MLHL || 12

13 4 0
                                    

"Hidup dengan penuh tekanan, tidak akan pernah dapat membuatmu merasa tenang."

~Kara~

Kini Kara sudah sampai dirumahnya dia masih saja mengingat akan sosok lelaki yang dia temui ditepi jalan, cukup tampan untuk seorang lelaki yang rambutnya acak-acakan. Dia pun segera masuk karena sudah tidak sabar ingin menyantap nasi goreng yang dia beli tadi untung saja masih hangat. Kaki jenjangnya berjalan menuju dapur untuk mengambil piring serta segelas air karena Kara berniat untuk memakannya didalam kamar, tetapi suara berat yang sangat dia kenali menghentikan aktivitasnya.

Kara berbalik badan dan menemukan kedua orang tuanya berdiri tepat didepan dirinya, dia hanya pasrah jika dia akan dihukum kembali oleh Andra dan Lunka. Padahal dia sudah sangat lapar dan ingin cepat menuju kamarnya namun selalu saja ada hambatan, sepertinya dia harus menahan lapar hingga esok pagi.

"Darimana kamu? Malam-malam keluar bukannya tidur!" tanya Andra dengan sentakan.

"Aku lapar pah, makanan yang dimasak mamah udah habis. Jadi aku mutusin buat keluar untuk beli nasi goreng," jawab Kara jujur.

"Jangan jadikan hal itu sebagai alasan ya! Dirumah masih ada beras, kamu bisa masak dan makan dengan garam!" balas Lunka yang membela dirinya sendiri.

Kara menatap nanar kearah orang tuanya. "Aku nggak bisa nahan, pah, mah. Aku lapar banget, kalau harus masak nasi dulu aku nggak kuat buat nahannya. Tolong pah, mah. Aku hanya ingin makan dengan tenang." lirih Kara yang meremas bungkus nasi gorengnya.

"Selama kamu tinggal dirumah ini dan masih bergantung dengan kami. Kamu harus menuruti semua peraturan yang ada dirumah ini! Kamu mengerti Kara?!" pungkas Andra lalu meninggalkan ruangan dapur bersama istrinya.

Sedangkan Kara hanya diam menatap nanar punggung kedua orang tuanya yang sudah menghilang, bola matanya memerah sedetik kemudian cairan bening pun turun membasahi pipi serta bungkus nasi gorengnya. Rasanya dia seperti seorang anak yang tidak diinginkan oleh Andra dan Lunka, entah apa yang membuat mereka berdua begitu tidak memberikannya kasih sayang sepenuh hati seperti kepada adik perempuannya.

Setelah lama dia menangisi dirinya sendiri akhirnya Kara memutuskan untuk tidur, dia sudah tidak selera untuk makan dan sepertinya rasa lapar yang sedari tadi berbunyi kini hilang karena sudah kenyang dengan amarah kedua orang tuanya. Sebelum itu dia memberikan nasi gorengnya kepada kucing yang selalu ada di luar rumahnya, barulah dia naik keatas dan mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah.

•••
Pagi hari datang memberikan sapaan hangat dari sang mentari yang selalu menyinari jalan orang-orang yang akan beraktivitas. Begitupun dengan Kara yang sudah rapih lebih awal dari biasanya, hari ini dia memakai jaket karena merasa tubuhnya tidak enak badan mungkin sebab kemarin dia sama sekali tidak memakan apapun.

Setelah selesai dia cepat-cepat bergegas menuju sekolahnya karena dirinya akan makan dikantin dahulu, takut jika dia menahannya hingga jam istirahat dia akan pingsan dan Kara tidak ingin merepotkan semua orang. Disela dia sedang turun tangga Ami yang melihat kakaknya tengah berlari memanggil agar Kara sarapan bersama dengannya.

Namun Kara menolak dan langsung pergi meninggalkan keluarganya yang sedang menikmati sarapan dengan penuh kebahagiaan, Ami yang melihat itu hanya menghela nafas kasar dalam bhatinnya dia sangat ingin bisa sarapan bersama kakaknya. Tetapi ada yang menjanggal pikiran anak berumur 7 tahun itu, dia melihat kakaknya memakai jaket yang sangat kebetulan sekali karena dia tahu kalau sang kakak tidak terlalu suka dengan memakai jaket kesekolah. Apa yang sebenarnya terjadi?.

Sementara ditempat Kara dia sudah sampai dihalte untuk menunggu bus yang akan mengantarkannya menuju sekolah, selama menunggu perutnya tidak berhenti berbunyi dia merasakan perih dalam perutnya. Hingga Kara pun tak sadar jika ada seorang lelaki sepantarannya kini duduk disamping dirinya, sedangkan lelaki itu spontan mengecek keadaan perempuan disampingnya selepas  mengecek dia pun pergi begitu saja dengan santainya.

Not Only Me. Me? No, it's more about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang