MLHL || 06

21 7 0
                                    

"Terkadang, kebaikan tidak harus selalu terlihat. Sebab, cahaya tak akan berpaling dari kegelapan."

~Kara Andralunka~

Kelas Kara sudah didatangi seorang guru yang terkenal akan ketegasannya dalam mengajari siswa-siswinya, dia Bu Gita—Guru Geografi dikelasnya. Kara kurang fokus untuk mencerna semua materi yang sedang dijelaskan Bu Gita, mungkin karena suasana hatinya yang sedang tidak baik.

Pandangannya teralihkan ke arah jendela yang berada di samping kanannya, tak sengaja dia justru dipertemukan kembali dengan siswi yang ditolongnya saat berada di gudang tadi pagi. Kara pun jadi teringat kembali akan perkataan siswi itu, dia tak ingin mengingatnya tetapi saat melihat siswi itu. Rasanya ada sedikit rasa penasaran.

Tiba-tiba, sebuah penghapus mendarat dimejanya membuat Kara terkejut dan langsung menengok ke arah Bu Gita. Semua tatapan teman sekelasnya mengarah kepada dirinya, Lara pun hanya bisa menunduk berharap sahabatnya ini bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bu Gita.

"Kara, tolong kamu jelaskan mengapa waktu tidak dapat diputar kembali?" tanya Bu Gita dengan tatapan tajam tertuju kepada Kara.

Kara menatap Bu Gita dengan wajah ketakutan. "Karena, jika waktu dapat diputar kembali, maka peradaban manusia, perkembangan, dan semua hal yang ada di bumi ini akan hancur dan tidak akan seperti semula kembali. Seperti peribahasa nasi sudah menjadi bubur," jawab Kara berharap dirinya tak mendapat hukuman.

Wajah Bu Gita berubah dia tersenyum sebab Kara selalu sigap saat diberi pertanyaan. "Menarik. Baiklah, lain kali jangan melamun kembali, Kara. Anak-anak pelajaran ibu sudah selesai dan jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan." jelas Bu Gita dan keluar dari kelas.

Sebab, 5 menit kemudian bel istirahat akan berbunyi. Makadari itu Bu Gita mengakhiri pembelajarannya dan langsung terdengar suara riuh ricuh dari teman-teman sekelasnya. Lara yang berada disamping Kara menepuk pelan lengan sahabatnya, membuat sang empu menoleh dengan kedua alis dinaikan.

"Kara gapapa? Aku lihat kayanya lagi nggak baik-baik aja?" tanyanya dengan nada khawatir.

"Aku gapapa, semalam kedua orang tuaku bertengkar dan papah tetap sama ke Kara. Aku sudah terbiasa dan Lara jangan khawatir, ya," jawabnya, berusaha menyakinkan dirinya benar baik-baik saja.

"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan ya. Lara selalu disini dan Kara nggak sendirian," ujar Lara membuat suasana hatinya lebih baik.

"Heheheh, terima kasih. Kalau begitu, ayo kita ke kantin dan borong permen lolipop Mak Ijah." ajak Kara sambil mengulurkan tangan kepada sahabatnya.

Mereka berdua pun berjalan menuju kantin, sesampainya disana mereka berdua langsung mencari tempat duduk dan memesan makanan juga tak lupa memborong permen lolipop kesukaan sahabatnya. 15 menit kemudian, makanan mereka berdua sampai lalu membaca basmallah. Mereka berdua menyantap makanan itu dengan hikmat.

Akhirnya mereka berdua telah selesai dan Kara berniat untuk membayar semua makanan yang dipesannya. Namun ketiga Kakak kelas itu datang dan menarik lengan Kara keluar dari kantin, Lara yang sadar pun mengikuti jejaknya. Ternyata sahabatnya dibawa ke tempat gudang lalu dihempaskan begitu saja tubuh Kara dengan kasarnya.

"Heh, lo tuh cuman adik kelas. Nggak usah sok-sok an jadi pahlawan kesiangan. Daripada lo nanti jadi target kita selanjutnya!" bentak, salah satu Kakak kelas yang sepetinya adalah ketua dari kelompok tersebut.

Kara pun bangun dan tersenyum miring. "Saya nggak takut, lagipula disekolah ini seharusnya tidak ada kasus yang mencoreng nama baik kalian dan sekolah ini. Maaf, Kakak kelas yang terhormat, apakah kalian tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat? Daripada melakukan hal hina ini!" balas Kara membuat mereka bertiga semakin geram kepadanya.

Ditamparnya Kara tanpa rasa bersalah, tetapi Kara hanya tersenyum tanpa niat membalas. Sedangkan Lara yang melihat itu menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia harus berpikir bagaimana caranya agar dia bisa menyelamatkan sahabatnya ini? Matanya berbinar melihat Bu Gita yang tengah lewat disekitar gudang. Dihampirilah Bu Gita segera sebelum sahabatnya benar-benar babak belur.

"BU GITA! BU!" teriak Lara dan teriakan berhasil membuat Bu Gita berhenti.

"Ada apa, Lara? Mengapa wajahmu sangat khawatir?" tanya Bu Gita.

"T-tolongin Kara Bu, Kara sedang di bully sama Kakak kelas di gudang!" jawab Lara dengan nada gemetar.

"Ya ampun, baiklah. Ayo kita ke gudang." ajak Bu Gita dan mereka berdua berlari menuju gudang tersebut.

Sesampainya di gudang, Bu Gita langsung menghampiri keempat siswi dimana salah satu korban pembullyan. Ketiga kakak kelas itu terkejut bukan main melihat kehadiran Guru yang terkenal galaknya ini, ditariklah ketiga Kakak kelas tersebut untuk dibawa ke ruang BK. Lara yang berada disamping pintu gudang berlari untuk menolong sahabatnya yang terduduk lemas.

"Kara! Kara ayo ke UKS, biar Lara obatin lukanya," ajak Lara dan digelengkan oleh Kara.

"Hehehe, aku nggak apa. Ini cuman kena tamparan aja. Tenang ya, Lara," ucap Kara diselingi senyumnya.

"Yaudah, kalau gitu. Lara bantu untuk kekelas, Kara benar gapapa?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan keadaan sahabatnya.

"Iya, Lara bawel. Makasih ya karena sudah nolong aku, kalau nggak ada kamu. Aku mungkin udah jadi rempeyek," candanya padahal kondisinya sedang sakit.

"Lara takut banget tadi, aku senang bisa bantu Kara disaat seperti ini. Lara nggak mau sahabat Lara kenapa-napa, ini semua sebab Kara nolongin siswi itu," pungkas Lara dengan wajah cemberutnya.

"Lara nggak boleh gitu. Kamu ingat kan? Selama nafas masih berhembus dan hidup terus berjalan, kita harus berbuat baik dan jangan sekali-kali ada niat jahat," nasihatnya agar sahabatnya ini mengerti, mengapa?dirinya selalu ingin berbuat kebaikan.

Lara hanya mengangguk dan terus memapah Kara hingga ke kelas. Saat di lorong kelas, lagi dan lagi Kara bertemu dengan siswi tersebut. Kali ini siswi itu menghampiri mereka berdua dengan wajah khawatir.

"Kamu kenapa? Sudah saya bilang bukan? Jangan peduli sama saya atau kamu yang akan tersakiti." kata siswi itu tanpa ingin menyebut namanya.

"Aku tidak apa, lagipula aku peduli sama kamu karena ingin berbuat baik selama Tuhan masih memberiku kesempatan hidup ini. Kita belum berkenalan, kamu tidak ingin saling mengenal?" tawar Kara sambil mengulurkan tangannya.

"Saya Vanecia. Panggil saja senyaman kamu." kata Vanecia membalas uluran tangan Kara.

"Ouh, jadi dia namanya Vanecia. Bisa-bisanya beri ancaman sama sahabat Lara." ucap Lara dalam hati.

"Aku Kara dan sahabat yang disebelahku, namanya Lara. Baiklah, aku dan Lara pergi ke kelas dulu ya. Terima kasih karena sudah ingin berkenalan."

Mereka berdua menuju kelas meninggalkan Vanecia yang terdiam entah karena apa? Tak lama, dia juga berjalan kembali kepada tujuan awalnya.

Not Only Me. Me? No, it's more about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang