Kisah Sang Melati

8 4 2
                                    

Pernah ku dengar bahwa jangan terlalu baik, atau anda akan dimanfaatkan.

Ketulusan terkadang dipandang bodoh oleh mata.

Namun keteguhan hati untuknya, bagai memberi gula pada secangkir kopi.
Tuhan tahu dan sangat bijaksana.
Ia profesional dalam menentukan sejuta balasan dari secuil ungkapan.
Dan lagi, bukankah harapan mereka agar menjadi orang yang bermanfaat bagi Nusa, bangsa dan agama?
Dan juga,

"sebaik-baiknya manusia adalah ia yang memberi manfaat bagi sesama".
Dan melatiku, sama sepertiku.

Jujur saja, menyuguhkan waktu untuk seseorang dapat menjadikannya berharga.

Karena berharganya waktu, ia tak bisa kau ambil kembali.

Melatiku pun layaknya atap di antara kami. Ia menutup sinarnya yang memang mulai redup memeluk tubuhku yang kedinginan.
Sinar mawarku tak pernah hilang. Meski hingga saat ini.
Dan kala itu terjadi, aku hanya menunjukan bahwa aku perlu kehangatan.

Bagiku dan sang melati, jarak dan waktu bisa diajak kompromi. Terkadang aku membawanya kesudut keindahan dihalaman taman itu.
Sang pemilik kebun pun terasa biasa. Tanpa canggung, lebih dari 3 kali, aku menikmati tamannya.
Meski akhirnya, taman itu menjadi saksi. Bahwa bagiku, dikhianati bukan lagi suatu hal tabu.
Dan eloknya, semua itu karena keinginan akar dari sang melati. Yang tak mungkin untuk perjalanan disini.
Dan sang melati takkan indah seperti ini tanpa itu.

Sang melati di beberapa waktu terlihat pucat. Sugesti dari sekitarnya bahwa yang ia rasakan bukan hal yang biasa dan seharusnya.
Lalu ku coba menyiraminya dengan beberapa tetes doa. Dan ku pagar indahnya. Agar hama tak seenaknya menikmati kebebasannya.
Sedikit ekstrim memang, jika pedang telah menyentuh nadi, dan yang kau dapatkan adalah luka yang tak pernah mengering.

Melatiku kini berada di taman yang lain bersama ridho Tuhan. Dan aku hanya berusaha bahwa takkan pernah bisa melawan Tuhan. Meski sebelumnya unik. Karena aku seolah angin yang menyatukan putik dan benang sari. Aku berikan nasihat untuk putik agar mempertahankan dan dapat bersatu dengan benang sari. Meski hakikatnya, aku terinspirasi imaginasi pahlawan.
Luka memang perih. Tapi kesabaran mawarku menyaksikan aku dan sang melati, memberiku ketegasan akan ketegaran dan kesabaran.
Hingga aku tak ingin kehilangannya.
Dan aku temukan,

bahwa keikhlasan cinta, bukan merelakan kepergian, namun memberikan kebebasan untuk merasakan kebahagiaan.

Melihat melalui mata Tuhan.
Menjaga melalui Kuasa Tuhan.
Meminta kebahagiaan untuknya.
Hingga menyadari, tiada kuasa diri untuk diri, untuk ia, bahkan untuk mereka.
Hanya Tuhan lah Sang Pemilik kebahagiaan. Dan Tuhan sangat menyayanginya.
Tak pernah berhenti menguji, hingga apa yang seharusnya ia dapatkan,bisa ia miliki.

Once again

Terimakasih kepada setiap mata yang selalu mengikuti jalannya syair ini...

Don't Forget!!!

Vote, Comment and share

😊😊😊😘

AKSARA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang