Chapter 25 [Jayden Wilder]

161 28 0
                                    

Selamat datang di chapter 25

Tinggalkan jejak dengan vote, komen atau benerin typo-typo meresahkaeun

Thanks

Happy reading everybody

Hopefully you will love this story like I do love Jayden and Melody

❤️❤️❤️

____________________________________________________

“Kau punya kuasa, kau bisa melakukan segalanya.”

—Jayden Wilder

____________________________________________________

____________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim gugur
Clifton Hampton, 18 Oktober
Pukul 12.45

Ibaratnya seperti ini. Kau punya kuasa, kau bisa melakukan segalanya. Termasuk dalam waktu singkat dapat mendirikan gedung gagah bernama Diamond Bank di dekat Pelabuhan Northampton setelah mendapat persetujuan dari pihak-pihak terkait. Gedung itulah yang rencananya kugunakan sebagai kedok hasil penjualan senjata ilegal dan miras selundupan di dekatnya. Pencucian uang ini harusnya berhasil.

Selanjutnya, balik nama seluruh aset properti akhirnya juga selesai. Kinerja Salvatore Luciano memang cekatan dan patut diacungi dua jempol. Pria itu juga tidak banyak bicara. Bisa dibilang malah bicara seperlunya. Kata-katanya tertata rapi, runut, dan tidak bertele-tele sehingga membuat lawan bicaranya paham dengan maksudnya.

Berdasarkan pengintaian Liam selama beberapa bulan ini, latar belakang Salvatore cocok menjadi consigliere. Maka dari itu, aku meminta Liam untuk menawarinya posisi tersebut. Sayangnya kandidat paling unggul itu menolak dengan alasan masih ingin meniti karier dengan tangannya sendiri dan tidak ingin menjadi kubu siapa pun.

“Apa kita harus menggunakan cara lama?” tanya Liam melalui sambungan telepon ke nomor Spencter yang saat ini bersamaku di arena latihan menembak yang dimiliki kastil Benigno Davidde alias mendiang pemimpin klan Davidde terdahulu. Ketika kedudukannya diwariskan kepadaku, sudah menjadi otomatis kastil yang terletak di tengah hutan ini menjadi milikku. Omong-omong, Spencter menghidupkan pelantang sehingga aku bisa mendengar Liam bicara.

Perlu kau ketahui, sebagai seorang pemimpin, aku tak pernah berbicara melalui telepon secara langsung kepada anak buah-anak buahku. Kecuali dengan istri, keluarga, atau para sahabatku. Itu kulakukan sebagai upaya preventif. Berjaga-jaga siapa tahu ada yang menyadap nomorku dan digunakan untuk hal berbahaya. Lebih-lebih di situasi rawan seperti ini. Aku tak ingin mengambil risiko sekecil apa pun.

Well, aku memang sudah memegang kartu As Salvatore yang dapat digunakan untuk menekan pria itu agar mau menjadi consigliere. Namun, berhubung suka dengan pembawaannya yang memiliki prinsip layaknya pria sejati, aku jadi tak ingin melakukan cara kotor. Pria seperti itu amat langka. Lagi pula aku juga memiliki alasan lain.

MR. MAFIA AND ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang