Naik motor

1.1K 25 4
                                    

Jam menunjukkan pukul 14:49 artinya sekolah sebentar lagi akan segera bubar. Lita dan Zea sudah siap menggendong tas mereka masing-masing.

"Ayo keluar!" ajak Lita, Zea mengangguk.

Di perjalanan mereka tiba-tiba terdiam saat mendengar obrolan pria yang di belakang mereka.

"Lo suka nonton b*k*p? Njir parah lu!" sewot seorang pria.

"Enak njir," sahut seseorang lagi.

Zea dan Lita hanya bisa mendengarkan kata-kata dari pria di belakang mereka itu.

"Pokonya enak dah, lu cari aja di YouTube," usul seseorang.

"Di YouTube gak enak, di sensor!"

"Cari aja yang gak di sensor,"

"Dahlah, nanti aja ngomongin yang kayak gitu, ada cewek!"

Sampai di parkiran, Lita mengeluarkan handphone nya untuk menelepon supirnya. Zea hanya diam, entah dia harus apa.

"Lita, Zea keluar duluan ya?" ujar Zea.

"Emang kamu di jemput siapa Ze? Mending bareng Lita aja ayok!" ajak Lita, Zea tersenyum lalu menggeleng.

"Gak ah, Zea sering banget ikut mobil Lita. Nanti Zea repotin lagi hehe," kekeh Zea, Lita menggeleng.

"Ngak kok, ouh iya Zea pindah rumah ya?" tanya Lita membuat Zea terkejut.

"Enggak kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan gadis itu kembali melontarkan pertanyaan.

"Ya, abisnya pas Lita mau main. Kata tetangga Zea, Zea udah jarang kesana. Katanya udah lama malah gak kesana lagi!"

Zea tiba-tiba teringat bahwa dirinya itu tinggal di rumah Revan sekarang. Zea menjadi bingung dia harus jawab apa? Harus jujur atau bohong?

"Eum, Zea ke rumah nenek!" jawab Zea sedikit ragu, Lita hanya ber'oh' saja.

"Terus sekarang mau pulang ama siapa? Naik taksi?" tanya Lita lagi, Zea berpikir.

"Gat--"

"Zea, naik!" tiba-tiba ada seseorang yang menyuruh Zea naik ke motor.

Zea sendiri melongo, dan bertanya. Siapa? Lantas orang tersebut membuka helm nya karna ia merasa Zea tidak mengenalinya.

"Bang Revan?" pekik Zea.

"Siapa Revan?" tanya Lita pada Zea.

"Abang aku," jawab Zea cepat. Lita hanya mengangguk paham. Tak lama mobil yang menjemput Lita sudah sampai. Lita dengan segera berpamitan pada Zea.

"Naik!" titah Revan, Zea mengangguk.

Revan mau di kecepatan rata-rata tapi bagi Zea ini begitu kencang. Gadis itu lantas memeluk Revan dengan erat, membuat Revan yang sedang mengendarai moto itu terkejut.

Senyuman manis di bibir Revan terbit seketika, entahlah rasanya nyaman di peluk oleh Zea. Gadis itu masih senantiasa memeluk erat tubuh Revan. Dengan sengaja Revan sedikit menaikan kecepatan.

Zea sontak terkejut, "Bang Revan pelan-pelan!" pekik Zea keras. Revan terkekeh geli melihat tingkah Zea.

"Ya!"

Lampu merah, Revan berhenti secara mendadak. Membuat Zea terkejut. Tiba-tiba segerombolan bocah datang untuk melintas di sana.

"Yaa, pacaran ya?"

"Ciee, kakak cewek nya meluk!"

"Meluk nya kenceng banget, takut kakak cowok nya di ambil yaa?"

"Ciee, ciee,"

Ejekan bocah tersebut membuat pipi Zea dan Revan merona, Revan rasanya ingin sekali menendang bocah di hadapannya ini tapi ingat mereka bocah! Wajar kalo ngeselin.

Ke 3 bocah tadi lari terbirit-birit saat melihat Zea mengambil sepatunya. Mereka lari sambil tertawa terbahak-bahak melihat tingkah dari Zea.

"Bocah ngeselin," kesal Zea. Revan terkekeh.

"Namanya juga bocah, ya wajar ngeselin!" jawab Revan santai.

"Hah, iya juga sih. Namanya juga bocah!"

Revan menunggu lampu berubah hijau, tapi tak kunjung berubah. Dia melirik Zea yang terus-menerus menarik roknya karena terangkat.

Revan melirik ke arah warung yang tak jauh dari sana, banyak pria berseragam SMP yang melirik paha mulus Zea, padahal Zea yang dilirik tapi entah kenapa Revan yang merasa risih.

"Zea, kamu turun sebentar!" printah Revan, Zea mengangguk lalu gadis itu turun dari motor, Revan ikut turun dari motornya lalu melepaskan jaket yang ia pakai, dan melilit kan di pinggang Zea.

"Pake!"

"Ma--makasih,"

Revan hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Abang, ayo pulang."

"Eh, ya!"

"Zea, gimana sekolah nya?" tanya Revan pada Zea.

"Susah, tadi ada ulangan MTK! Otak Zea rasanya mau pecah!" lirih Zea, Revan hanya bisa terkekeh kecil.

"Tapi, kamu harus belajar yang rajin. Kan bentar lagi keluar, yakan?" Zea mengangguk.

"Iya Abang,"

"Zea ngantuk," lirih gadis itu, Revan langsung berhenti.

"Eh, kenapa berhenti bang?" tanya Zea kaget.

"Kamu ngantuk? Yaudah tidur aja, kita disini dulu. Aku telpon bodyguard aku buat ambil mobil!"

"Eh, gak usah. Gapapa kan bentar lagi sampe rumah!" pekik Zea.

"Gapapa, kamu tidur aja. Apa lagi kamu baru sembuh dari sakit," ujar Revan, Zea langsung bersandar di dada Revan.

Tak lama Zea terlelap, Revan mengangkat tubuh mungil Zea agar duduk di kursi yang di sisinya ada pohon besar. Jadi tidak panas.

Cup!
Revan menc*um b*b*r gadis itu sedikit lama, entah mengapa dirinya candu pada b*b*r Zea. Setelah itu Revan langsung melepaskan c*umannya

"Tidur nyenyak, baby!"

Gadis Polos PsychopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang