1.1 - Choi Hyunsuk

11.9K 371 16
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kopi Hitam yang Manis"



Dengan balutan perasaan resah, aku bergelimpangan kesana-kemari diatas ranjang king size milik Hyunsuk. Bukan, maksud ku; sekarang sudah bisa disebut ranjang milik kami. Aku dan dia sudah menikah beberapa hari lalu.

Berakhir menatap plafon kamar yang berwarna putih porselen, aku menghela napas sedikit frustasi. Jam dinding telah menjelaskan bahwa ini hampir tepat tengah malam. Hyunsuk pasti masih sibuk bekerja, ingin rasanya aku mengamuk. Sejak menikah dia bahkan tidak memiliki banyak waktu luang untukku. Padahal ingin sekali membentuk banyak momen bersama.

Lama bergelut dengan pikiran sendiri, aku yang tidak bisa tenang turun dari ranjang. Mengendap menuju ruang kerjanya. Dengan penuh hati-hati membuka pintu, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Takut mengganggunya. Meski setiap hari bertemu, tapi rasanya sesingkat itu, dia hanya menyapa, mencium keningku lalu pergi.
Mendapati rautnya yang kelihatan sangat fokus pada monitor membuatku merasa sedikit bersalah sudah bertingkah seperti pencuri. Tapi untuk sebentar saja, sebelum mendaratkan diri ke alam mimpi, aku ingin memandang wajahnya. pasti besok sebelum bangun dia sudah rapih, lalu berangkat bekerja. Aku tidak bisa bersikap egois, aku harus mengerti kalau dia sibuk.

Baiklah, sudah cukup. Aku berniat kembali ke kamar. Sebelum pintu benar-benar tertutup, ternyata netra itu yang bergulir ternyata menangkap presensi ku. Senyuman Hyunsuk langsung mengembang, hampir menenggelamkan kedua bola matanya. Manis sekali. Bagi ku itu adalah salah satu pemandangan yang terindah di dunia ini.

"Sayang, kenapa belum tidur?" Pertanyaan itu mengalun penuh kasih. Refleks jemariku batal menutup pintu, malah membukanya sedikit lebih lebar lagi.

"Tidak bisa tidur," jawabku, pelan. Melukis raut sedikit sedih.

"Heum... kasihan sekali, pasti kamu kesepian, ya? Kemari sebentar Sayang." Hyunsuk melambaikan tangan, memundurkan kursi. Memberi banyak ruang dengan meja kerjanya.

Lantas aku melebarkan senyum penuh bunga, segera berangsur ke arahnya dan berhenti tepat disamping kursi kerja yang sedang dia duduki.

"Maaf Istriku. Akhir-akhir ini pekerjaan ku sangat menumpuk." Hyunsuk melanjutkan ucapannya. Menunjukkan raut sedikit frustasi bercampur lelah. Seakan ingin menangis.

Tak ada jawaban selain anggukan pengertian dariku. Rasanya tidak tega jika harus melontarkan kalimat protes, pasti malah akan menambah beban pikirannya. Jadi aku memutuskan untuk tidak bersikap egois.

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Suki."

Dia mengangguk pelan sebagai respons dari kalimat ku. Dua detik setelahnya jemari Hyunsuk bergerak meraih jemariku. Tanpa kata, menarik ku untuk jatuh ke atas pangkuannya.

Sweet Ice Cream || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang