"Abanggg!" Zea berteriak histeris sambil mengetuk pintu kamar Revan. Setelah beberapa detik, akhirnya Revan membuka pintu.
"Apa?" tanya Revan malas, dia menatap Zea. Gadis itu memakai baju kodok pendek. Imut? Tentu.
"Abang, ayo ke pasar malam. Tadi Zea denger ada anak kecil yang ngomongin pasar malem, Zea juga pengen ke pasar malem!" ujar Zea memelas, Revan menghembuskan nafasnya gusar. Dia harus sabar.
"Yaudah bentar, aku siap-siap dulu!" ujar Revan lalu menutup pintu.
Revan keluar menggunakan baju putih dan celana panjang hitam, dia menghampiri Zea yang sedang asik menonton televisi.
"Ayo kalo mau ke pasar malem," ucap Revan. Zea mengangguk lalu mengambil tas kecil nya.
"Naik mobil?" tanya Zea saat Revan mau masuk mobil.
"Yaiyalah, terus naik apa?" tanya Revan malas.
"Mau naik motor!" ketus Zea.
"Tapi dingin Zea!"
"Ish! Mau nya motor, biar nikmati malam nya gitu!"
"Yaudah terserah."
"Abang pelan-pelan dingin!" teriak Zea sambil memeluk erat tubuh Revan.
"Makannya dibilang naik mobil malah kekeh naik motor!" kesal Revan, Zea hanya bisa tersenyum manis walau Revan tak melihat wajah nya.
30 menit berlalu, akhirnya keduanya sampai di pasar malam. Suasananya sangat ramai, Zea menarik tangan Revan untuk masuk ke dalam pasar malam.
"Banyak orang ya bang?" ujar Zea, dia terus menarik tangan Revan dengan erat.
"Ya, mungkin lagi healing!" ujar Revan dirinya mengikuti langkah kecil Zea yang terus menarik tangan nya.
Revan bisa merasakan bahwa gadis itu tengah bahagia, Zea terus-menerus tersenyum dan berlarian kecil. Dan sesekali mampir di warung untuk membeli jajanan.
Revan duduk di bangku yang sudah tersedia disana, sementara Zea sedang membeli makanan. Zea menghampiri Revan, gadis itu membawa banyak jajanan.
"Revan mau?" tanya Zea sambil menyodorkan pop ice nya dan sosis. Revan menggeleng, dia sudah kenyang karna tadi membeli roti tawar.
"Perut kamu kayak karet ya?" ujar Revan sambil terkekeh pelan.
"Kok karet sih?" jawab Zea sambil cemberut, mulutnya penuh dengan sosis dan ada saus.
"Jangan cemberut, tapi lucu kok!" ujar Revan menggoda. Zea tersenyum manis, dia mengambil pop ice nya lalu meminumnya.
Entah kenapa semenjak kehadiran Zea di kehidupan Revan, rasanya berubah 100% Revan yang biasanya jarang sekali keluar kini sering hanya untuk menyenangkan hati Zea.
"Naik kincir ayokk!" ajak Zea saat gadis itu sudah selesai makan. Revan menggeleng, dirinya bukan takut hanya saja malas.
"Ngak ah, kayak bocah!" ujar Revan, Zea mengerutkan bibirnya. Dia membalikan tubuhnya, agar jauh dari Revan.
'Pasti ngambek ni anak,' batin Revan.
"Yaudah ayok!" ajak Revan.
"Horee," Zea berteriak girang. Revan hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Bang tiketnya dua," ujar Revan. Dia memberikan uang merah satu lembar. Lalu menuju kincir.
"Bang ini kembaliannya!" teriak sang penjaga tiket, sambil melambaikan tangannya.
"Gakpapa itung-itung sedekah!" ujar Revan.
Saat naik kincir, Zea terus melihat ke bawah. Saat sampai di atas Zea berteriak histeris.
"Gua Revan takuttt!" teriak Zea sambil memeluk tubuh Revan erat, saking eratnya Revan bisa merasakan detak jantung gadis mungil dihadapannya.
"Ngeyel! Kalo takut ketinggian jangan naik!" ujar Revan, dia memeluk tubuh Zea.
Dam!
Tiba-tiba kincir itu berhenti, lampunya pun ikut mati. Zea menyembunyikan kepalanya di dada Revan.
"Takut," lirih Zea.
"Yaudah diem aja, mungkin lagi gangguan. Makannya mati!"
Revan merasakan baju di bagian dadanya basah, apakah Zea menangis? Dia mengangkat wajah Zea. Mata gadis itu berkaca-kaca.
"Hisk, Zea takut ketinggian!" tangis Zea dia kembali memeluk tubuh Revan.
"Bocill!" guman Revan pelan
Akhirnya kincir kembali menyala, dan berjalan ke bawah.
"Mas udah aja, cewek saya takut!" ujar Revan, akhirnya Revan dan Zea turun dari kincir.
Wajah Zea basah oleh air mata dan keringat, dia memegang tangan Revan dengan sangat erat.
"A--ayo pul--lang," ajak Zea sambil terbata-bata. Apakah setakut itu itu?
Revan memeluk tubuh Zea dengan erat, hingga membuat beberapa gadis disana iri melihatnya.
"Soswit banget cowok nya ih!"
"Andai gua juga punya cowok yang kayak gitu,"
"Peka banget astaghfirullah!"
"Janji gak iri?"
"Beruntung banget ceweknya,"
"Pantes sih di sayang orang cantik!"
"Masih cantikan gua sih,"
Revan hanya bisa tersenyum saat banyak orang yang memuji dirinya dan Zea. Dia membawa Zea pergi ke parkiran motor berniat membawa pulang.
"Mau jajan dulu ngak?" tanya Revan, Zea berpikir sejenak walau gadis itu tengah menangis.
"Udah jangan nangis terus, mau jajan apa?" tanya Revan lagi.
"Apa aja," ujar Zea sambil berhenti menangis.
Revan membelikan beberapa jajanan untuk gadis mungilnya, lalu memarkirkan motornya. Zea naik ke motor dan memeluk tubuh Revan.
"Revan ngebut aja, aku udah ngantuk!" lirih Zea, dirinya berusaha membuka matanya walaupun sudah sangat ngantuk.
"Yaudah kalo kamu ngantuk tidur aja," ujar Revan.
"Enggak nanti aku jatoh dong," teriak Zea.
"Peluk gua yang erat aja, gua bakal nyebut sekarang!" teriak Revan, Zea menuruti kata Revan. Dia memeluk tubuh Revan dengan erat, lalu memejamkan matanya.
Revan tersenyum manis, saat Zea semakin mempererat pelukannya.
Sesampainya di rumah, Zea benar-benar sudah tertidur. Wajah gadis itu sangat tenang, dan lucu. Revan menggendong tubuh gadis itu menuju kamarnya.
Revan membuka pintu kamar Zea, lalu merebahkan tubuh mungil Zea. Dia menyelimuti seluruh tubuh gadis itu kecuali mukanya.
Cup!
Cup!Revan menc*um kelopak mata Zea, dia mengusap rambut Zea. Wajah gadis itu tenang sekali, mungkin dia kecapean karna tadi.
"Selamat tidur gadis kecil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Polos Psychopat
Genç Kurgu"Gua gak akan suka sama bocil kaya lu!" "Idih, siapa juga yang bakalan suka sama om-om kaya kamu!" "Dih, ganteng gini dibilang om-om. Bocil aneh, dasar ... " Vhazea Aurora gadis mungil berumur 18 tahun. Bermata bulat, iyalah yakali kotak, gak berca...