Hari untuk mengakhiri perjalananku di persinggahan ini aka segera tiba. Canda tawa dengan sahabat baru, suka cita dalam mengarungi waktu akan menambah indah lukisan kenangan ku. Namun kala itu suasana hatiku tak terlalu hanyut dalam perasaan menuju perpisahan. Hatiku selalu dibisiki candaan yang ku titipkan pada gadis kecilku. Penasaran memperkeruh lamunanku.
Kenikmatan khayalku dalam menyusuri penasaran akan gadis pujaanku di salah satu sudut ruangan itu, tiba-tiba hancur oleh senyuman dan suara yang terpahat namaku dari gadis kecil yang menghampiriku.
Tanya, jawab, candaan dan senyuman menghiasi aku dan gadis kecilku.
Hingga seketika nafasku tertahan. Debar jantungku berlari. Saat kudengar dari gadis kecilku bahwa "namanya sama dengan namaku".
Dan ia menjelaskan bahwa aku tak perlu cemburu. Karena pria itu adalah sodaraku.Sebuah statment yang meneteskan rasa tawa dan bahagia di hatiku. Jika kufahami, maka seolah ia membuka pintu agar aku masuk kedalam sebuah jalan kenangannya. Karena itu... Lalu kuracik skenario kebahagiaanku melalui gadis kecilku, agar aku bisa membuat sketsa gadis pujaanku.
Saat gadis kecilku kembali kepersinggahannya, ku titipkan sesuatu yang menjadi jembatan aku dan gadis pujaanku dalam katalog semu. Agar ia tak menyadari bahwa ujung jembatan itu adalah aku.
Perpisahan telah tiba. Buku kenangan bertambah tebal. Aku dan gadis kecilku kembali ketempat dimana aku memulai perjalanan. Gadis pujaanku pun telah kembali ke sebuah tempat yang ku ketahui itu dari gadis kecilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA JIWA
Romance"Karya ini bukan untuk pembesar kepala. Karya ini lukisan Tuhan".