007. Tidak akan pergi

12.1K 1K 4
                                    

Happy reading!

Di suatu tempat terjadi baku tembak antara kelompok A dan kelompok B.

Dorr! Dorr!

"Aakh! "

"Sialan! "

"Bug! "

Pertarungan pun terjadi dan tidak ada satupun mengalah. Namun, seseorang melempar tubuh orang ke tengah lapangan.

"BERHENTI! PEMIMPIN KALIAN SUDAH KUHABISI! "

Apa? Semua orang menoleh tidak percaya. Mereka tidak menyangka pemimpin yang paling di takuti di kalahkan oleh bocah ingusan kelas teri. Mereka langsung berlutut pasrah.

"Tuan muda" panggil seseorang dengan langkah buru-buru.

Orang yang di panggil menatap dingin, " ada apa? " tanyanya.

"Nyonya kambuh lagi! " laporanya.

" Hem. Aku akan kesana. Seven, urus mereka! One, ikut aku! "

"Baik! " jawab Seven.

Dua  orang berbeda usia itu meninggalkan lokasi tersebut. Mereka menuju suatu tempat.

Mansion utama Kwan.

Di dalam ruangan, seorang wanita melempar barang apa saja. Para maid dan bodyguard hanya melihat dari jauh takut kena sasaran. Sudah dia maid yang tewas di tangan wanita itu.

"MOM! " Seorang anak berusia sepuluh tahun berlari ke arah ibunya. Dia langsung memeluk perut ibunya. " Mom, tenanglah. Ini Sony, Mom" ucapnya.

"So–Sony, putranya Mom" wanita itu langsung tenang dan memeluk putranya. " Jangan pergi lagi, Nak. Cukup dia dan adikmu yang pergi. Mom takut, hiks" isaknya tersedu- sedu.

"Sony tidak akan pergi, Mom" jawab anak itu. Dia lalu membawa ibunya ke kamar yang berada di lantai 2. Sebelum itu, dia menyuruh para maid untuk membersihkan kekacauan yang di buat oleh Ibunya.

✤✤✤✤✤

"Rapat kita cukup sampai disini. Ada pertanyaan lagi? " tanya Bastian dengan aura kepemimpinannya.

"Tidak ada, Pak" jawab salah satu karyawannya.

"Baik. Don, urus! " Don mengangguk dan Bastian langsung meninggalkan ruang rapat. Dia sudah tidak sabar bertemu adik kecilnya yang sengaja di tinggalkan di ruang pribadi.

Ceklek.

Bastian membuka pintu dan membelalakkan mata saat buntalan kesayangan tergeletak di lantai.

"Astaga! " Bastian langsung menghampiri buntalan tersebut dan menggendongnya.

"Kenapa tidur disini? " tanyanya entah pada siapa.

"Eung" lenguh buntalan itu. Dia membuka matanya pelan-pelan dan melihat ke sekeliling.

"Abang" panggil nya dengan nada lemah.

"Kenapa tidur di lantai, hm? " tanya bastian lembut.

"Hum, adek ngantuk, Bang. Lantainya hangat buat adek nyenyak tidurnya" jawabnya.

"Abang udah selesai? " tanya Piyo yang bersandar di pundak Bastian.

"Kenapa? " tanya Bastian balik.

"Adek lapar" cicitnya.

"Tunggu, ya. Abang sudah memesan makanan untuk kita. Sebentar lagi datang" ucap Bastian. Piyo mengangguk dan tak lama memejamkan matanya. Dia mengantuk sekali.

Seseorang masuk ke dalam berkas sambil menenteng paper bag. Bastian yang memangku adiknya mendongak.

"Tidur? " tanya pria itu.

"Iya, Dad" jawabnya.

" Dari Mommy" Pria yang tidak lain adalah Bara meletakkan paper bag di atas meja. Bastian tidak merespon. Dia fokus memandang wajah bayi kecilnya. Sudut mulutnya berkedut saat melihat bayi kecilnya mengemut jempol mungil itu.

"Imut" gumamnya.

"Ada apa? " tanya Bara. Dia mencoba mengintip, tetapi Bastian langsung menyembunyikan wajah anak itu di dadanya dan memeluknya dengan posesif. Bara hanya menatap putranya ini dengan datar.

"Makan! " titahnya sebelum melengos pergi. Sepertinya pria itu sedang kesal. Dan Bastian tak mengacuhkan sikap ayahnya itu. Wajah Piyo lebih menarik daripada meladeni ayahnya yang datar itu. Tak tahu saja kalau dia juga berasal dari spesies yang sama.

Tbc.



Piyo ( TAMAT✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang