Rumah Pernikahan

398 55 12
                                    

Setelah acara resepsi pernikahan, tibalah saatnya Joohyun dan Seokjin harus pulang ke rumah baru mereka, rumah yang akan mereka tinggali bersama selama acara berlangsung.

Joohyun kelihatan kesulitan saat membawa kopernya, melihat hal itu Seokjin langsung mengambil alih koper di tangan Joohyun, Joohyun yang melihat hal itu langsung salah tingkah.

"Tidak usah Seokjin-ssi, aku bisa sendiri." Ujar Joohyun merasa tidak enak.

"Seokjin-ssi?" Seokjin mengeryitkan alisnya.

"Kenapa?" Joohyun bingung.

"Apa Irene red velvet punya kebiasaan mengubah keputusannya?" Keluh Seokjin.

"Maksudmu bagaimana? Aku tidak mengerti."

"Bukankah kita sudah sepakat untuk saling memanggil pakai panggilan khusus?" Tanya Seokjin.

Mulut Joohyun membentuk huruf O pertanda ia mulai mengigat hal yang telah ia katakan.

"Oh itu, maaf aku lupa." Joohyun menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hahaha aku hanya bercanda, tidak apa-apa, panggil aku senyamanmu saja, tapi jangan pakai -ssi, terlalu formal." Ujar Seokjin sembari memamerkan senyum lembutnya.

Seketika itu juga jantung Joohyun berdetak sangat cepat, pengaruh perkataan dan senyuman Seokjin sangat besar bagi hatinya. Joohyun kemudian mengangguk pelan, "Seokjin-a?" Tanya Joohyun.

"Emmm, boleh juga, aku setuju. Lalu, aku akan memanggilmu, Joohyun-a? Bagaimana? Setuju?" Tanya Seokjin.

Joohyun mengangguk pelan, "Setuju."

Setelah itu mereka mulai berjabat tangan. "Em, kita masuk sekarang?" Tanya Seokjin yang dibalas anggukan oleh Joohyun. Seokjin tersenyum kemudian mulai menyeret dua koper di tangannya.

Sesampainya di rumah, mereka mulai melihat-lihat seisi ruangan, "Di sini ada dua kamar, apa kita pilih masing-masing saja?" Tanya Seokjin, Joohyun menyetujui usulan Seokjin, namun kemudian sutradara menginterupsi mereka.

PD-nim : Kalian harus sekamar.

"Apa?" Joohyun dan Seokjin kompak menjawab.

Sutradara dan kru tertawa melihat tingkah polos mereka.

PD-nim : Iyaa, begitulah ketentuannya.

Seokjin dan Joohyun melongo.

"Jadi aku benar-benar menikah yaa." Gumam Joohyun pelan.

Seokjin terkekeh mendengar ucapan Joohyun, "Kau sudah tidak lajang lagi Joohyun-a." Goda Seokjin.

Setelah bercengkrama singkat, mereka mulai memasuki kamar pengantin mereka, Joohyun mulai membuka koper dan mengeluarkan barang-barangnya.

"Seokjin-a, apa kau lapar?" Tanya Joohyun.

"Sedikit, kau? Apa kau lapar?"

"Hoo, aku lapar sekali." Keluh Joohyun.

"Mau aku masakkan sesuatu?" Tanya Seokjin.

"Tidak usah, itu pasti akan merepotkanmu."

"Aku tidak merasa direpotkan."

"Baiklah, sebagai gantinya, aku akan membereskan barang-barang kita, bagaimana?"

"Barang kita?" Seokjin tersipu malu.

"Iyaa barang kita."

"Baiklah, setuju." Seokjin mengangguk mantap. Setelah itu, ia meninggalkan kamar dan menuju dapur.

Setelah kepergian Seokjin, Joohyun merasakan detak jantungnya, "Aku gugup sekali, apa tadi aku terlalu frontal?" Gumamnya pelan.

Di dapur, Seokjin mulai memikirkan menu apa yang akan ia masak untuk istrinya.

We Got Married (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang