Hukuman dari Mama

3 0 0
                                    


Aku mengetuk pintu, lalu masuk. Disana sudah ada mama dan Abang yang sedang duduk menungguku. Aku menghampiri Abang, dan duduk disampingnya.

Tak ada yang memulai bicara, semuanya diam. Mama fokus sama ponselnya, dan Abang hanya duduk dan melipat tangannya didepan dada.

"Kemana dulu, mama kan udah bilang jam delapan gak boleh telat." Tanya mama yang masih setia memainkan ponselnya

"Maaf ma. Thalia nonton dulu live nya Jaemin,jadi lupa kalo Thalia harus nemuin mama."

Jadi Mama aku tuh sudah tahu kalau aku tuh bucin banget sama Jaemin. Karena aku sering banget cerita sama mama tentang Jaemin. Mungkin saat ini mama aku tuh udah bosen banget dengerinnya.

Menghela nafas. "Ya sudah, kalau gitu mama akan mulai bicara. Kalian diam jangan ada yang memotong perkataan mama sebelum mama selesai bicara. Paham!"

"Baik ma." Ucapku dan Abang.

Mama menyimpan ponselnya ke atas meja, lalu memulai bicara. Tanpa basa-basi langsung pada intinya.

"Tadi mama dikasih tahu sama wali kelas kamu. Katanya kamu sering bolos,dan tidak mengikuti pelajaran. Apa itu benar, Thalia?" Tanya mama padaku

Aku membelalakkan mata. "Enggak kok ma."

"Jangan bohong."

"Serius Ma. Thalia gak bohong."

"Tapi mama punya buktinya kalo kamu sering bolos dan gak masuk kelas."

Mama mengambil ponselnya, lalu memperlihatkaan sebuah foto padaku. Foto absensi siswa kelas, yang di kirim dari pak Harun wali kelas ku.

Aku terdiam, menggigit bibir bawahku. Gimana caranya, mencari alasan yang bisa membuat mama percaya.

"Ma, Thalia gak bolos. Thalia cuma bosen aja dikelas, jadi thalia  keluar kelas buat hilangin rasa bosan."

"Sama saja bolos, bodoh." Kata Abangku yang berada disampingku.

"Tegar diam, nanti kamu juga dapat giliran."
Kata mama

"Thalia, kamu itu sudah kelas tiga. Ini bukan waktunya buat kamu bermalas-malasan kaya gini. Sebentar lagi kamu itu akan sibuk dengan ujian. Kalo kamu malas terus, dan nilai kamu jelek gimana."

"Iya Ma, Maafin Thalia." Ucapku sambil menundukkan kepala

"Dengerin tuh, jangan bolos. Cewek kok hobinya bolos sih." Ujar Abangku

"Kaya yang gak pernah aja sih Lo."

"Emang gak pernah."

"Menurut Lo, gue gak tahu apa. Kalo pas SMA Lo juga sering bolos dan ikut tawuran."

Abang membelalakkan matanya dan tangannya menunjukku. "Lo..."

"Diam." Teriak mamaku

"Kalian ini, masih aja berantem. Mama lagi serius."

"Maaf ma."

Mama menatap Abang. "Tegar. Kemarin ada cewek yang datang ke rumah sambil nangis-nangis. Terus katanya dia pacar kamu, dan kamu putusin dia karena kamu udah ada yang baru."

Abang mengerutkan dahi. "Tegar gak punya pacar kok Ma. Dia ngaku-ngaku doang mungkin Ma."

"Tapi dia nunjukin foto kamu sama dia. Mesra lagi fotonya."

"Dia fans Tegar mungkin. Soalnya banyak banget cewek yang mau jadi pacar Tegar ma."

"Tegar. Mama mohon sama kamu, tolong jangan sakiti hati wanita. Kalo kamu sakiti dia, sama aja kamu nyakitin hati mama."

Aku hanya menjadi penonton saja, seru juga kelakuan Abang udah diketahui mama. Sebenarnya aku sudah tahu sih kalo Abang itu sering banget Ganti-ganti pacar. Tapi, aku gak kasih tahu mama. Karena menurutku gak penting juga, toh itu juga kehidupan Abangku.

"Ma, Sumpah Tegar gak pernah nyakitin mereka. Dianya aja yang kebaperan."

"Itu karena kamu kebanyakan tebar pesona dan gombal. Jadi mereka baper, kalo aja kamu diam mungkin tidak akan kejadian seperti ini."

"Ma, Tegar diam aja mereka ngejar-ngejar. Apa lagi tebar pesona, yang ada mereka pingsan gara-gara pesona Tegar yang tidak ada bandingannya."

Percaya diri banget Abangku. Kalo aja gak ada Mama, mungkin aku sudah tertawa terbahak-bahak saking lucunya. Apa katanya Pesona tidak ada bandingannya. Emang siapa dia, Na Jaemin?

Tapi kalo di lihat secara teliti, iya sih Abangku itu ganteng. Tapi, lebih gantengan bang Fajri sih. Emang ya benihnya papa Agus itu gak pernah gagal.

"Pokoknya mama gak mau ada cewek datang ke rumah lagi sambil nangis-nangis. Kalo aja ada, tunggu hukuman buat kamu."

"Dan buat kamu juga Thalia. Kalo di absensi masih banyak bolosnya. Tunggu juga hukuman buat kamu. Paham kalian!" Lanjut mama

"Paham Ma." Ucapku dan Abang

"Untuk sekarang, Mama bakal potong uang jajan kamu Thalia. Dan menyita motor tegar selama seminggu."

Aku akan melayangkan protes tapi keduluan sama Abang.

"Gak bisa gitu dong Ma. Harusnya mama kasih kesempatan dulu, jangan langsung sita kaya gini." Ucap Abangku, aku pun mengangguk membenarkan ucapannya.

"Terserah mama dong. Ini tuh peringatan, agar kalian kalau mau apa-apa itu berpikir terlebih dahulu. Atau mama sekalian potong uang jajan kamu juga.."

Abang menghela nafas panjang. "Janganlah Ma."

"Tapi Ma, masa harus potong uang jajan Thalia sih."

"Terus mau kamu apa. Hp kamu mau mama sita."

Aku menggelengkan kepala. "Nggak. Mama kan tahu Thalia gak bisa jauh dari hp."

"Yasudah berarti uang jajan kamu mama potong."

Aku menyeringai, aku baru ingat kan masih ada papa yang bisa aku andalkan. "Terserah deh, tinggal telepon papa. Suruh kirimin uang."

"Sebelum kamu telepon papa. Udah mama duluan kasih tahu papa kalian untuk tidak menuruti kemauan kalian selama seminggu." Ucap mama

Aku membelalakkan mata. "Kok mama gitu sih, jahat banget."

"Ma, jangan seenaknya dong." Ujar Abangku memelas

"Masih mending seminggu, atau mau mama tambah lagi jadi sebulan." Kata mamaku Santai.

"Jangan ma." Teriakku barengan sama Abang.

"Ini sudah menjadi keputusan mama dan tidak bisa di ganggu gugat! sekarang kalian kembali ke kamar." Ucap mama, lalu pergi dari ruangan

Aku masih duduk terdiam bersama Abang. "Bang gimana dong."

"Gimana apanya, gue juga gak tahu." Kata Abangku yang berlalu pergi meninggalkan ku sendiri di ruangan.

Love Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang