MLHL || 05

19 9 0
                                    

"Dipertemukan dengan tak disangka hingga ditakdirkan untuk selalu bersama"

~Marian~

Sesampainya di sekolah

Ramai. Sangat ramai seperti sekolah pada umumnya. Tampak begitu banyak siswa siswi berjalan menyusuri lorong demi lorong agar sampai kelasnya masing-masing. Tak lupa pak satpam yang sedang sibuk mengatur jalannya kendaraan yang masuk dan mengawasi para murid yang melintas memasuki area sekolah.

"Aku berangkat dulu ya Paman," ucapnya di depan pintu mobil di depan gerbang sekolah sambil mencium tangan pamannya.

"Iya. Langsung ke ruang guru ya, sebentar lagi bel masuk berbunyi. Jaga sikap di sekolah baru mu," pesan dari sang paman kepada Ian. Tentu tak mungkin Ian akan berperilaku buruk di sekolah barunya. Ian terkenal sebagai anak yang begitu baik di sekolah lamanya dan tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaannya akan terbawa ke sekolah barunya ini.

"Siap paman." teriaknya dengan penuh semangat sambil menaruh tangan sejajar dengan dahi sebagai tanda hormat. Setelah itu, Ian langsung berlalu berlari meninggalkan pamannya yang juga mulai menginjak pedal gas untuk segera meninggalkan sekolah dan pergi bekerja.

Ian berjalan melalui lorong-lorong di dalam sekolah sembari mencari di mana ruang guru berada. Sialnya dia lupa bertanya kepada pamannya di mana ruang guru itu berada.

"Ah sudahlah, nanti juga ketemu," batin Ian sambil terus mencari keberadaan ruang guru tersebut.

Dengan santai Ian berjalan di lorong kelas sambil melihat ke kanan dan kekiri melihat semua yang ingin dilihatnya. Tanpa sadar Ian terlalu asik melihat pemandangan kanan dan kiri sehingga, dia tidak menyadari bahwa ada seorang gadis yang juga berjalan ke arahnya.

Entah, apa yang sedang ada di pikiran gadis tersebut. Sehingga dia juga tak menyadari jika ada seorang pemuda berjalan tepat di depannya. Ian dan gadis tersebut berjalan berlawanan arah di lorong dan di jalur yang sama sehingga ...

Brakk

"Aduh!" ucap, si gadis itu.

"Itai!" ucap Ian dengan ringisan.

"Daijobu? Eh maaf, apakah kamu baik-baik saja?" tanya nya gugup.

Bisa-bisanya dia keceplosan dengan mengeluarkan kata wibunya, selepas kejadian itu Ian pun mengulurkan tangannya membantu gadis itu untuk berdiri.

"Eh, iya, aku baik-baik saja. Terima kasih," kata si gadis sembari menerima uluran tangan Ian.

"Maaf ya. Karena aku tidak memperhatikan jalan, aku jadi menabrakmu," terangnya.

"Tak apa, apakah kamu anak baru? Aku belum pernah melihat mu sebelumnya." tanya gadis tersebut.

Tatapan Ian masih tidak tergoyahkan dari wajah gadis manis itu. Dia menatap dalam mata sang gadis itu.

"Cantik," batin Ian.

"Maaf, kamu tak apa? Apakah ada yang salah dengan wajahku?" gadis itu bertanya dengan raut wajah yang keheranan.

"Oh maaf, tidak. Bisakah kamu mengulangi pertanyaanmu tadi?" Pertanyaan si gadis membuatnya terkejut dan tersadar dari lamunannya.

"Kamu ini, apakah murid baru di sini? Aku belum pernah melihat mu sebelumnya," gadis itu mengulang pertanyaannya kembali.

"Iya, aku baru pindah hari ini." jawab Ian.

"Oh begitu. Kamu kelas berapa? Biar saya antar kamu ke kelas." gadis itu menawarkan kebaikan kepada Ian. Karena dia tahu, sekolahnya ini adalah tempat yang membingungkan bagi murid baru. Kenapa dia bisa tahu? Yah, itu karena dulu dia juga pernah menjadi murid baru di sini.

"Aku belum tahu di kelas mana aku di tempatkan. Pamanku bilang aku harus ke ruang guru untuk bertanya dan sekarang masalahnya, aku kebingungan mencari di mana ruang guru berada. Aku tadi lupa menanyakannya kepada paman. Aku kira tidak akan ada masalah jika aku mencarinya sendiri. Tapi ternyata ada terlalu banyak jalur di sini yang membuatku bingung. Bisakah kamu menunjukkan kepada ku di mana ruang guru berada?" tanyanya dengan wajah memelas. Ian berharap si gadis akan menolongnya menunjukkan di mana ruang guru berada.

"Bisa kok. Perlukah ku antar ke sana juga?" tanya si gadis. "Aku takut kalau nanti kamu tersesat. Karena sekolah ini mempunyai banyak lorong yang membuat banyak anak baru kebingungan. Tapi tenang, tak lama nanti kamu akan terbiasa kok." lanjut si gadis dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

"Boleh kah?" tanya Ian memastikan.

"Boleh kok, mari." ajak si gadis.

Setelah sepakat untuk bersama-sama menuju ruang guru, mereka pun berjalan beriringan sambil mengobrol santai. Setelah mereka jauh mengobrol ke banyak hal, Ian baru sadar jika dirinya melupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dia lakukan.

"Eh maaf, saya lupa menanyakan hal yang sangat penting." ucap Ian.

"Hal penting? Apa itu? Tanya saja, jika saya bisa tahu saya pasti akan menjawabnya." ujar si gadis.

"Eum, begini. Saya lupa menanyakan nama anda. Siapa nama anda?" yah, hal yang sangat penting bagi Ian, nama.

"Oh, haha. Aku kira kamu mau bertanya tentang apa... Namaku Vanecia. Vanecia redup. Dan, siapa namamu?" tanyanya balik.

"Namaku Ian Marian. Senang berkenalan denganmu." jawab Ian.

Setelah berkenalan, mereka bingung harus mengatakan apa. Vanecia pun hanya diam sambil berjalan santai beriringan dengan Ian. Tak jauh mereka berjalan, mereka pun sampai di ruang guru. Tampak banyak sekali guru yang sedang sibuk di meja masing-masing. Ada beberapa guru yang sibuk dengan buku tugas siswa. Dan ada juga guru yang sedang berkutik di depan laptopnya.

"Oke, sudah sampai. Terima kasih sudah mengantarkanku sampai sejauh ini." tutur Ian.

"Ah, tak apa. Sudah kewajiban manusia untuk saling membantu." Lagi-lagi di sambut dengan senyum manisnya.

"Kirei," ucap Ian. Entah sudah berapa kali dia memuji gadis itu.

"Kalau begitu aku kembali, ke kelas dulu ya. Bel sudah mau berbunyi." suara Vanecia membuyarkan lamunan Ian.

"Eh iya. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama. Sampai bertemu kembali."

Vanecia pun buru-buru kembali ke kelasnya sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Setelah memastikan Vanecia sudah jauh, Ian pun masuk ke ruang guru untuk menanyakan di mana kelasnya.

"Permisi. Saya Ian siswa pindahan dari SMA Rosalia." Ian memperkenalkan dirinya ke salah satu guru yang berada tak jauh darinya di dalam ruang guru tersebut.

"Oh, murid pindahan. Kamu bisa bertanya ke Bu Diah ya, ibu guru yang duduk di meja kedua dari pintu." jelasnya.

"Oh iya bu, terima kasih." Ian pun berjalan ke arah meja Bu Diah dan menanyakan di mana kelasnya kepada Bu Diah.

"Kamu masuk ke kelas XI IPA 4. Nanti kamu berangkat ke kelas bersama saya saja, kebetulan nanti ada jam saya. Untuk sekarang kamu bisa duduk di ruang tunggu sambil menyiapkan dirimu selagi saya menyiapkan barang-barang saya." tutur Bu Diah selaku guru Matematika sambil berlalu meninggalkan Ian untuk menata dan mengambil buku-bukunya.

Ian pun berlalu menuju ruang tunggu untuk mempersiapkan dirinya sebelum memasuki ruang kelas barunya. Tak lama kemudian Bu Diah menghampirinya. Tanpa berbicara panjang lagi Ian langsung berdiri dan mengikuti Bu Diah ke kelas barunya.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan masuk dan perkenalkan dirimu, Nak."

Perlahan Ian memasuki kelas. Tatapannya menyapu seluruh kelas dan kemudian terhenti terpaku oleh satu wajah. Dia berhenti mematung. Memandang wajah tersebut tanpa berkedip. Wajah yang membuatnya teringat akan suatu hal ...


Note :
Itai = Sakit
Daijobu = Baik/tak apa
(Bisa di artikan 'Apakah kamu baik-baik saja?')
Kirei = Cantik

Not Only Me. Me? No, it's more about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang