Chapter: Thirty Six

1.9K 514 41
                                    

"I'm meaner than my demons. I'm bigger than these bones."
Halsey – Control

*

Meera terduduk sambil meremas topi di tangannya. Benda berwarna krem polos yang sempat terlepas dari kepalanya tersebut juga kini memiliki motif yang sama seperti masker Daemon yang sekarang tengah ditangani oleh dokter.

Tidak lama kemudian, ia mendengar suara langkah kaki Ermina dan Hamdan yang langsung datang ke rumah sakit begitu mendengar kabar Meera kecelakaan. Namun, keduanya langsung lega begitu melihat fisik Meera hanya mengalami luka-luka kecil. Walaupun tidak dengan hati gadis itu.

"Daemon celaka karena aku, Ma. Aku yang ngebuat dia begini," sesal Meera dalam rengkuhan Ermina.

"Bukan, Sayang. Jangan nyalahin diri sendiri. Nggak baik," tegur Ermina, tidak ingin Meera berpikiran demikian.

Meera menarik diri dari peluk sang mama dan menggeleng lemah. "Ini beneran karena aku, Ma. Aku ngelihat monster itu terus berusaha ngejar dia, tapi Daemon yang nyelamatin aku!"

Ermina mematung. Ia tahu siapa yang Meera maksud. Namun, dirinya tidak sanggup berkata-kata. Untunglah Hamdan langsung sigap mengusap punggung Meera dan berupaya menenangkan anak bungsunya sehingga gadis itu tidak begitu menyadari sikap tubuh mamanya berubah.

"Meera?"

Panggilan lembut sang mama pun kembali membuat Meera menoleh, kali ini tanpa menarik diri dari rengkuhan sang papa. "Ya?" responsnya, lirih saking lemasnya.

"Mama rasa kamu harus ketemu sama Jannah untuk bahas ini."

***

"Jan, mumpung selama kamu hamil jadi Mama yang lebih banyak ngurusin butik, Mama punya ide baru nih buat butik."

Jannah tersenyum mendengarnya. Meski begitu, pandangannya tidak lepas dari foto-foto model baju di iPad milik Ermina. "Atur aja, Ma. Biar gimanapun, itu butik Mama yang bangun, kan."

Ermina tersenyum lebar mendengarnya. "Mama pengin butik kita punya ikon. Mama udah tahu siapa-siapanya nih."

"Siapa emang?"

"Meera sama Ares. Gimana?" Ermina menautkan jemarinya di bawah dagu dan menerawang. "Mama udah kebayang gimana bagusnya wajah-wajah mereka dipajang di butik. Yang satu cantik, seleb Tik Tok. Yang satu ganteng, seleb beneran."

Jannah terkekeh mendengarnya. "Meera pasti tersinggung dengar Mama ngomong gitu, seakan-akan dia seleb bohongan."

Ermina tersenyum masam. "Ya, kan, kenyataanya begitu. Nggak semua orang tahu dia lho walaupun pengikutnya di Tik Tok jutaan. Mama juga heran, kenapa dia nggak mau casting aja ya? Padahal berkali-kali ditawarin sama Bara."

"Bukan passionnya mungkin. Meera, kan, nggak suka diatur-atur orangnya. Endorsement aja MoU-nya banyak mau."

"Bukan! Dia tuh katanya nggak suka aja kalau masuk TV. Karena kalau udah begitu, siap-siap urusan pribadinya diliput terus sama media." Ermina mengangkat bahu. "Tapi ya udahlah. Selama bisa cari uang sendiri tuh anak."

"Betul." Jannah manggut-manggut. "Terus, Mama udah bilang Meera?"

"Belum. Dia mah gampang, satu rumah ini. Cuma si Ares nih. Mama nggak enak deh kalau ngomong by phone. Langsung ke apartemennya aja kali ya? Kamu tahu, kan, alamatnya? Soalnya kata orang tuanya, Ares akhir-akhir ini udah jarang pulang ke rumah mereka."

Jemari Jannah yang sejak tadi sibuk memperbesar dan memperkecil layar benda pipih di tangannya pun sontak berhenti bergerak. Ragu, ia menoleh pada Ermina dan melemparkan tatapan tidak terbaca. "Apart?"

DANGER: The Devil Wears High Heels #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang