Pasar malam lapangan Kodam V Brawijaya sangat sangat ramai. Retta dan Naylia yang datang diantar ojol tidak khawatir mencari tempat parkir. Mereka sangat senang bisa merasakan vibes satnight walau keduanya jomblo. Retta yang menyadari datangnya Abi dan Rafael spontan melambaikan tangan mengisyaratkan keberadaanya, sedangkan Naylia dari tadi fokus dengan ponselnya hingga tak menyadari kehadiran Abi dan Rafael.
Mereka berkeliling mencari tempat yang pas dan nyaman untuk sekedar berbincang dan menikmati jajanan. Sungguh benar benar surga makanan dimalam hari. Akan tetapi orang jomblo akan selalu panas melihat keuwuan yang ada di sini.
"Ga ada yang pesan minuman? Yakin ga seret?" Ujar Rafael kepada ketiga bocah didekatnya. Abi dan Retta menatap Naylia dengan tatapan puppy eyesnya. Naylia menghelah nafas panjang seakan tau apa maksud kedua temennya itu.
"Nay tunggu aku temenin." Rafael tergopoh gopoh berdiri dari duduknya mengejar Naylia yang sudah jalan terlebih dahulu.
Naylia tampak bingung mencari keberadaan stand boba. Padahal sudah berjalan cukup lama tak kunjung menemukannya. Setelah menemukan stand boba Naylia langsung memesannya.
"Semuanya empat puluh ribu mbak." Naylia mengangguk dan hendak mengeluarkan dompet dari tas selempangnnya tiba tiba tangan kekar menahannya.
"Ini pak kembaliannya ambil saja ya terima kasih." Keduanya pergi meninggal stan boba dengan Rafael yang menenteng kresek berisi boba, berjalan menuju keberadaan Abi dan Retta.
"Kak ngapain tadi kakak yang bayar? Kan disini aku yang berniat mentraktir." Suara kesal Naylia terdengar sangat menggemeskan. Ingin sekali Rafael mencubit pipinya tapi dia sadar kalau Naylia sangat menghidari bersentuhan yang bukan mahram.
"Gapapa Nay masa kamu aja yang traktir aku kan juga pingin."
Dilain tempat Abi dan Retta sedang bergosip ria. Memang jika Abi dan Retta sudah ngobrol pasti akan lupa waktu. Bahkan pembahasannyapun sangat sangat meluas.
"Mar lo sadar ga sih kalau Kak Rafael itu sepertinya demen sama Naylia." Ucap Abi sedikit berbisik takut tiba tiba Naylia dan Rafael muncul.
"Hmm.. iya dari perilakunya aja udah ketebak apalagi tadi juga nganter Naylia pulang." Ujar Retta
"Waduh sepertinya Kak Rafael makin gencar pdkt sama Naylia setelah ajakannya untuk seteam disetujui sama Naylia."
"Tumben tu anak mau jadi satu team perlombaan sama Kak Rafael biasanya aja selalu di tolak." Abi hanya mengedikan bahunya.
🌻🌻🌻
"Kak kok ditempat lesehan kita ada dua orang seragam loreng?" Rafael sebagai sang empuh yang ditanya, mengenyritkan dahi sebenernya dia juga gak tau kenapa ada abdi negara di situ.
"Ga tau Nay mungkin numpang duduk aja yang lain penuh."
Naylia yang mengetahui adanya abdi negara di tempat lesehannya tadi jiwa malasnya kini berkobar. Rasanya ingin pulang saja dari pada satu gerombolan dengan mereka. Tapi apa boleh buat dia harus senantisa mengontrol dirinya demi kebahagian para sahabatnya.
"E udah dateng minumannya." Ujar Abi yang menyadari kedatangan Rafael dan Naylia sontak mengahampiri mereka.
"Ini temen aku ikut nimbrung gapapa kan Nay, Kak Rafael." Ucap Abi dengan menatap wajah Rafael dan Naylia bergantian . Merka mengangguk mengiyakkan.
Naylia segera duduk disamping Retta dan disamping Naylia ada Abi. Walau tidak berdampingan dengan pria itu akan tetapi tetap apes bagi Naylia harus berhadapan dengan mereka. Disamping itu terlihat Rafael berbisik dan Abi entah apa yang di bicarakan tapi setelah berbincangnya mereka bertuka posisi duduk. Yaa... mungkin tadi mereka membicarakan posisi duduk.
"Oh iya kenalin ini temenku waktu dirumah namanya Agam ...." Sembari menunjuk laki laki yang duduk di pojok kanan berhadapan dengan Retta.
"Kalau ini temennya Agam awalnya sekarang jadi temen dekat gue juga namanya Elramdan." Tunjuk laki laki di samping dengan kekehan setelah ditatap tajam oleh Elramdan. Sedangan tiga manusi didepannya hanya menganggu sebagai jawaban.
"Maaf tadi minumnya hanya pesan empat soalnya Abi ndak bilang kalau Bang Agam dan Bang Amdan datang kesini." Ungkap Naylia
El yang dipanggil Naylia dengan panggilan Amdan merasakan seberapa istimewanya panggilan itu. Mungkin saat ini tidak salting dengan panggilan 'Bang Amdan' akan tetapi lihat saja saat di asrama bisa dipastikan tidurnya akan terganggu dengan bayang bayang panggilan istimewa itu.
"Iya gapapa sebenernya tadi kami berniat jalan jalan saja karena bosan di asrama, kebetulan tadi saya melihat Abi jadi kami samperin itung itung istirahat sejenak." Bukan El yang menjawab tapi Agam.
"Bang kalian yang mengambil pesanan kue waktu itu ya? Atas nama Abi pemesannya." Tanya Retta dibalas anggukan oleh keduanya.
"Silakan dimakan." Ucap Naylia ditunjukkan kepada semuanya
Disela sela memakan berbagai macam makanan yang dibeli tadi mereka juga berbincang bincang. Akan tetapi ada sosok yang hanya menjadi perbincangan mereka siapa lagi kalau bukan Elramdan komandan dingin sekaligus hemat berbicara. Sesaat kemudian terjadi fenomena dimana Agam yang tersedak pentol mercon. Karena tidak ada minuman untuk Agam, Naylia segera mungkin memberikan es bobanya kepada Agam dan dia segara meraih dan menegukknya hingga tandas.
"Terima kasih." Naylia hanya mengganguk
El bangkit dari duduknya tanpa pamitan meninggalkan manusia disekelilingnya. Retta yang menatap kepergiannya melongo tanpa tahu maksudnya sedangkan Agam yang mengerti maksud sahabatnya haya menggeleng gelengkan kepala. Setelah 5 menit pergi entah kemana laki laki itu muncul dengan tas kresek ditangannya.
El menyodorkan satu cup coklat klasik kepada Naylia tanpa berucap satu kata membuat Naylia mengenyitkan dahi. Apa maksud dia pergi tanpa permisi datang datang menyodorkan cup coklat klasik ditambah tanpa ada kata kata yang keluar dari mulutnya.
"Nay itu buat kamu kan tadi punya kamu aku minum gara gara tersedak." El mengangguk mengiyakan penjelasan Agam.
Naylia menerima coklat klasik itu dan langsung meminumnya. Sebenernya dia sudah haus dari tadi tapi mau bagaimana lagi Retta sahabatnya tidak peka dengan kode Naylia.
![](https://img.wattpad.com/cover/316840207-288-k212000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYLIA
Teen Fiction⚠️ Jangan lupa follow dulu sebelum membaca ⚠️ Kisah seorang mahasiswi Universitas favorit di Jawa Timur yang harus berjuang memenuhi kehidupan selama kulaih selain mengandalkan beasiswa KIPK. akan tetapi masalah selalu menyelimutinya baik dalam hal...