Prolog

903 144 11
                                    

Seluruh tubuhku seperti mati rasa. Pening pekat menyerang kepalaku. Nafasku tercekat. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku. Bahkan untuk menggerakkan satu jaripun aku tidak bisa.

Penglihatan ku mulai kabur. Aku mulai kesulitan bernapas. Apa aku akan mati?

Rasa takut hinggap kepadaku. Aku belum mau mati. Aku belum siap. Aku masih muda.

Tolong siapapun itu tolong aku. Selamatkan aku, bawa aku ke rumah sakit.

Di saat seperti ini, aku teringat kepada Tuhanku setelah lama aku melupakan Tuhanku. Bolehkah aku meminta padanya meskipun aku melupakan Tuhanku. Tapi siapa lagi yang akan menolongku kalau bukan Tuhanku. Aku meminta kepada Tuhanku. Meminta pada Dia untuk menyelamatkan ku. Meminta pada Dia agar tidak mencabut nyawaku. Berikan aku kesempatan.

Aku mohon Tuhan, tolong aku. Aku berjanji aku akan menjadi manusia yang semakin dekat denganmu.

Aku menangis seperti anak kecil. Wajah kedua orang tuaku, mulai muncul di mataku. Rena, adik perempuanku juga ada dalam penglihatan ku. Keluargaku.

Apakah ini salam perpisahan ku dengan mereka. Aku pun mulai pasrah. Mana mungkin Tuhan akan menolongku. Memangnya aku siapa? Kenapa aku membutuhkan Dia saat ini? Tidak tahu malu kau Rendi.

Aku orang yang lalai. Dulu aku selalu lupa untuk bersujud padanya. Begitu asing dengan agamaku sendiri, begitu jauh dengan Tuhanku. Kini, aku sendirian. Merasa menyesal, takut dan ada rasa harap Tuhanku menolongku meskipun aku bukan hambanya yang baik.

Allah, tolong aku. Rintih ku penuh rasa permohonan yang kuat dan rasa pasrah yang begitu tinggi. Karena aku merasa hanya keajaiban Tuhan yang bisa menolongku saat ini. Aku menangis setelah sekian lama aku tidak menyebut nama Tuhanku.

Aku terus menyebut nama Tuhanku, berharap dia mendengar doaku. Berharap dia menolongku.

Aku tidak mau mati sendirian disini. Di jalan yang sepi dan dingin. Apakah jasadku bisa di temukan. Apakah membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menemukan jasadku. Apakah ada orang yang lewat ketika sudah hampir tengah malam seperti ini?

Jika Engkau menolongku aku akan melakukan perjanjian denganmu. Aku akan berjanji akan menjadi orang yang lebih taqwa kepadamu. Aku akan sholat lima waktu bahkan sholat sunnah akan aku kerjakan. Beramal baik, menyantuni anak yatim. Sesuatu yang akan membuat Tuhanku senang.

Aku akan berjanji kepada Tuhanku jika ada orang yang menolongku. Aku akan berlaku baik padanya. Jika itu wanita tua atau pria tua. Aku akan menganggap dia seperti orang tuaku. Jika dia laki-laki muda aku akan menganggap dia saudaraku. Jika perempuan dan seorang wanita muda yang menolongku, aku akan menikahinya. Selama dia masih lajang.

Aku menangis tersedu-sedu. Apakah Tuhanku akan mengabulkan pintaku? Mengabulkan doa hambanya yang sudah lupa pada-Nya. Aku mulai memejamkan mataku. Karena tiba-tiba mataku begitu berat. Tapi indera pendengar ku masih berfungsi dengan baik. Ada seseorang yang memanggil.

"Tuan, apa anda tidak apa-apa?" Ucap suara asing menanyakanku.

Apakah ini mimpi? Tapi suaranya begitu jelas di telingaku. Aku berseru lega.

Akhirnya, Tuhanku mengabulkan doaku. Aku tidak pernah sebahagia ini dalam hidupku. Aku tidak pernah seberuntung ini. Aku bahkan menangis karena saking bahagia nya. Aku sekuat tenaga membuka kedua mataku untuk melihat malaikat penolongku. Malaikat yang di kirimkan Tuhanku untuk menolongku.

Dia seorang wanita. "Tolong saya." Kataku padanya. Bisakah dia mendengar perkataanku.

"Ayah, dia masih hidup." Teriaknya. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Wajahnya tertutup. Aku hanya bisa melihat kedua matanya. Tapi dari matanya aku lihat dia begitu senang ketika aku tahu aku masih hidup.

Seorang laki-laki berdiri di sampingnya. "Allahu Akbar, Ayah telepon rumah sakit dulu." Katanya seraya menjauh dariku.

"Tuan, bertahan yaa. InsyaAllah ambulan akan segera datang." Katanya padaku.

Aku mengamati wanita di depanku yang berbicara padaku. Dia seorang malaikat yang dikirimkan Tuhan padaku. Bukan hanya malaikat tapi juga seorang bidadari.

Bidadari bercadar.

"Sepertinya akan memakan waktu lama jika menunggu ambulan datang. Sebaiknya kita bawa saja ke rumah sakit." Kata pria itu berubah pikiran. Wanita bercadar itu mengangguk. Setuju dengan ucapan ayahnya. Laki-laki itu lalu membuka pintu dan mengeluarkan tubuhku dari dalam mobilku.

"Amira, Kamu jaga dia di belakang."

Amira, namanya adalah Amira.

"Terima kasih." Kataku lirih ketika pria itu menggendong tubuhku.

"Sama-sama nak. Sesama manusia saling tolong-menolong." Kata laki-laki itu.

Terima kasih Tuhan, terima kasih sudah menolongku. Aku tidak akan mengingkari janjiku pada Mu.

❤❤❤

Cerita Baru, semoga Suka:)

Sumenep, 20 Agustus 2022

Part lebih awal di Post di Karyakarsa setelah itu baru di Wattpad🙏

Nazar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang