Kebersamaan ku dengan mawar yang bersinar terus berlanjut hingga lebih satu tahun.
Kebanyakan kunikmati itu disela ruang dan waktu. Hanya beberapa kali kami bertemu. Mawarku akhirnya membuka jejak langkah.
Ia melukiskan masa lalunya, yang hingga saat inipun, selepas 10 bulan dari kepergiannya, masih ku abadikan dihati.Ia adalah tunas dari mawar yang begitu indah. Hingga tak sedikit kumbang berlomba untuk menikmati keindahannya.
Namun mawar itu layu, karena memerahkan warnanya dihadapan kumbang.
Hingga saat tunas ini muncul, banyak pemilik taman yang ingin menyiraminya.
Kala itu tanggal kedua dari bulan kelima kalender Masehi, hari ke empat dari Ahad.Ia melukiskan masa tunasnya yang selalu ia sembunyikan.
Tapi ia memaparkannya padaku.
Bisa menikmati lukisan itu, aku seolah-olah salah satu yang istimewa dalam langkahnya.
Aroma lara dari masa lalunya merasuk hingga hatiku. Hingga saat itu, akhirnya aku temukan perbedaan antara cinta dan nafsu yang bertopeng cinta.Aku ber'azam untuk selalu membahagiakannya. Meski ku sadari, aku tak pernah bisa memberinya bahagia.
Hingga saat ini, insha Allah tekad itu masih ada.
Aku ingin turut menyirami mawarku.
Aku ingin ia terlihat indah dan bahagia meski aku tak boleh memetiknya.Aku ikhlaskan dan aku tegaskan, ini bukan nafsu. Ini benar-benar yang disebut cinta.
Ingin selalu memberinya bahagia, tak perduli balasannya.
Ingin selalu membuatnya tersenyum, tak perduli aku yang harus mengurai air mata.To be continued...
Sorry... Untaian ini terlalu pendek.
Ada getaran yang menghalangi jari ini ketika menyelami masa lalu."I still remember her..."
Next part...
Menghilang tanpa Kilauan
Sekali lagi terimakasih kepada siapapun yang menikmati lukisan aksara jiwa hingga part ini...
Semoga terhibur dan bisa mengambil hikmah.
Oke sekian dulu buat part ini...
Don't forget!!!
Vote, comment and share...
Thank you...
😊😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA JIWA
Romance"Karya ini bukan untuk pembesar kepala. Karya ini lukisan Tuhan".