Chapter 16

4.6K 483 12
                                    

Jangan lupa follow biar gercep kalau ada notif
Vomen juga jangan lupa. Vote aja gpp, komen satu kata juga gpp. Makasih loh yang udh ngevote dan baca.

Pagi-pagi Vaela sudah berdiri dekat kandang singa peliharaan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi Vaela sudah berdiri dekat kandang singa peliharaan ayahnya. Entah apa rencana nakalnya kali ini. Dia mengamati kandang itu perlahan mencari sesuatu. Setelah melihat yang dicarinya dia terpekik girang, meloncat kecil seperti bertemu dengan seseorang yang tak bertemu setelah setahun berlalu.

'Lica, kemari. Ayo kita bermain bersama hari ini,' ujarnya dengan nada riang yang disambut baik oleh Lica yang meloncat girang.

Anak singa itu melompat dan memutar dengan tak sabarnya saat seorang pengawal membuka pintu kandang. Berbeda dengan Vaela dan sang anak singa, pengawal yang membuka pintu kandang terlihat was-was. Siapa ya g tak takut saat kalian yang kebetulan berjaga disekitar situ, tiba-tiba disuruh membuka kandang singa yang sialnya sang penjaga pergi entah kemana dan menitipkan kunci padanya. Terkutuklah dia!

Setelah terbuka, sang pengawal segera menyingkirkan tubuhnya saat melihat anak singa yang bernama Lica itu mengambil ancang-ancang untuk melompat. Matanya menatap horor sang putri yang dengan santainya tertawa riang dengan anak sing tersebut.

"P-putri, apakah baik-baik a-anda saja?," tanyanya terbata dengan susunan kata yang berantakan. Terlalu sulit menyusunnya menjadi sebuah kalimat yang baik saat ini. Dia terlalu takut dan shok melihat si bungsu kerajaan Venatrix.

Vaela terkikik geli melihat tampang pengawal itu yang ketakutam. Wajah imutnya menampilkan senyuman jahil, entah apa kali ini yang akan dilakukannya. Berdo'alah semoga pengawal itu tidak sampai kencing atau pingsan dijahili nya.

Wajahnya menoleh kearah Lica sang anak singa. Lica yang mengerti arti tatapan itu segera berlari kearah pengawal yang membuatnya berteriak kencang dengan badan yang bergetar. Matanya menatap horor kearah anak singa tersebut yang semakin dekat, dia berusaha menggerakkan badannya tapi tak bisa karna ketakutannya lebih besar. Keringat sebesar biji kedelai membasahi sebagian tubuhnya.

Setelah merasa puas mengerjai pengawal itu Vaela memanggil Lica, kemudian bergegas keluar menuju taman utama untuk bermain. Dengan wajah berseri-seri dia berjalan, sepertinya reaksi pengawal tadi sesuai keinginannya.

Keduanya bermain dengan gembira. Lica selalu mengikuti kemanapun Vaela melangkah. Dia selalu mematuhi ucapan Vaela, keduanya sudah klop menjadi sahabat. Bahkan kejahilan Vaela menurun padanya. Jika keduanya sudah bersama maka kehebohan akan terjadi, seperti dimana ada Vaela dan Lica maka disitu orang-orang akan berteriak ketakutan dan pasrah karna dijahili oleh putri nakal itu.

'Hahaha, bukankah ini menyenangkan?,' tanya nya pada Lica yang mengangguk setuju.

Kruyuk!

'Ah, sepertinya perutku butuh asupan. Kau juga, jadi ayo kita ke dapur istana sekarang,'

Setibanya di pintu dapur, Vaela melongokkan kepalanya untuk melihat pelayan yang bekerja. Dia mengedarkan pandangannya ke segala sudut untuk mencari seseorang yang dikenalnya. Dia mencari kepala koki.

Putri BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang