13. Menyerah

431 68 18
                                    

---
Lanjut nulis tengah malem~~ sebenernya buat nulis routine itu alhamdulilah selalu ada ide nya. Tapi tenaga buat nulis selalu gak ada wkwkw.

.
.
.

"Fucked up."

Bible menyunggingkan senyum miring mendengar ujaran curse word's yang Jeff layangkan untuknya. Dia dan Jeff itu sama sama saja. Bedanya, Jeff terlalu Denial. Dan ia? Sudah mengakui.

"2 Minggu yang lalu Lo nanya. Hubungan kita itu apa. Kan? This answer."

Di dunia ini, ada beberapa jenis orang gila. Dan mungkin, Bible salah satunya. Itu yang Jeff yakini sejak dahulu hingga sekarang.

"Lo kerasukan apa sih anjing, bad habits bener. Oh, Lo abis liat video gay terus jadiin gue bahan percobaan rasa penasaran Lo itu?" Ucap Jeff tanpa jeda.

"Lol, i'm gay and you too."

"???"

Dengan paksa, Bible mengangkat dagu yang lebih pendek. Untuk tepat menatap pada matanya. Hembusan nafas Jeff terasa hangat dalam jarak wajah yang dekat.

"Jeff, gue tau dan Lo juga pasti lebih tau. Gak usah sok bego dengan nyangka semua yang ada."

"Badan gue cuma nge freeze gara gara kaget tadi bib, jadi gak ngelawan."

"Bukan itu yang gue bahas bangsat."

"Ya terus apa!?"

Bible mengembuskan nafas kesal, pandangan nya sedikit miring ke samping. Kenapa jadi penuh lika liku seperti ini. Apa benar Jeff bodoh, denial, tolol atau dia yang terlalu banyak basa basi kurang to the pintu.

Belum selesai dengan pemikiran nya sendiri. Jeff memundurkan badan lebih dulu, "Bib, cukup udah sampe sini aja. Oke, oke. Gue gak bego. Gue ngerti dan paham lebih jelas sekarang. Tapi apa mungkin Lo mau ngambil resiko besar? Huh?"

Terlihat si cantik menggigit bibir bawahnya dengan raut wajahnya dilema. Banyak kata kata yang hanya berakhir pada ujung lidah tanpa bisa ia suarakan. .

Jeff selalu cantik, sangat cantik. Bahkan sejak pertama kali keduanya bertemu, otak Bible sudah mengirim kata cantik untuk menggambarkan Jeff.

Tetapi setelah menyadari apa yang ia rasa. Kecantikan itu seolah menembus ujung lorong waktu. Indah tapi juga membingungkan.

"Kita nyerah bahkan sebelum mulai? Jeff? Gue berani ambil resiko. Tapi gue gak berani buat jalanin hari tanpa adanya sosok Jeffri Saturnus."

Sudah cukup basa basinya.

Bible itu serakah.

Persetan dengan norma.

Hatinya hanya menginginkan Jeff.

"Bible... Jangan gini." Lirih Jeff, netra cantiknya telah kehilangan binar. Seperti lelah. Baru Bible sadari jika warna hitam pada bawah mata Jeff terlihat tebal. Apa siklus tidur si cantik sedang berantakan.

Tak pernah sekalipun terbesar niat hatinya untuk membuat si cantik bersedih, Bible merengkuh tubuh Jeff yang telah kehilangan perlawanan, "Maaf, maaf."

"Lo bener, gue lebih tau semuanya dari pada Lo. Gue udah berusaha menepis semuanya. Tapi susah. Susah kalo Lo malah ngirim sinyal buat gue berharap lebih. Dunia gak ada di pihak gue, Bible. Tolong jangan bertindak bodoh. Lanjutin hidup Lo sesuai norma dunia. Jangan mau buat sia sia in nafas juga emosi Lo buat orang kayak gue."

Bible memejamkan mata erat, berharap semua hanya ilusi. "Jangan mikirin gue doang, Jeff. Pikirin diri Lo sendiri, pikirin perasaan yang Lo punya."

"Bible, Lo pinter tapi goblok. Lo jelek banget anjing. Jelek." Jeff memukul pelan bahu yang lebih tua.

BibleJeff : RoutineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang