Aku menatap keindahan. Lalu kupandang, ternyata keindahan terlukis dari berbagai warna perspektif. Pelangi dengan merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungunya.
Hari dengan terang dan gelapnya.
"Perbedaan merupakan penyusun keindahan bahkan kedamaian. Saat semua berkumpul pada satu titik. Persamaan tujuan".Jejaku ditepian bahagia bersamanya perlahan memudar. Sesuatu seolah mamisahkan keadaan kami pada hati masing-masingnya.
Egoku yang menuntut pengakuan cintanya, tak menggoyahkan prinsipnya.
Tak perlu ikatan sesuatu apapun selain restu wali dan ridho Tuhan. Karena apapun itu, akan berujung penyesalan.
Sedang perspektif ku berkata," mungkin ia hanya ingin bebas di hinggapi kumbang. Ia bebas memilih kumbang mana yang ia suka. Itu wajar, karena ia memang berwarna dan cukup menarik dalam pengetahuan. Juga penilaian sekitarnya tentang baik adabnya.
Hingga aku berharap,
" cukuplah aku dalam perjalananmu".
Mari kita berusaha bersama untuk mahligai itu. Hingga masing-masing hati harus berusaha ikhlas di titik akhir takdir ilahi.
Ternyata ia trauma sakit sebelum terjatuh ketika ia menolak inginku.Aku yang mulai lelah dengan semua itu berteriak dalam dunia yang semu fakta "Aku akan mengakhiri perjalanan disini. Siapapun yang ingin menemuiku silahkan melewati jembatan ini...!"
Tak lama sejak itu, suara merambat melalui jembatan dan menyapaku. Satu alasan indah dari salah satu melati yang sempat singgah di persinggahan ku. Katanya, bisakah aku membuka kembali kode jembatannya yang sempat terblokir karena keteledorannya.
Ya... Idenya berhasil memasukan namanya dihatiku.
Ia cerdas dalam menyudutkan rasa.
Tak aneh jika ia sering merasakan rasa.Melati itu satu persinggahan dengan anak tertua utusan Tuhan untukku dalam persinggahan milik Tuhan.
Sudah sering ia mendekat, meski pandangan tak pernah terikat.
Ia tumbuh dari tunas dalam taman kehidupan yang berdampingan dengan persinggahan ku.
Sehingga tak sulit untukku menghampiri dan menyusuri garis kenangan terhadapnya.Hari-hari berganti memudarkan sinarku menggantikannya dengan melati yang mengucapkan rasa semakin dalam di hati ini.
Namun jujur saja, waktu yang panjang saat lalu bersama sinarku, menghalangi hujamannya agar lebih dalam.
Hingga sering melatiku muram.
Saat ku menjawab pertanyaannya tentang mawarku.
" Sepertinya ia tak pernah redup" katanya.Namun mawarku yang bersinar kala itu membuatku tersenyum. Kebersamaan ku bersama melati di komentarinya.
Katanya : "semoga bahagia"
Psikonesis pasti terbahak.
Senyumku menertawai penaku saat ini.
Geli jika ku ingat jejak ini.
Mawarku takan pernah cemburu, karena perasaannya tak seperti perasaanku.To be continued...
Selalu berterima kasih kepada siapapun yang mengikuti jejak Aksara jiwa
Semoga para penikmat mendapat kebahagiaan
Don't forget...!!!!
Vote,comment and share..!!
😊
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA JIWA
Romance"Karya ini bukan untuk pembesar kepala. Karya ini lukisan Tuhan".