Cahaya kuning ke merah-merahan di ufuk barat, mengatakan bahwa mentari telah pergi meninggalkan langit pagi.
Kilauan fajar dini hari, mengatakan bahwa malam akan segera pergi.
Selalu saja hal indah yang pergi, menyisakan jejak kilaunya supaya ia dapat terikuti.Namun tidak dengan kepergian mawarku yang bersinar kali ini.
Memang, disela kebersamaan dulu, ia pernah pergi. Namun kilaunya membawa ia kembali. Atau aku mengikutinya, hingga bersama lagi.Kepergiannya di hari Minggu 10 Maret 2019, berawal dari kesalah fahamanku yang menyulut nafsu agar keyakinan cintaku ragu.
Hingga ucapan yang keluar dari mulutku dibumbui rasa cemburu.
Hingga mungkin terdengar sangat sumbang di telinganya.
Aku tak akan mencari alasan untuk membenarkan langkahku.
Aku hanya akan menceritakan fakta.Dini hari itu setalah kembalinya ia dari Bogor. Waktu itu aku bersama gadis kecilku menjemputnya di sebuah stasiun.
Panorama perjuanganku menyilaukan mawarku. Hingga ia menuruti inginku, seolah kami membuat ikatan.
Ini yang merupakan akar kesalahan dan tunas dari perpisahan menurut faham mawarku.
Pengalaman mengajarkannya, "bahwa ikatan yang bukan sesungguhnya, suatu saat akan menjauhkan keduanya".
Buah pemikiran seperti itu, harusnya pecah dengan kepercayaan dan saling bertukar pemikiran.
Namun bagaimana kepercayaan tumbuh, jika kita tak meyakini ada nya dihati.Kenyataan tak memerlukan alasan,melainkan penjelasan
Dan kebalikannya, kebohongan berada diatas alasan hingga memanipulasi penjelasan.Jujur saja kala itu, sebenarnya aku ingin menguji mawarku. Bagaimana jika aku meminta agar mawarku melepasku pergi.
Yang kuharap kan hanya satu, seperti keyakinan terhadap bahwa rembulan selalu ada dilangit malam. Sekalipun berselimut kegelapan.Namun ujianku ternyata mengantarkan mawarku untuk pergi selamanya. Tanpa kilaunya, ia meninggalkan hati yang berselimut gelapnya keraguan dan tebalnya penyesalan.
Ia pergi tanpa meninggalkan keyakinan. Ia pergi disaat hati ini membutuhkan penjelasan. Ia pergi dengan memberi ilusi negatif di hati ini.
Namun tak ku pungkiri, cinta yang sebenarnya, telah tumbuh dalam sanubari ini.***
Saat kudekati sahabatnya, aku tahu bahwa cemburu masih ada di hatinya. Dan itu caraku mengetahui hatinya. Meski efeknya, aku disebut pemain hati.
Biarlah.. karena kenyataan tak memerlukan alasan.
Jika ia benar-benar ingin tahu aku sebenarnya, carilah penjelasan.
Apa yang pernah aku katakan kepada selainnya, apakah ada tanda bahwa aku pengelana hati???
Sudah cukup
Aku tak ingin membela diri.
Aku tak ingin menabur kotoran di atas tulisan suci ini. Suci dari kebohongan hati.Thanks buat siapapun yang selalu menikmati jejak pena Aksara Jiwa...
Selalu dalam semoga kebaikan dan kesejahteraan.
Don't forget ...!!!
Vote, comment and share !!!
😊
Next part...
" Melati di antara kami..."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA JIWA
Romance"Karya ini bukan untuk pembesar kepala. Karya ini lukisan Tuhan".