2.2. Park Jeongwoo

3K 114 51
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Momen"



"Sejauh ini korban tewas telah dilaporkan berjumlah tujuh orang. Pihak kepolisian masih terus melakukan investigasi terkait kasus ledakan bom di gerai taman Iksan."

Aku menghela napas setelah menyaksikan berita terkini di layar televisi. Dengan lesu menyandarkan kepala pada sandaran sofa, lalu merosot dan berbaring. Pikiran ku mulai berkelana jauh, mengabaikan kelanjutan informasi yang dikemukakan oleh presenter. Ledakan bom itu terjadi dua hari lalu dan sejak saat itu Jeongwoo belum juga pulang ke rumah. Sebagai anggota penyidik kepolisian negara, dia diberi wewenang untuk menangani kasus tersebut.

Sejak awal pernikahan dia memang sudah sering tidak pulang ke rumah. Demi menyelesaikan tugas, Jeongwoo rela menginap di tempat kejadian perkara maupun di kantor. Dia benar-benar mempertaruhkan nyawanya sendiri demi keamanan negara ini. Aku kagum sekaligus khawatir. Tak ada yang bisa menjamin perihal keselamatannya dalam menjalankan penyelidikan.

Aku tidak tau... apakah bisa menua bersamanya?

Kepala ku menggeleng kuat, berusaha membuang pikiran yang teramat jauh. Bahkan pernikahan kami baru berjalan tiga minggu. Tapi rasanya baru kemarin Jeongwoo berhasil memecahkan kasus penculikan dan sekarang sudah mendapatkan tugas baru. Kira-kira kapan dia akan pulang, ya?

Aku rindu dan setengah merana.
Seringkali ketika sampai di rumah dia kelelahan lalu tidur dengan cepat. Waktu luang untuk kami berduaan sangat singkat.

Merasa lelah terus melamun, aku mematikan televisi dan beranjak ke kamar. Sebenarnya masih pukul delapan. Tapi aku sudah mengantuk, mungkin dia tidak pulang lagi malam ini. Pasalnya tak ada kabar seharian. Selesai mematikan lampu, aku masuk ke dalam selimut dan mencari posisi paling nyaman. Menit demi menit berlalu dan aku benar-benar tidur.

Pada pertengahan malam yang sunyi, aku merasa sedikit terusik. Seperti ada jemari memainkan helaian suraiku yang tergerai. Benar memancing emosi, pasalnya aku sangat tidak suka rambutku disentuh sembarangan, apalagi dimainkan. Dan sialnya Jeongwoo memiliki hobi aneh itu.

"Hentikan~" aku bergumam, sedikit tidak jelas. Mengira hal yang sedang kualami adalah mimpi. Namun datang seberkas bisikan,

"Sayang... suamimu pulang."

Mataku melotot seketika-dan benar, Jeongwoo ada di sebelahku sekarang. Ternyata yang ku alami adalah kejadian nyata.

"Jeongwoo, kapan kamu pulang?" Aku mendudukkan diri, kemudian menghidupkan lampu kamar. Irisku terus mengerjap, separuh tak percaya.

"Setengah jam lalu." Dia menjawab santai, masih dalam posisi miring menopang kepala dengan satu tangannya. Dia pun nampak segar seperti baru selesai mandi. "Apa kamu masak sesuatu hari ini? Aku belum makan seharian."

Sweet Ice Cream || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang