Naylia | 5

18 9 9
                                    

Perbincangan yang cukup lama membuat mereka tak menyadari kalau malam semakin larut. Kalau bukan gara-gara panggilan dari rekan Agam, mungkin mereka tidak akan menyadarinya bisa saja sampai dini hari.

"Kalian pulang bareng kita aja jam segini juga ga akan ada ojol." Ucap Rafael diselah perjalan mereka. Naylia dan Retta mengangguk, apa yang dikatan Rafael ada benernya mendingan nebeng sama mereka berdua.

"Hmm Abi boleh ga aku yang bawa motor kamu? nanti kamu boncengan sama Kak Rafael. Nanti biar Retta boncengan sama aku pake motor kamu." Abi yang mengerti alasan dari permintaan Naylia hanya mengangguk dan membiarkan motornya diambil alih sementara oleh Naylia.

Gagalin rencana aja lu, Batin seseorang.

Udara dingin malam hari menambah keceriaan bagi Naylia dan Retta. Mengendarai motor di bawah terangnya lampu jalanan dipadukan dengan angin malam yang sangat sulit dilupakan. Berbeda dengan dua manusia di belakangnya, tampang Rafael yang selalu cool kini uring uringan dengan sendirinya sedangkan Abi hanya pasrah kalau dibilang salah juga bukan salah Abi. Salahkan saja Rafael yang tidak mau mengelak pendapat Naylia.

"Akhirnya gua bisa bertemu kasur kesayangan gua."

"Baru juga keluar 2 jam an masa kalau gitu besok kita ga satnight  lagi gimana." Seakan tahu Retta akan melemparnya dengan bantal, ia segera lari menuju kamar mandi untuk cuci muka sebelum tidur.

"Rett kamu mau ikut ga ke minimarket depan."

"Lagi mager Nay kalau boleh aku titip camilan aja seperti biasa kacang telur."

"Yaudah de kalau gitu aku pamit dulu ya Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam hati-hati Nay." Naylia mengangguk sebagai jawaban.

Naylia terpaksa jalan kaki menuju depan kompleks. Walau tadi Retta sempat meminjamkan motornya namun Naylia menolaknya alibinya karena masih sore. Naylia berjalan menyusuri jalanan kompleks yang masih ramai. Banyak mahasiswa mahasiswi yang masih duduk duduk di tepi jalan. Malam minggu memang malam teristimewa bagi siapapun.

Minimarket tepat berada di seberang jalan gang kompleks. Mau tidak mau Naylia harus memastikan kendaraan sepi sebelum menyeberang. Lima menit sudah Naylia menunggu kendaraan sepi namun nihil dari tadipun kendaraan setia berlalu lalang melintasi jalanan menghiasi gelapnya malam.

Brum.. brumm...  brumm. ..

Terdengar knalpot motor dari arah gang kompleks. Gemetar pasti apalagi dalam keadaan malam seperti ini. Namun Naylia berusaha menepis pikiran negatif itu berusaha untuk selalu berpositif thinking.

"Yuk naikk." Naylia menghiraukannya apalagi dia juga tidak mengenalinya.

"Ck.. lu tuli atau gimana hah.. cepet buruan naik mau ke minimarket kan gue juga mau kesana." Hening tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Naylia.

"Asal lu tau sekarang udah jam sepuluh lewat lima belas menit bukannya kos daerah komplek ini batas keluar sampek jam setengah sebelas? Kalau lu ga mau ya udah gue duluan." Laki-laki dengan moge yang di kendarai hendak melaju, diurungkan karena jawaban Naylia yang menyetujui tawaranya.

🌻🌻🌻

Di dalam minimarket mereka berpisah Naylia yang menuju ke rak produk wajib yang harus dibeli setiap bulan dan laki-laki itu tampak pergi menuju rak mie instan. Sepertinya dia sama temannya mau mukbang bareng. Bahkan belanjaan laki-laki itu lebih banyak dari pada Naylia. Setelah Naylia merasa belanjaannya sudah lengkap dia melangkah menuju meja kasir. Menyodorkan keranjang belanjaan disertai tas belanja. Naylia selalu membawa tas belanja katanya biar tidak terlalu banyak plastik yang terbuang sekaligus bentuk tindakan go green.

"Total belanjanya lima puluh lima ribu rupiah kak." Suara bariton di belakangnya membuat dia kaget bukan main. Sejak kapan dia di belakangnya padahal tadi waktu ia menuju meja kasir laki-laki itu masih sibuk di rak minuman dingin.

"Total jadi satu aja sama belanjaan saya Mbak."

"Total semuanya tiga ratus lima ribu rupiah kak." Selang sesudah Mbak Kasir menyebut nominalnya laki-laki itu mengeluarkan empat lembar uang seratus ribu dari dompetnya.

Setelah menerima struk belanja dan kembaliannya mereka keluar dari minimarket. Berjalan menuju area parkir diantara mereka tidak ada satupun yang memulai pembicaraan akibatnya suara angin malam yang menemani keduanya hingga tepat di depat moge laki-laki itu.

"Boleh bawain belanjaanku ga? Kalau aku yang bawa sendiri nanti ga bisa nyetir." Tanpa berucap Naylia mengambil alih tas kresek dari tangan laki-laki itu.

Awalnya Naylia menolak untuk nebeng dengannya. Tapi lagi lagi Naylia bungkam akibat peringatan yang lumayan logis dari mulut makhluk itu.

"Makasih udah nganter saya, oh iya bentar ini-" laki-laki itu yang seakan tau arah pembicaraan Naylia dengan cepat memotong ucapan Naylia.

"Ga perlu dikembaliin simpan saja uang itu anggap saja tadi ucapan terima kasih gue karena lu mau bawain belanjaan gue."

Rasanya ga nyaman de ngomong pakek lu-gue, mau gimana lagi nanti dikira orang alim kalau pakek aku-kamu. Semoga tadi aku ga keceplosan pakek aku-kamu, Batin laki-laki itu.

"Seharusnya saya yang mengucapkan banyak terima kasih."

"Sama-sama gue pergi dulu bye."

"Waalaikumsalam."

Alus tenan suarane, Fiks idaman. Batinnya

Walau dia sudah menyalakan mogenya dan memakai helm full facenya suara Naylia tetap terdengar jelas di pendengarannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAYLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang