Aku berjalan sendirian di lorong sekolah yang nampak sepi. Jam di tanganku menunjukkan jam 8 pagi.
Udah jam 8, kenapa masih sepi? Aku menengok ke kanan dan ke kiri dengan keheranan."Jessica?" Tiba-tiba ada suara itu memanggilku dari belakang.Suara yang sangat kukenal.
Aku menengok ke belakang. Ternyata itu Daniel. Dia berdiri di belakangku dengan bingung dan menatapku dengan asing. Dia memakai baju seragam putih abu-abu dan di punggungnya menempel tas abu-abu sport dengan aksen hijau yang biasa dia pakai ke sekolah.
"Eh, hai!" jawabku sambil berbalik. "Kok jam segini masih sepi sih?" tanyaku.
Daniel kaku saat kuhampiri. Wajahnya berubah kaku dan dingin.
"Daniel?" panggilku.
Dia masih tetap diam.
Aku berjalan menuju ke arahnya. Tapi entah kenapa lorong terasa panjang. Aku mulai mempercepat langkahku. Daniel tetap diam disana, hanya memandangku dengan kedua tangan di saku. Kemudian aku mulai berlari. Lorong memanjang, seolah aku berlari di atas treadmill, tapi aku sama sekali tidak kelelahan.
Kemudian aku baru sadar satu hal: bukannya aku sudah kuliah? Bukannya Daniel juga? Kenapa kami masih ada di sekolah dan memakai seragam? Kami kan sudah kuliah.
"Daniel!" seruku.
Aku berhenti berlari karena lelah. Saat aku berhenti, jarak Daniel hanya 3 ubin dariku.
"Daniel?" aku ingin bertanya soal anomali yang kami alami ini. Dia hanya diam.
Kemudian Daniel menarik napas. Seperti 3 tahun aku menunggu dia berbicara.
"Jess, kita udah beda."
Sekali kalimat itu terdengar, ubin di kakiku runtuh dan aku jatuh meluncur ke dalam kegelapan, bukan ke lantai 1. Daniel masih berdiri di atas sana. Menatapku jatuh tanpa menolongku.
Aku jatuh ke bawah makin lama... lama... hingga seseorang menangkapku.
Buk.
"Mbak Jessica, mau dianter kemana laghi hari ini?"
Aku melongo memandang orang yang menangkapku. "Pak... Joko?"
Pak Joko dengan seragam taksinya, menatapku dengan pandangan menunggu.
Aku buru-buru bangkit dari gendongan Pak Joko dan...
Jedug!
"Adudududuh!" Pak Joko merintih memegangi dahinya.
"Ma-maaf, Pak! Aduuh...." Aku ikutan memegangi dahiku yang sama perihnya.
Ternyata barusan cuma mimpi. Aku sedang ada di ruang tamuku dengan laptop tertutup di pangkuanku. Ternyata tadi malam aku tertidur pulas saat mengerjakan novel.
Pak Joko memandangku dengan khawatir. "Tadinya, saya mau bangunin Mbak Jessica. Soalnya tadi malem kata Mbak, hari ini Mbak mau ke... manaaa gitu. Ada janji sama Mbak Hileri," Pak Joko menyebutkan nama editorku dengan nada medhok khasnya. "Eh, pas saya dateng, Mbak lagi ngigo sampe keringetan. Yowes, aku bangunin!" jelasnya.
Aku menghela napas sambil mengelap keringatku yang mengalir deras entah sejak kapan.
Kalau kalian bertanya-tanya, sekaranglah saat yang tepat untuk kujelaskan semuanya.
Kini aku adalah Jessica, si penulis novel Best Seller yang bukunya diangkat dari keisenganku menulis ceritaku dan Daniel di Wattpad. Judulnya sih, cuma Breakeven. Tapi ada embel-embel 'What Am I Supposed to Do when The Best Part of Me was Always You?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Over You (Breakeven Sequel)
RomanceSetelah Daniel pergi ke Swiss, Jessica berubah dari sepotong hati yang patah menjadi penulis terkenal. Semua orang menyukainya. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah kilau yang kita lihat di luar sama seperti yang ada di dalam? Apakah dunia tahu...