MLHL || 11

9 3 0
                                    

"Bagaikan bintang di langit. bagaikan embun di pagi hari. Parasmu tak pernah membuatku bosan memandang."

~ Marian ~

Memandang wajah tersebut tanpa berkedip. Wajah yang membuatnya teringat akan suatu hal...

Mamanya! Sungguh wajah itu terlihat mirip dengan wajah mamanya. Tak henti ia memandang wajah itu tanpa berkedip. Cantik, gumamnya selalu dalam hati. Entah berapa waktu, entah berapa ratus kali iya memuji paras gadis tersebut. Redup, membuat rasa sepi tanpa orangtua milik Ian menjadi lebih berwarna.

Bel pulang berbunyi, dan aku tak memiliki kegiatan sepulang sekolah. aku hanya akan menghabiskan waktuku seorang diri. Berbaring tanpa kegiatan di kost baru ku

Andaikan aku dapat mengajak salah satu temanku, Redup misalnya. Namun aku masih belum bisa akrab dengannya, dia terlihat menyenangkan hanya saat aku tersesat mencari ruang guru. Sejauh ini dia pun cuek kepadaku, hanya diam, tak pernah menyapa saat kita berpapasan.

Oh tidak, padahal kita satu kelas. Mengapa aku sangat susah untuk mendekatinya? Dia bagaikan jauh diatas langit ke tujuh. Seperti aku tidak akan bisa menggapainya

Oh Redup, bagaimana caraku agar dapat mendekatimu?

Setelah bel berbunyi aku langsung menuju parkiran, menunggu pamanku untuk menjemput pulang. Aku tidak membawa motor karena tadi pagi aku diantar oleh paman.

Sesampainya di rumah

Hari ini sungguh melelahkan.

Aku mengambil ponsel ku dari dalam tas. Merebahkan diriku, dan mengetikkan pesan kepada Mama ku.

———————

For: お母さん

Hai Ma, bagaimana kabarmu?
Ini hari pertamaku masuk sekolah. Sekolahku lancar. Aku menjadi anak baik seperti yang Mama pesankan padaku. Hari ini aku mendapatkan banyak teman. Namun, ada satu yang menyita perhatianku. Namanya Vanecia Redup. Nama yang cantik bukan? Sama seperti parasnya. Cantik. Kalau mama bertemu dengannya, Mama pasti menyukainya. Karena dia...
Dia sangat mirip dengan Mama
Aku ingin cepat akrab dengannya Ma. Dia anak yang agak pendiam.
Aku akan kenalkan dia kepada Mama jikalau aku sudah akrab dengannya nanti.
Sampai jumpa Ma, aku sayang mama

Anata no musuko: Marian

From: You

———————

Setelah aku mengirim pesan, aku bergegas menuju kama mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku berencana untuk pergi mencari udara segar malan ini.

Tak jauh dari kost, aku menemui tukang bakso yang ada di ujung kompleks. Karena lapar, aku pun memesan satu porsi bakso untuk ku nikmati. Aku berbincang sedikit dengan tukang bakso tersebut hingga akhirnya pesanan bakso ku selesai dibuatnya. Setelah menerima bakso itu, aku pun memutuskan untuk menghabiskannya di samping trotoar jalan sambil melihat bintang yang ada di langit.

Tak membutuhkan waktu lama untukku menghabiskannya. Setelah habis aku pun memutuskan untuk duduk sejenak sambil menikmati malam.

Entah mengapa, saat melihat indahnya bintang terbayang kembali wajah gadis yang ku ceritakan tadi. Ya, Vanecia Redup.

Saat kali pertama aku melihat wajahnya, hanya wajahnya yang tergambar di pikiranku. Saat kali pertama aku mendengar namanya, hanya namanya yang terucap oleh pikiranku. Gadis yang memudarkan rasa kesepian ketika tak ada mama di sampingku. Aku ingin cepat bertemu dengannya kembali. Aku harap hari esok akan segera tiba.

Suasana tenang malam ini membuatku melamun. Masih tentang Redup. Bagaimana bisa aku menyukainya hanya dalam sekian detik? Bagaimana bisa dia.menguasai pikiranku seharian penuh? Apakah karena ia memiliki paras yang mirip dengan orang yang sangat ku cinta?

Tanpa ku sadari tiba-tiba ada yang menepuk pelan pundak ku. Sial, aku kira itu setan. Ternyata hanya seorang gadis. Gadis itu membuatku kaget. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan kemudian bertanya padanya.

"Ottoke?" kata ku dengan mengerutkan kening.

"Hah? Kamu ngomong apa?" tanya gadis itu kembali yang tidak mengerti dengan apa yang telah ku ucapkan.

"Maaf, apa? Ada apa?" kataku kembali membenarkan bahasaku. Bagaimana bisa aku melakukan ini? Tadi pagi saja aku menggunakan bahasa wibuku, dan sekarang? Mengapa aku harus menggunakan bahasa kpopers ku? Sungguh payah diriku ini.

"Tidak ada apa-apa, aku melihatmu duduk termenung disini. Mengapa? Kamu ada masalah?"

"Tidak ada, aku senang saja duduk disini sambil melihat langit malam. Ya mungkin karena aku jauh dari orang tuaku jadi aku merasa kesepian."

Gadis itu kini sudah duduk disampingku sambil mendengar dengan seksama apa yang aku ucapkan padanya.

"Apakah kedua orang tuamu sayang padamu? Lalu mengapa kamu memilih untuk tinggal sendirian?"

Aku menoleh kearah Gadis itu. "Tentu saja, aku hanya ingin hidup mandiri."

"Begitu ya, beruntungnya kamu meskipun jauh dari orang tua tetapi kedua orang tuamu tetap sayang kepadamu."

Tak lama setelah saling terdiam, gadis itu pun buka suara

"Nama kamu siapa? Aku Kara Andralunka, panggil saja Kara." ujar Kara sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Aku Ian, senang berkenalan denganmu, Kara."

Seusai kami berdua berkenalan dan mengobrol singkat, akhirnya Kara pamit untuk pulang duluan karena waktu sudah menujukan jam 9 malam. Sedangkan aku masih tetap diposisiku sambil melihat Kara yang semakin jauh dari pandanganku. Aku tak menyangka bahwa dalam sehari aku bisa mendapatkan lumayan banyak teman baru.

Aku tak ingin berlama-lama sendirian di sini. Akhirnya aku memutuskan kembali ke kost dan bersiap untuk tidur.

Sampai rumah, aku mengecek Email ku terlebih dahulu dan membuka pesan balasan dari mama untuk kemudian pergi tidur.

———————

For: You

Hai nak, Mama baik
Mama sangat senang mendengar kabar ini
Mama akan menantikan saat kamu mengenalkannya kepada mama

Syncerely, anata no okaasan

From: お母さん

———————

お母さん = okaasan = ibu
Anata no musuko = anakmu
Anata no okaasan = ibumu

Not Only Me. Me? No, it's more about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang