Awal kisahku

16 2 2
                                    

Saat itu mentari hendak beranjak menuju ufuk barat. Aku yang berjalan menuju persinggahan sementara ku, terhenti, karena pandanganku teralihkan tertuju pada seberkas sinar. Sinar yang meredupkan cahaya sang Surya. Yang terpancar dari balik kerudung seorang gadis di sebrang sana. Yang tengah berbicara dengan seorang berpeci hitam berkaos gelap.

Aku memang pengagum wanita yang memiliki rasa malu tinggi. Dan ketika aku menatapnya, itu terlukis dari tunduknya pandangan ia terhadap lawan bicaranya.

Saat itu... Aku tak menghiraukan jalinan antara keduanya. Aku lalu bicara kepada gadis kecil yang mengiringi langkahku, agar ia sampaikan bahwa aku cemburu terhadapnya.

Yah... Ucapan yang teranalisis candaan. Bagaimana tidak? Karena tak mungkin cemburu tumbuh dari hati yang tak mengenal siapa itu. Namun semua itu kuhanyutkan agar bertepi pada sebuah respon darinya di muara perspektif ku bahwa ia gadis yang baik.

Aku dan gadis kecilku tiba di persinggahan. Mentaripun telah mencapai tujuannya. Layung senja mulai memamerkan keindahannya dalam menyambut kegelapan. Aku antarkan gadis kecilku ke persinggahannya di sebrang sana. Persinggahan yang didalamnya sinar itu bersemayam jua.

AKSARA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang