Kampus Abang

4 0 0
                                    


Aku sudah berada di depan gerbang kampus bang Tegar. Tapi, dari tadi aku teleponin dia gak di angkat. Aku pun menunggu di warung seberang kampus,buat ngadem soalnya hari ini cuacanya panas banget.

Setengah jam aku duduk di warung, aku udah bosen banget menungggu. Dengan kesal aku segera menyeberang,lalu masuk ke dalam kampus untuk mencari bang Tegar.

"Kelas Abang yang mana lagi, gue kan gak tau."

Aku tetap berusaha untuk menelepon bang Tegar. Tapi tetap tidak di angkat, apa dia sengaja balas dendam soalnya tadi aku juga mengabaikan teleponnya.

Sekarang aku duduk di bangku taman. Sumpah aku malu banget banyak yang ngelihatin. Kalo kaya gini terus, aku bakal sobekin makalahnya. Bodo amat kalo bang Tegar marah juga, suruh siapa ditelepon gak di angkat.

Percobaan terakhir, kalo gak diangkat juga, aku bakal sobekin. Soalnya aku udah kesel banget nunggu lama. Saat di dering ketiga, mataku melihat bang Tegar yang sedang berjalan dan bercanda bersama temannya di koridor.

Aku langsung berdiri, dan saat akan melangkahkan kaki, tanpa aku sadari botol air minum yang aku beli tadi jatuh. Aku menginjak botol air itu, karena kurang keseimbangan aku terjatuh.

Brukk...

Demi penguasa langit dan bumi. Aku malu banget, mana di taman banyak banget mahasiswa lagi. Ini pasti semua ketawain aku deh.

"Awas aja Lo bang! Nanti di rumah gue bakal bunuh Lo." Batinku

Seorang mahasiswa menghampiriku yang masih menunduk menahan rasa malu. Aku hanya bisa melihat sepatunya saja, dan tak mampu melihat wajahnya. Lalu orang itu mengulurkan tangannya.

"Ayo berdiri, jangan duduk disini. Kotor." Katanya

Ya ampun suaranya lembut banget, aku segera mendongak. Dia berdiri di depanku, pesonanya membuat ku terdiam menatap orang tersebut,dan jantung aku yang berdegup kencang tak beraturan.

Orang itu mengerutkan keningnya. "Dek, apa ada yang luka."

Aku menggelengkan kepala. "Nggak ada kak." Ucapku lalu menerima uluran tangannya, dan berdiri.

"Ma--kasih kak." Ucapku gugup

Menganggukkan kepala, orang itu menatap ku lalu bertanya. "Saya gak pernah lihat. Kamu bukan mahasiswi disini ya."

"Iya kak."

"Terus ngapain disini." Tanyanya

Sumpah aku gugup banget. Gak gugup gimana, orang yang nolong aku itu ganteng, hidungnya mancung, wajahnya kecil, tinggi,kayanya kalo dia senyum pasti manis banget. pokoknya udah masuk dalam tipe suami idaman ku.

"Gu... Maksudnya aku ada urusan sama bang Tegar."

Menaikkan satu alisnya. "Tegar? Disini yang namanya tegar itu bukan cuma satu."

"Tegar wiyuda." Ucapku dengan lantang

Orang itu Mengangguk. "Kalo gitu, ikutin saya."

Dengan senang hati, aku mengikuti langkahnya dari belakang. Di lihat dari belakang aja udah keliatan banget gantengnya. Beruntung banget cewek yang jadi pacarnya.

Aku mensejajarkan langkahku disampingnya. Dan Menatap dia dari samping.

"Kak. Kita belum kenalan loh." Ucapku

Orang itu berhenti, lalu menghadapku yang berada di sampingnya. Aku mengulurkan tanganku. "Kenalin nama aku Thalia Ramadiana lestari, kakak bisa panggil aku Thalia."

Orang itu melirik tanganku. "Deandra." Ucapnya tanpa menerima uluran tanganku, lalu melanjutkan langkahnya.

Aku terdiam beberapa saat, mengedipkan mataku dua kali. Saat tersadar, aku lalu berlari menyusulnya.

"Tunggu kak."

Orang itu, atau Sekarang aku bisa panggil dia kak Dean. Membawa aku ke kantin. Suasana di kantin sangat ramai, mungkin karena sudah jam istirahat.

"Kak Dean lapar ya?" Tanya ku yang sudah berada disampingnya. Namun ucapanku hanya seperti angin yang berlalu, tak dijawab sedikitpun olehnya.

Kak Dean menghampiri meja yang sudah di duduki oleh tiga orang itu. Aku melihat siluet yang familiar, saat sudah dekat dan dugaan ku benar.

"Tegar. Ada yang nyariin." Ucap kak Dean pada Abang yang masih asyik mengobrol bersama ketiga temannya.

Bang Tegar mengerutkan dahi,lalu berbalik. "Siapa.. Ehh dek udah nyampe Lo." Katanya

Aku menatap sinis bang Tegar. Ingin sekali meluapkan kekesalan yang sudah dari tadi aku tahan. Tapi, kalo aku marah-marah yang ada image aku tercoreng.

Kak Dean sudah duduk diantara dua temannya. Sedangkan aku masih berdiri disamping abang. Lalu Abangku menarik tanganku untuk duduk.

"Udah dari tadi. Aku teleponin tapi gak diangkat sama Abang." Ucapku sambil mengerucutkan bibir.

Mengerutkan dahi, lalu Abang merogoh saku celana mengambil ponselnya. Dan tertera lima puluh panggilan tak terjawab.

"Hp nya di silent, abang lupa. Maaf ya." Ucap bang Tegar santai tanpa rasa bersalah.

"Oke. Sabar Thalia, tenang. Kata Lita orang sabar di sayang pacar. Dan sekarang calan pacar Lo ada di depan mata."

Menghela nafas. "Padahal dari tadi aku udah nungguin Abang di depan. Panas-panasan, mana jatuh lagi di taman."

"Jahat Lo tegar, kasian banget Adek Lo." Ucap temannya bang Tegar, Juned.

"Adek cantik jatuh, ada yang luka gak. Mau kakak bawa ke UKS atau rumah sakit." Ujar temannya Abang yang satunya, Lukman.

"Gak usah modus Lo." Ucap bang Tegar yang menggeplak kepala Lukman

Menggelengkan kepala."Gak apa-apa kok kak. Tadi aku dibantuin sama kak Dean." Ucapku

Kedua teman dan Abangku langsung menatap kak Dean. Abangku menaikkan alis seakan bertanya. 'lo bantuin Adek gue.' Tapi kak Dean hanya diam lalu fokus lagi memainkan ponselnya.

Aku menyerahkan makalahnya."Nih."

Abang menerimanya lalu memeluknya."Makasih ya dek. Butuh perjuangan banget buat nyelesain nih makalah. Kalo gue gak kumpulin gak bisa dapet nilai kita semua."

"Ceroboh banget sih Lo, udah tau dikumpulin sekarang malah Lo tinggal." Ucap kak Juned

"Gue juga manusia ya, wajar kalo gue bisa lupa."

"Giliran yang penting kaya gini Lo lupain, sekalinya mantan susah banget Lo lupain nya. Galmov terusss." Ujar kak Lukman

"Diem Lo, buaya."

"Sesama playboy harus akur ya bestie."

"Udah berisik banget sih kalian, gak kedengerin nih gue lagi nonton." Kata kak Juned yang sedang menonton YouTube di ponselnya.

"Ehhh.. dek udah punya pacar belum." Tanya kak Lukman

"Nggak punya."

"Mau gak jadi yang kedua." Ucap kak Lukman mengedipkan matanya padaku

"Gak boleh, bayar dulu hutang Lo. Baru gue restuin Lo pacaran sama Adek gue." Kata Abang

Masa aku dituker sama hutangnya kak Lukman sih. Emang gak ada akhlak Abang aku tuh nyebelin banget.

"Tapi aku udah ada calonnya kok." Ucapku

"Ya kan calonnya lo itu gue." Ujar kak Lukman

Aku menggelengkan kepala. "Bukan."

Lalu aku melirik ke kak Dean, yang sama juga dia liat ke arah ku. Aku tersenyum memperlihatkan senyuman yang sangat manis, lalu menyelipkan rambutku ke belakang telinga.

Love Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang