Dua jam sudah berlalu, aku masih berada disini. Di warung bi ani. Gak tau kenapa aku males banget buat masuk kelas, jadi aku memutuskan untuk bolos juga pelajaran kedua.Sekarang jam istirahat dan warung bi Ani tampak ramai sekali. Aku duduk di ujung pojokan warung. Tadinya aku sendiri, tapi sekarang aku ditemani dua temanku. Sagara dan Lita.
"Ngapain disini. Kenapa gak masuk kelas." Ucap Sagara yang menatapku tajam
Aku yang tadinya masih memainkan ponsel, dengan segara menaruh ponselku di atas meja.
"Kalian tau darimana gue ada disini." Tanyaku mengalihkan pembicaraan
"Tadi aku liat postingan kamu." Jawab Lita sambil menunjukkan ponselnya yang terlihat menampilkan foto yang tadi aku posting.
"Gak usah mengalihkan pembicaraan. Jawab dulu kenapa Lo ada disini bukannya masuk kelas. Terus kenapa Lo gak angkat telepon dan bales Chat dari gue?" Tanya Sagara
"Maaf. Gue tadi kesiangan, soalnya semalam gue begadang maraton Drakor sampe jam dua. Terus pas sampai di depan sekolah, gerbangnya udah ditutup. Jadi gue males buat masuk, yaudah deh gue kesini aja." Ucapku
"Wah kamu nonton Drakor apa. Rekomendasi sama Lita dong. Lita juga pengen nonton. Seru gak dramanya."
Aku mengangguk. "Seru banget. Apa lagi pemainnya bias gue. Mana ganteng banget lagi. Makin suka deh gue." Ucapku histeris.
"Iihhh Lita juga pengen nonton. Apa judulnya, Pasti seru banget."
"Gue juga belum tamat sih nontonnya, keburu ketiduran. Gimana kalo kita nobar aja."
"Mau.. mau.. kapan?"
"Nanti deh, gue kabarin lagi."
Beginilah aku kalo udah ngomongin drama sama Lita pasti lupa sama keadaan. Sampai aku tidak menyadari Sagara yang masih menatapku tajam.
Sagara berdehem. "Tha. Gue juga masih disini. Lo gak mau ajak gue ngobrol juga."
Aku yang dari tadi masih asyik dengan Lita langsung mengalihkan pada Sagara. "Maaf Gara." Ucapku sambil menggaruk tengkuk.
" Lo udah makan? Mau gue pesenin gak?" Tanyaku
"Gak usah biar gue aja. Kalian mau pesan apa."
Lita nampaknya sedang berpikir. Sedangkan aku hanya diam saja, jujur aku gak lapar sama sekali. Tapi, yaudah deh biar aku gak di interogasi terus sama Sagara.
"Aku mau siomay deh, terus minumnya es teh." Ucap lita
"Gue.. samain aja deh kaya Lita."
"Oke. Kalo gitu gue pesanin dulu."
Setelah mengatakan makanan yang ingin dipesan, Sagara langsung pergi memesankannya. Aku memainkan ponselku, membuka media sosial. Sedangkan Lita hanya diam dan menopang wajahnya diatas meja.
Beberapa menit berlalu, Sagara datang dengan membawa nampan yang berisi tiga porsi siomay dan tiga es teh.
"Makasih Sagara gue yang ganteng dan baik hati." Kataku sambil tersenyum pada Sagara yang sedang menaruh siomay dan es teh ke atas meja. Dan hanya dibalas dengan deheman oleh Sagara.
Lita duduk disebelahku dan Sagara diseberang. Aku memakan siomay itu dengan lahap begitupun dengan Lita.
"Thalia. Kok makannya belepotan kaya anak kecil sih." Ucap lita
Aku membelalakkan mata. Lalu akan mengambil tisu, namun kalah cepat dengan Sagara yang langsung mengelap sisa saus kacang di bibirku dengan tisu yang baru dia ambil.
"Emang dia tuh masih kecil Lita. Makanya harus dijagain." Ujarnya
Aku memukul tangan Sagara."Enak aja. Siapa yang Lo bilang anak kecil."
Sagara terkekeh."Enggak. Bercanda kali Tha."
Selesai makan, aku mulai akan memainkan ponsel lagi. Tapi baru saja akan menyalakannya, ponselku diambil alih oleh sagara.
"Sagara! Balikin gak." Seruku pada Sagara yang mengambil ponselku
"Gue bakal balikin. Asal Lo masuk kelas."
Aku berdecak."Iya. Gue bakal masuk kelas kok, tapi balikin ya." Ucapku sambil menjulurkan tangan, meminta ponselku dikembalikan.
"Gue bakal balikin, tapi nanti. Pulang sekolah." Ujar Sagara yang berlalu pergi meninggalkan aku yang kesal.
"Sagaraaaaa." Teriakku, tapi hanya diacuhkan olehnya.
"Yang sabar ya Thalia." Ucap lita, mengusap punggung ku, dan menatapku iba.
Aku melirik Lita yang berada disampingku. "Gue orangnya gak bisa sabar Alita."
"Kalo gitu Thalia harus bisa sabar."
"Gak bisa."
"Pasti bisa kok. Orang sabar di sayang pacar."
Aku memejamkan mata, lalu membukanya lagi dan tersenyum."Dapet kata-kata dari mana tuh, yang ada di sayang Tuhan bukan pacar."
"Itu Thalia tau, makanya harus sabar nanti di sayang Tuhan sama pacar." Kata lita
"Tapi gue gak punya pacar."
"Ya cari dong, masa jomblo terus."
Memutar bola mata malas. "Gue maunya Jaemin, gimana dong."
"Jangan terlalu berharap sama hal yang tidak mungkin Thalia, nanti yang ada sakit hati."
"Udah ya Lit, gak usah ceramahin gue. Emangnya Lo pernah ngerasain sakit hati apa."
Menggelengkan kepala. "Nggak."
"Haduhhh... Terserah Lo deh, pusing gue." Pasrahku, sungguh kalo berdebat sama Lita pasti panjang urusannya.
Trengg..treng...
Bel masuk berbunyi. Jam istirahat sudah habis, dan pelajaran ketiga akan segera dimulai.
"Sudah bel, ayo masuk." Ajak Lita yang menarik tanganku ke luar warung
"Gue bisa jalan sendiri."
"Ohhh bagus deh."
Lita melepaskan tangannya yang menarikku, dan berjalan mendahului ku yang masih berada jauh darinya.
Gak tahu kenapa aku bisa berteman dengan kedua orang ini yang nyebelin nya sebelas dua belas sama Abangku. Tapi, aku gak menyesal kok. Justru aku bersyukur memiliki teman kaya Alita dan Sagara. Karena, mereka selalu ada disaat aku sedang terpuruk.
Sedikit cerita, jadi aku,Lita dan Sagara itu udah temenan dari dulu sampai sekarang. Kalo sama Lita sudah dari kecil, SD, SMP, SMA juga masuk ke sekolah yang sama.
Kalo sama Sagara dari kelas dua SMP. Sagara yang waktu itu murid baru di kelasku, lalu duduk sebangku denganku. Kenapa? karena aku sama Lita beda kelas. Jadi aku duduk sendiri di kelas, datanglah Sagara dan menjadi teman sebangku.
Dari situlah aku dan dia mulai dekat dan memutuskan untuk berteman. Pertemanan kami bertiga pun bertahan sampai sekarang dan tak akan pernah terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
Teen FictionPerasaan nyaman yang datang tiba-tiba, berubah menjadi rasa suka, dan timbulah rasa cinta.