020. Sahabat Piyo.

7.4K 631 13
                                    

༶•┈┈⛧┈♛ HAPPY READING♛┈⛧┈┈•༶

Sepuluh tahun sudah berlalu sejak kepergian Piyo, keluarga Emilius mulai melupakan keberadaan Piyo, kecuali Eron. Dia semakin dingin terhadap semua orang. Opa Desta dan Oma Gita sudah tiada dua tahun yang lalu . Bara dan istrinya memilih ke luar negeri bersama kedua putranya. Bastian tinggal dengan Laksmana di kota lain. Ayu, putri sulung Bara sudah menikah dengan seorang duda satu anak. Kadangkala Dia mengunjungi keluarga Rama bersama anak tirinya.


Di tempat lain, sebuah keluarga kecil sedang bercanda ria. Mereka adalah seorang wanita dan dua lelaki berbeda usia.

"Abang, nanti temani Piyo ke rumah Ater, ya, " kata remaja imut berusia 15 tahun itu.

"Iya, baby, " jawab pemuda berusia 20 tahun. Di usia muda ini, dia sudah mengelola bisnis sendiri. Awalnya dia ingin melanjutkan bisnis mendiang ayahnya, tetapi dia khawatir musuh lama ayahnya akan mengetahui keberadaan mereka. Terlebih Dia belum menemukan pemimpin mereka. Sepertinya orang yang dihadapinya tidak mudah.

Sesudah pamitan dengan ibu mereka, ke dua orang pergi. Mereka akan pergi ke rumah Calister, sahabat Piyo.

"PIYO!! " Seorang remaja berumur 17 tahun berlari ke arah pria. Remaja itu memiliki wajah tegas berbentuk oval dan berbibir sedikit tebal terkesan seksi di mata perempuan. Jangan lupa senyum manisnya melebihi gula aren yang membuat para perempuan kejang- kejang di tempat. Dia bernama Calister Akira.

Ater, sapaan spesial dari Piyo memeluk erat sahabatnya ini. "Piyo, kangen! "

Soni menatap lelaki itu datar. Dia sedikit cemburu ketika orang lain akrab dengan adiknya. Kalau bukan....

"Kenapa lama sekali? " rungut Calister membuat Soni ingin muntah.

"Piyo nggak lama, kok, " jawab Piyo. Perasaannya dia tepat waktu.

"Hehehe, mungkin Ater yang kecepatan, " ucap Calister cengengesan. "Yuk, berangkat! " Dia menarik lengan Piyo tanpa mempedulikan Soni. Soni mendengus melihat tingkah lelaki tersebut. Di depan adiknya bertingkah seperti anak kucing, tetapi di belakang..., ck, jangan harap melihat wajah imut itu yang membuat Soni mual.

Mobil seharga lebih dari 1 miliar itu berhenti di depan SMA Kwan yang di dirikan oleh Soni. Semua orang memandang mobil tersebut dengan takjub. Mereka penasaran dengan pemilik mobil tersebut.

"Wih, siapa tuh? "

"Nggak tahu, mungkin kepala sekolah. "

"Kayanya anak baru, ya. "

"Sepertinya sekolah kita kedatangan anak baru terus. "

"Semoga ganteng, ya. "

Tidak jauh dari kebisingan penduduk SMA Kwan, terdapat sesosok pemuda sedang menyandar di batang pohon dengan tak acuh. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana biar terkesan cool. Disampingnya ada dua teman yang berbeda karakternya. Satu pendiam dan satu lagi suka bergosip.

"Widih! Kira-kira siapa pemilik mobil itu, ya? Gue harap yang keluar cewek. Bosan cowok terus, " celetuk lelaki yang memiliki tompel di bawah bibirnya. Namanya Tara Putra. Dia menatap ke dua temannya yang jarang sekali bicaranya. Anehnya, dia bisa berteman dengan dua kutub ini.

"Kalian kok diam? Ngomong dong? Ngopi ngapa, ngopi, " ujar Tara.

"Stress, " sebut lelaki yang tidak sedingin orang di samping kiri Tara. Dia itu sahabatnya Tara dan keponakan lelaki dingin di sebelah sahabatnya ini. Meskipun begitu, Dia memanggil lelaki di sebelahnya dengan nama karena usia mereka sama.

Ketika Soni keluar, semua cewek langsung heboh. Hingga Calister keluar dan terakhir membuat mereka semakin heboh.

Salah satu dari tiga remaja itu memandang Piyo dengan sendu. Sudut bibirnya tertarik dan itu di tangkap oleh Datta. Dia menatap pamannya itu dengan rumit.

"Kemarin imut, ini malah lebih gemoy. Berarti sekolah kita ada dua bayi dong! " pekik Tara heboh.

"Berisik! " remaja tanpa ekspresi itu pergi di ikuti oleh Datta.

"Woi Datta, King, mau kemana Lo berdua?!
" Tara mengejar ke dua orang itu.

' Gini amat jadi sahabat mereka, " batin Tara miris.

Di antara para siswa SMA Kwan, salah satu  siswa memandang benci Piyo. Dalam hatinya membuat beberapa rencana untuk menghancurkan Piyo.

" Ka, Lo kenapa? Sakit? " tanya seorang siswa pada temannya itu.

Dia tersenyum, " nggak, kok. Kita ke kelas, yuk. Aku nggak nyaman disini. " Dia mengajak temannya masuk ke dalam kelas.

Tbc.










Piyo ( TAMAT✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang