8. Pain (Jeff And Their Story)

534 79 22
                                    

---

Rumahnya mungkin memang tidak sepenuhnya memberikan Jeff sebuah rasa cinta kekeluargaan. Tapi tak pernah sekali pun ia merasa benci dengan seorang Ibu yang telah membesarkannya. Namun, untuk kali ini, Jeff merasa benci. Benci hingga hanya untuk sekedar bernafas di satu ruangan yang sama dengan Sang Ibu terasa sangat menyesakkan.

''Mau Mamah apa sekarang?'' tanya Jeff sekali lagi. Memastikan apa yang sebenarnya Sang Ibu inginkan.

''Kamu masih aja nanya."

"MAMAH TERLALU BERTELE-TELE BUAT MARAHIN AKU. BILANG, MAMAH MAU AKU KELUAR DARI KELUARGA INI?"

Nafas Jeff terengah engah, marah, kesal, sedih bercampur aduk. Apalagi setelah melihat wajah adiknya yang meledek. Seolah berkata Lo siapa di keluarga ini, bro?

Dan lihat saja, tanggapan Ibunya. Yang ikut terpancing emosi.

"IYA! KAMU ITU BEBAN. ANAK GAK TAHU DIRI. BAGUS KALO KAMU SADAR LEBIH DULU."

"WHAT THE FU-"

"Apo..."

Badan Apo membeku, mendengar panggilan dari belakang. Benar saja, saat ia membalikkan badan. Mile sedang berusaha untuk duduk. Dengan wajah menahan sakit.

"Mas."

"Kenapa kamu ngebentak Jeffri kayak gitu?"

"Apa yang aku omong itu fakta. Mas harusnya sadar, Jeff sama sekali gak bisa nyaingin Bright. Bahkan Harit, yang lebih muda dari dia aja udah bisa mencapai segala prestasi yang gak pernah bisa Jeff capai pada masanya."

Jeffri menggertak kan gigi. Fakta? Yah, benar. Ibunya benar. Puluhan piagam penghargaan lomba menyanyi yang ia tekuni belasan tahun itu bisa dengan mudah dihempaskan jika dibandingkan dengan satu piagam Olimpiade Sains adiknya.

Wajah Mile terasa membeku. Sangat sangat sangat heran. Apa yang mendasari Apo- Sang Istri memiliki pikiran seperti itu. Beda dengan 29 tahun yang lalu. Kemana perginya wanita cantik yang pergi kesana kemari untuk memperjuangkan pendidikan parenting untuk masa depan jutaan anak?

Kini, wanita cantik yang memang cantiknya tak berubah itu malah dengan gampangnya membuat hati anak yang di kandung juga dibesarkan selama puluhan tahun itu hancur.

"Apo... Kenapa? Kenapa harus Jeffri?"

"Kenapa kamu bilang? Kamu yang bikin aku hancur kayak gini. Kamu yang bikin aku benci untuk terus hidup."

"Alasan kamu itu gak masuk akal. Aku emang salah. Tapi kenapa Jeffri yang harus kamu lampiasin. Kalo kamu marah. Kamu marahin aku. Bukan Jeffri. Kenapa po, kenapa?" Suara Mile melemah diakhir kalimat, rasa kecewa tak bisa ia pungkiri.

Bukan ini yang Jeff harapkan, dia dimarahi Apo, lalu Mile membela dan kedua orang itu terlibat pertengkaran. Lagi lagi dengan alasan yang sama. Yaitu dirinya. Jeffri Saturnus.

Cengkeraman kuat hinggap pada pergelangan tangan Jeff. Adiknya, Ssang Harit (not typo).

"Kakak puas bikin ayah mamah berantem lagi?"

"..."

"Kakak tau, hubungan Mamah dan Ayah itu baik baik aja. Selama kakak gak ada di rumah. Mungkin kakak kira keluarga kita lagi diambang kehancuran. Bener sih, tapi itu benar benar terjadi karna kehadiran kakak. Jadi...

- kakak tau apa yang terjadi kan kalo kakak gak ada di sini?"

Jeff menoleh, menatap tepat pada kedua bola mata hitam legam milik Harit. Sial, Jeff benci. Ia sangat benci dengan situasi ini. Yang memojokkan dirinya sepojok mungkin.

BibleJeff : RoutineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang