017. Lagi- lagi Dia.

8K 637 40
                                    

Happy reading....

Atas saran Azka, Rama dan Shinta meminta maaf pada Opa Desta dan yang lain, kecuali Piyo. Namun, Mereka berdua tidak mau dibenci oleh Eron. Untuk sementara, Mereka harus bersikap lembut dengan Piyo. Piyo tentu senang karena orang tuanya peduli lagi padanya.

Sore hari, Duo W yang baru pulang sekolah tiba- tiba mendapat sms dari Awan kalau Mereka ada tugas kelompok.

Ketika masuk kembali ke dalam mobil, Piyo muncul.

"Abang kembar mau kemana? " tanya Piyo.

"Kerumah teman, Dek, " jawab Wisnu.

"Piyo ikut, ya! " mohon Piyo dengan wajah memelas membuat Duo W gemas.

Wira menggaruk pipinya yang tidak gatal. " Aduh, gimana ya? Adek dirumah saja, ya. Abang cuma mengerjakan tugas kelompok," ucap Wira.

Wajah Piyo berubah murung, " masa Adek sendirian di rumah, Bang. Adek bosan. "

"Gimana, Nu? " tanya Wira pada Wisnu.

"Bawa sajalah. Lagian kasihan Adek ditinggal sendirian. Yah, meskipun ada para maid dan bodyguard yang menjaga, " ucap Wisnu.

Wira menatap Wisnu ragu, " tapi.... " Bukannya tidak mau membawa Piyo, hanya saja Wira khawatir Piyo kenapa- napa nanti. Ditambah Adiknya Dilan tidak menyukai Piyo. Bahkan Awan melarang Mereka membawa Piyo.

"Woy, cepat masuk! Ngapain Lo melamun disana! Mau cosplay jadi patung Lo! " hardik Wisnu yang sudah masuk kedalam mobil bersama Piyo.

Wira yang tersadar langsung menatap Wisnu sengit. Dia mengumpat Wisnu habis- habisan dalam hati.

****

Sesampai di rumah Awan. Ya, Mereka tidak jadi ke rumah Dilan. Awan menyuruh mereka untuk kerumahnya saja.

Disana Mereka melihat ketiga orang itu sedang bercanda ria dengan Azka dan satu orang yang tidak mereka kenali.

"Weh, Bro. Udah sampai aja Lo! " sapa Danang. Wajahnya tiba- tiba menjadi datar melihat anak yang di gendong oleh Wira.

"Ngapain Lo bawa dia? Kalau dia celakain Baby, gimana?" tanyanya dingin membuat Piyo terbangun dari tidurnya.  Semuanya memandang ke arah Mereka. Azka langsung memeluk Dilan.

"Dia tidak akan mencelakai Azka. Lo tenang aja. Adek Gue tidak seperti yang Lo pikirkan," jawab Wira.

"Lo yakin? Awas saja kalau anak ini melukai baby, " ancam Danang.

"Siapa dia? " tanya Wisnu mengalihkan perhatian mereka.

"Oh, dia..., Dia itu orang yang menyelamatkan baby. Karena baby suka, makanya orang itu di ajak kesini, " jelas Danang.

Piyo melebarkan mata melihat orang yang dibicarakan oleh Danang. Ketika Dia mau buka suara, orang itu memberi isyarat dengan jari telunjuk di bibir agar Piyo diam. Piyo mengerti dan tidak mengatakan apapun.

Sebelum mereka mengerjakan tugas kelompok, Azka dan Piyo dititipkan pada orang itu. Orang itu lantas membawa ke dua anak tersebut ke halaman depan.

"Piyo, kamu disini saja. Aku mau main sama Bang Soni. Kamu jangan ganggu kami, ya, " kata Azka.

Piyo mengangguk. Dia memilih duduk di teras rumah menonton Azka bermain dengan Soni. Tidak tahu kenapa Piyo merasa tidak suka dengan suasana ini.

"Azka, Piyo boleh main. Piyo bosan, " pintar Piyo.

"Nggak boleh. Piyo itu nggak diajak. Mending Piyo pulang aja. Jangan ganggu Azka main. Nanti Azka aduin  Abang Nunu, " ancam Azka.

Piyo menunduk sedih. Matanya sudah berkaca- kaca. Mengapa Azka tidak menyukainya? Memangnya dia salah apa sama Azka?. Diam-diam Dia pergi saat Azka dan Soni bermain bola.

"Kamu main sendiri, ya. Abang mau pergi sebentar," pamit Soni.

"Bang, tapi... Azka mau main, " rengek Azka.

"Maaf, Abang ada urusan sebentar. " Soni meninggalkan Azka sendirian. Dia tidak peduli anak itu meraung- raung dan mengadu pada abang- abangnya.

Piyo memandang kolam itu dengan wajah bahagia. Setidaknya rasa sedihnya menghilang melihat ikan warna- warni di kolam milik Awan.

"Ih, lucu. Piyo pengen punya ikan seperti itu, tapi apa Papa mau membelikannya. Um, nanti Piyo bilang pada Papa deh, " gumam Piyo.

"Lagi lihat apa, hm. " Suara seseorang mengagetkan Piyo. Untung saja dia nggak jatuh.

"Eh, Abang!  Ngapain abang kesini? "

Soni mencubit pipi gembul itu, " temani kamu. Kamu suka ikan itu? "

Piyo mengangguk antusias, " suka! "

"Besok Abang kirim untukmu, " ucap Soni.

Piyo menatap Soni ragu. " Abang nggak bohong, ' kan? "

Soni tersenyum lembut. " Abang mana mungkin bohongin kamu, baby, " jawabnya sambil mengacak rambut Piyo.

Piyo mengerucutkan bibirnya. " Ih, Abang. Jangan acak- acak rambut Piyo! Nama Piyo itu Piyo, ya. Kenapa sih kalian suka manggil Piyo itu baby? " gerutunya kesal.

Soni terkekeh melihat ekspresi Piyo. Menurutnya, Piyo sangat lucu kalau lagi marah. Interaksi mereka tak sengaja di lihat oleh Azka. Anak itu mengeratkan kepalan tangannya. Dia memandang Piyo dengan pandangan membunuh.

' Piyo lagi. Lagi-lagi dia! Kenapa dia selalu merebut apa yang kuinginkan?  Aku harus menyingkirkan Piyo agar dia tidak menggangu kebahagiaanku, ' tekad Azka dalam hati.

Tbc.


Piyo ( TAMAT✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang