Wewe gombel

32 6 17
                                    

Gelap kini pandangan Laras,nginggg,berdenging telinganya,samar suara gamelan serta kidung beralun merdu di telinganya.

Pening yang anak perempuan itu rasa,seperti melayang terbang,dan jatuh tertarik.

Kembalilah kau Laras,tubuh mu memanggil.
*
*
Remang kini netra gadis kecil cantik itu, membuka matanya memfokuskan kesadarannya,kini jam dinding menunjukan pukul 2 pagi.

Laras beranjak turun dari ranjangnya,sepertinya ia haus,berharap perjalanannya ke dapur tidak di ganggu oleh makhluk aneh.

Namun belum juga gadis kecil cantik itu melangkah kan kakinya, tiba-tiba saja tangan besar panjang hitam legam menyapa pundak gadis kecil itu.

Tentu Laras mematung sejenak,tertegun.

Sosok apa yang berada di belakang dirinya,sekilas matanya melirik untuk memastikan bentuk dari sosok tersebut,namun sekilas Laras melihat di pundaknya ada tangan yang menyeramkan ia kaget dan ketakutan tentunya,perlahan menghiraukan namun tetap saja ketakutan.

"Ha ha ha ha ha " tawa sesosok anak kecil seumuran Laras, tentu Laras tau siapa yang menertawainya, namun Laras belum mengetahui  apa nama sosok yang akhir-akhir ini mengikutinya.

Namun tawanya membuat tangan menyeramkan itu perlahan mundur dan menghilang dari pundak Laras.

Laras menarik nafasnya dalam,mengatur detak jantung yang semula tidak beraturan karena takut.

"Apa kamu tau apa sosok itu?" Laras bertanya pada sosok anak kecil yang sedang duduk di atas lemari kayu samping ranjang tempat tidurnya.

"Dia wewe gombel,ya manusia menyebutnya seperti itu" Jelas sosok anak kecil itu.

Tentunya sesosok anak kecil itu berwujud dengan wujud yang baik untuk dilihat,sehingga Laras mau membuka suaranya untuk bertanya.

Terkadang saat Laras tidak perduli dengan sosok anak kecil laki-laki itu ia akan merubah dirinya menjadi sangat menyeramkan dan menjahili Laras.

"Ada yang mengincar mu Laras" sambung anak kecil laki-laki itu.

Laras hanya terdiam,kembali merebahkan tubuhnya,mengurungkan niatnya untuk pergi kedapur mengambil segelas minum,tak apa pikirnya kehausan bilamana itu aman bagi dirinya.

Dan apa yang dimaksud sosok anak kecil itu,siapa yang mengincarnya.

Sungguh Laras seandainya kau tau bahwa bau cenayangmu sangat kuat.
‌‌*
*
*

Ke esokan harinya Laras bangun dengan semangat pagi,anak ayu itu pergi bergegas mandi,mengikuti langkah Adja yang mengintrupsi menuntun langkah Laras menuju sumur.

Selepas mandi, Laras kembali,masuk ke dalam kamarnya, Adja sudah menyiapkan pakaian sekolah yang akan digunakan Laras hari ini.

Dengan handuk kimono putih yang menutupi tubuhnya,kini tangan Laras membuka pintu Lemari di depannya,suara kayu pintu lemari tua itu berdecit menyapa telinga Laras.

Namun saat cah ayu itu membuka Lemarinya,iya melihat sesosok anak kecil laki-laki itu berada di dalam lemarinya dengan wujud yang menyeramkan,tanpa bola mata,darah dari,mulut dan dada bercucuran,

"Aaaaaa!!!" teriak Laras menyapa telinga Adja yang sedang menyiapkan sarapan.

Di sebrang sana dengan khawatir Adja langsung menghampiri kamar Laras.

"Kenapa ndok?" Tanya Adja khawatir.

Laras menutup matanya,ia syok dengan apa yang ia lihat sepagi ini.

"Ha ha ha ha ha" tawa sesosok anak kecil laki-laki itu,tanpa di dengar dan di lihat oleh Adja.

"Siapa sebenarnya kamu?!" Laras masih setia menutupi matanya, sedangkan Adja kebingungan dengan tingkah Laras, namun Adja tau Laras bukan lah anak biasa pasti ada sesuatu yang ia lihat.

"Aku Albert,boleh aku berteman denganmu Laras?" Sosok anak kecil yang semula menyeramkan kini berubah wujud menjadi enak untuk dilihat.

Laras masih memejamkan matanya,dirasa sosok itu sudah tidak ada setelah mengatakan bahwa ia ingin berteman dengannya, Laras hanya terdiam bingun sembari melanjutkan mengenakan pakaian sekolahnya,apa boleh pikirnya berteman dengan yang bukan manusia.

Adja merasa seperti keberadaannya saat ini tidak di perdulikan oleh cucunya ini,ia pun merasa sepertinya Laras sudah bisa berinteraksi dengan 'mereka' yang tidak semua orang lihat,namun itu juga yang membuat Adja gelisah,bagai mana nanti jika cucunya dikira tidak waras karena sering bicara sendiri.

Dimata Adja, Laras adalah anak kecil cantik pendiam tidak banyak tertawa,bicara,dan menangis,memang tidak seperti anak pada umumnya,sakit rasanya melihat pertumbuhan cucu sematawayangnya  yang berbanding jauh dengan anak anak lainnya.

Di dapur,tepat di meja makan Laras memakan sarapannya,beberapa menit sebelumnya hanya keheningan yang di rasa Adja, sungguh Laras sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.

"Ndok apa Laras melihat sesuatu tadi di kamar?" tanya Adja mencirkan suasana.

Hanya angukan dari kepala Laras yang Adja lihat.

"Apa kakek mu boleh tau apa yang Laras lihat?" lanjut Adja bertanya dengan sedikit khawatir.

"A-albert" hanya kata itu yang di ucapkan Laras.

"Siapa dia ndok?" tanya Adja penasaran.

" Teman Laras kakek, dia bilang Laras sedang di incar" akhirnya Laras berbicara dengan kalimat panjang.

Adja hanya tersenyum dan mengelus rambut Laras,tentunya bukan senyuman senang nanmun senyum yang di selimuti rasa khawatir,benar saja apa yang ia pikirkan cucunya ini sudah bisa berinteraksi dengan mereka.

Adja memikirkan kata terakhir cucunya,ada yang mengincar,tentu Adja faham apa yg di katakan cucunya itu,sekarang sudah tidak aman lagi bagi Laras di desa kediamannya, sebab Adja tau di desanya banyak sekali orang yang bersekutu dengan dedemit untuk kepentingan diri sendiri.

"Sudah sarapannya ndok? Mari kakek antar sekolah yo" Adaja membersihkan tempat makan mereka,kemudian menggendong Laras keluar untuk menaiki sepeda tuanya.

Letak sekolah Laras di luar pemukiman warga,jadi mau tak mau dengan awan yang belum menampakkan sinar
mataharinya,subuh subuh buta selepas sholat subuh dan sarapan,Adja harus mengantar Laras sekolah,sebab jaraknya lumayan jauh,takut cucu nya ini telat masuk di hari pertamanya.

Hutan-hutan yang harus Adja lewati untuk mangantar cucunya,ada beberapa warga yang sama dengannya mengantar anak-anak mereka bersekolah.

Laras menunduk dan setia bermain dengan boneka kayunya,ia merasa walaupun sudah subuh dan ada sebagian manusia yang beraktifitas tetap saja sosok sosok penghuni hutan yang tak kasat mata itu seperti sedang memperhatikannya,terlebih netranya tak sengaja melihat sosok tadi malam yang ia lihat.

Semoga kau baik-baik saja,Laras.

Semoga kau baik-baik saja,Laras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selanutnya...

TARIK SUKMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang