Bab 3 : Ta'aruf

278 69 3
                                    

Aku berdiri mengetuk pintu yang rumah yang sederhana ini. Tapi halamannya cukup luas. Bahkan ada banyak tumbuhan dari buah dan sayur di depan rumah atau di samping rumah. Gerbang rumah nya terbuka jadi aku masuk saja. Tapi rumah nya terlihat sepi.

Mengucap salam dan mengatakan permisi belum ada jawaban. Tirai di balik jendela kaca tersingkap. Menampilkan gadis yang memakai mukena dan masih sempat menutup wajahnya.

"Wassalamu'alaikum. Cari siapa ya Mas?" Tanya nya yang lupa kepada wajahku sedangkan aku tidak lupa dengannya. Kami berbicara dengan dibatasi jendela. Aku tahu, dia melakukam itu berjaga-jaga kalau aku berniat buruk padanya.

"Nama saya Rendy, saya adalah orang yang ditolong kamu sama bapak kamu. Maksud kedatangan saya untuk bertamu." Jawabku sopan.

Mata Amira memicing dan guratan di sekitar matanya mengkerut pertanda dia sedang tersenyum dan kaget karena aku sekarang berada tepat di depan rumahnya.

"Masya Allah jadi Mas yang kecelakaan itu. Alhamdulillah Mas sudah sembuh ya." Katanya senang.

"Iya Alhamdulillah." Kataku tersenyum dan masih berdiri saja. Seperti berbicara dengan orang yang berada di dalam sel penjara saja. Ini sampai kapan berbicara seperti tahanan seperti ini.

"Maaf Mas Rendy, Abi saya belum datang dari Masjid ummi dan adik saya sedang ke luar. Sebentar lagi datang. Saya tidak enak kalau memasukan Mas Rendy ke  dalam rumah. Sedangkan di rumah tidak ada orang. Semoga saja Mas Rendy nya mengerti. Silakan tunggu di luar dulu ya Mas, saya sebentar lagi keluar." Izinnya panjang lebar. Menjelaskan nya dengan rasa panik takut dikira dia tidak bisa menjamu seorang tamu dengan baik.

"Oh iya tidak apa-apa saya mengerti saya tunggu di luar saja." Jawabku. Akhirnya aku duduk di kursi kayu di teras rumah mereka. Menunggu Abi dari Amira atau menunggu Amira yang mungkin mengganti mukenanya dengan pakaian sehari-harinya. Siapa yang datang terlebih dahulu dari mereka.

Selang beberapa menit yang datang bukan kedua nya tapi ummi dan adik laki-lakinya. Aku berdiri dengan kikuknya. Mereka menatapku dengan heran. Adik laki-lakinya menatapku dari atas sampai bawah. Kalau dilihat-lihat dia masih SMA mungkin seumuran dengan adikku Rena.

"Maaf, anda siapa?" Tanya adik laki-lakinya.

"Apa ada perlu dengan suami saya?" Tanya ummi dari Amira.

"Ah, iya perkenalkan nama saya Rendi maksud kedatangan saya ke rumah ini mau berterimakasih dengan suami ibu yang sudah menolong saya sewaktu saya kecelakaan." Ibu tersebut kaget serta mengangguk paham dan memberikan senyumannya padaku begitu juga dengan anak laki-lakinya. Mereka langsung bersikap ramah padaku.

Bersamaan dengan itu Amira datang dari pintu rumah sedangkan Abi nya datang dari pintu gerbang.

Amira pun menjelaskan kembali kepada Abi nya siapa aku dan menyambut kedatanganku dengan hangat dan ramah. Mereka menyambut ku dan menyuruhku untuk masuk ke dalam rumahnya.

❤❤❤

"Wah, nak Rendy aslinya lebih ganteng ya. Waktu itu tidak sadar karena situasinya yang tidak berpikiran seperti itu." Kata Pak Rendy yang tertawa renyah.

Aku di temani oleh ibu dan adik laki-lakinya yang bernama Faris. Amira tidak ikut menemani. Jadi, kami mengulang kembali kejadian itu dan menanyakan tentang kesehatan tubuhku.

"Alhamdulillah saya sehat kembali. Saya mungkin sudah mati kalau tidak di tolong bapak dan Amira. Saya berhutang budi sama bapak dan sekeluarga. Terimakasih sudah menolong saya." Kalimat yang ingin aku ucapkan sejak beberapa hari yang lalu. Belum puas rasanya jika aku tidak mengatakan langsung kepada orangnya.

Nazar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang