget. Gemesin," kata Donghyuck.

Suasana di tempat tersebut tampak ramai dengan kalimat godaan dari pengunjung. Jangan tanya bagaimana kondisi wajah Jaehyun saat ini. Dia benar-benar sangat ingin menghilang.

Kenapa orang yang Jaehyun cintai harus ada di hadapannya, dan membuat wajahnya memerah malu karena salah tingkah dengan segala kalimat manis yang terucap dari mulut Donghyuck?

.
.

Tbc~~

Ya, ampun 🤫🤫

I'm Yours(Hyuckjae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang