Memalukan

1.3K 14 1
                                    


Zea merebahkan tubuhnya di sofa, dia membuka handphone nya dan melihat isi sosial media. Dia tiba-tiba teringat akan Lita. Apa gadis itu sudah pulang?

Titt! Titt!

"Halo assalamualaikum, ada apa Zea?" tanya orang di sebrang.

"Tante, Lita udah pulang?" tanya Zea ragu. Dia takut salah bicara.

"Baru aja Lita pulang ... " ujar Mama Lita, Zea bernafas lega.

"Gapapa kok! Nanti malem Zea boleh maen kesana gak?" tanya Zea.

"Ouh ya boleh dong!"

"Hehe, makasih Tante assalamualaikum."

Tut!

Panggilan di akhiri, akhinya perasaan Zea pun tenang. Karna sahabat nya itu sudah pulang ternyata. Zea mengambil tas nya lalu pergi ke kamar. Dia mengambil handuk lalu ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Zea memakai baju sederhana saja. Karna bagi Zea kalo acara biasa memakai baju luar biasa itu agak berlebihan katanya, lagi pula ini kan dia mau main ke rumah Lita bukan ke Istana raja.

"Bagus!" guman Zea, dia pergi ke kamar Revan. Niatnya untuk meminta ijin dan juga mengantarkan dirinya ke rumah Lita.

"Eh? Gak di kunci?" guman Zea, dia membukakan pintu kamar Revan. Kamar Revan bagus, bersih tidak berantakan. Padahal jika laki-laki biasanya selalu berantakan. Berbeda dengan Revan.

"Tapi Abang mana ya?" guman Zea, dia melirik sekeliling tak ada batang hidung Revan. Zea menatap meja di kamar Revan. Disana ada Poto kecil Revan entah dengan siapa.

Mereka berpegangan tangan sambil tersenyum, wajah nya manis. Dan bisa di bilang .... Kembar! Zea yakin yang satu nya itu Revan tapi yang satu nya lagi? Siapa coba?

"Bang Revan kemana sih?" kesal Zea dia melirik jam yang menunjukan pukul 16.21 Zea menghembuskan nafasnya gusar. Dia duduk di kasur Revan.

"Gimana kalo aku hubungin Abang aja?" Zea membuka handphonenya.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, pandangan Zea langsung teralih pada seseorang yang keluar dari sana. Terlihat Revan yang hanya menggunakan handuk pendek dililitkan di pinggang nya. Dada Revan yang dipamerkan dihadapan Zea.

Gleg!
"Aaaaaaa!" Zea berteriak histeris saat melihat pemandangan yang aneh itu, dia menutup matanya.

Revan sontak menoleh ke arah Zea, dia membulatkan matanya. Untung saja tadi dia tak membuka handuknya itu. Dia langsung menutup mulut Zea agar tidak berisik. Bisa brabe kalo tetangganya yang sewot itu tau.

"Diem!" ucap Revan, Zea merasa tak enak apalagi punggungnya bersentuhan dengan dada Revan. Zea terus mengusik-usik badan nya dan ...

"Agh!" Revan mend*s*h pelan saat tangan Zea tak sengaja menyentuh perut nya.

"Kami di kasih hati minta jantung ternyata ... " ucap Revan sambil tersenyum miring.

"S-sto--stop!" cicit Zea ketakutan.

Bruk!
Zea bertabrakan dengan tembok, Zea menatap Revan dengan takut.

"Abang mau apa?" tanya Zea, dia menatap Revan. Revan mengelus pipinya.

"Huaaaa, jangan Zea gak suka!" tangis gadis itu. Revan terkejut dia langsung menjauh.

"Eh jangan nangis Ze!" ujar Revan panik.

"Huaaa!" Zea menaikan suara tangisnya.

Revan yang panik langsung menutup mulut Zea, "jangan nangis atau gua p*rk*sa paham?" ancam Revan.

Zea langsung membulatkan matanya, dia mengangguk paham. Revan tersenyum akhinya melepaskan tangannya dari mulut Zea.

"Sut, jangan nangis! Jelek!" ledek Revan.

Zea menggembung kan pipinya, apa lagi hidung nya memerah akibat menangi. Jadi dia seperti bayi yang meminta asi, haha lucu!

"Gemesin bangett sihh, ututuu ... "

Gadis Polos PsychopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang