2

1.9K 163 22
                                    

"Kenapa? Kau berubah pikiran? Jangan membuang waktuku lebih lama kalau tidak mau."

Sakusa Kiyoomi, pria ikal berbadan kekar itu kini tengah menyilangkan tangan di depan dada. Matanya memandang rendah pada pemuda biru yang beberapa menit lalu ngotot menukar sepatu baru, bersimpuh di lantai mendongak melas kepadanya.

Mereka sedang ada di salah satu bilik toilet mall. Suara langkah kaki orang keluar masuk membuat Tobio ragu. Sungguhkan dia harus sampai melakukan semua ini? Tapi memangnya ada jalan lain?

Perlahan dengan ragu Tobio mulai mengangkat kedua tangannya untuk membuka resleting Kiyoomi. Terlihat celana dalam bertulis Calvin Klein, Tobio berhenti dan menelan ludah.

"Oh apa kau putri keong? Lakukanlah lebih cepat, aku ada urusan setelah ini." geram Sakusa seraya menatap jarum jam di pergelangan tangan.

Si raven pun mengulum bibir, sambil menutup mata ia mengeluarkan aset Kiyoomi dari balik celana dalam. Belum apa-apa pipi dan telinga Tobio memerah, tangan dan tubuhnya bahkan sampai gemetaran.

Sebelah alis Kiyoomi terangkat. 'Apa ini yang pertama untuknya?' Kepalanya sedikit miring karena menerka-nerka. Namun tak lama ekspresi penasarannya berubah menjadi raut ketertarikan.

Tobio mendekatkan muka, tangannya membentuk seperti sebuah cincin yang mengitari penis Sakusa. Mulai menggerakkan naik turun, mengocok agar batangan itu menjadi bangun tegak berdiri.

Perlahan-lahan matanya terbuka. "!!" Seketika wajahnya berubah menjadi merah padam dan berkeringat dingin. "I-ini tidak akan muat.." cicitnya. Secara tidak langsung berkata kalau milik Kiyoomi panjang dan besar.

"Aku tidak akan mengatakannya lagi. Lakukan sekarang atau lupakan soal sepatu."

Mata Tobio beralih dari memandang batang Sakusa menjadi menatap matanya. Lelaki cantik itu pun segera mendekat, membuka mulutnya, dan

"Fuckh!"

Kiyoomi menggeram dengan kepala yang reflek mendongak keatas. Sensasi lembab, sempit, panas, dan becek kini tengah menyelimuti kepala penisnya.

"Mbhh.." Tobio dengan muka semerah tomat menggenggam penis Sakusa seperti sebuah eskrim, mengemut ujungnya sekuat yang ia bisa. Lidahnya menggeliat di dalam mulut, menyapu lubang kencing dan menekan-nekannya.

Brakk

Tangan kanan Sakusa menggebrak dinding toilet di samping. Giginya mengerat tak percaya dari wajah sepolos itu bisa membuatnya sangat kenikmatan hanya dalam kuluman awal.

Jemari panjangnya mulai menyisir ke rambut si raven. Mencengkram sampai empunya merintih dan memekik, kemudian menekan kepalanya semakin rendah.

"Mbhhh nghh.." Alis Tobio terangkat sayu, menatap keatas dengan genangan air di pelupuk mata.

Dia tersedak saat penis Sakusa berpindah dari rongga mulut menuju kerongkongan, meski begitu ia tidak muntah ataupun mundur.

"What a good boy. Kau cukup baik menelan penis ya? Katakan, kau menyukainya? Penisku yang besar dan panjang di tenggorokanmu."

"Hhkk hkk mbhh" Tobio tak bisa berkata-kata tentu saja. Air matanya mulai meleleh dan ia hanya pasrah saat tangan Sakusa memaksa kepalanya untuk naik turun.

Mulut Tobio terasa nikmat, namun tenggorokannya jauh lebih-lebih. Sakusa berkali-kali menggeram dan mengeluarkan napas memburu. Liur Tobio yang keluar dari mulut meleleh membanjiri bola kembar dan paha dalamnya menghantarkan sensasi merinding.

Lelaki manis itu benar-benar terlihat kacau sekarang, rambutnya, matanya yang sembab bagai anak anjing, hidungnya yang memerah lucu, dan bibirnya yang tersumpal. Hentakkan Sakusa telah mengacaukan isi otaknya.

Beberapa kali hentakan sampai sang pria ikal pada akhirnya klimaks. Tobio melotot dengan dorongan yang bahkan tak perlu susah-susah ia telan. Air matanya semakin banyak dan berkaca-kaca.

"There you go.." Sakusa mencabut diri dan membiarkan Tobio terduduk di lantai sambil terengah. Lelaki manis itu terbatuk beberapa kali sampai sebuah tangan mencupit dagunya.

Safir biru dan obsidian kelam sekali lagi terpaut. Dengan jempolnya, Kiyoomi menghapus bulir air mata di pipi Tobio. Sorot mata gelap itu memancar aneh, seperti tatapan seekor singa yang tengah menandai kijang mangsanya.

Tak ada percakapan apapun lagi, Sakusa bangkit berdiri dan lebih dulu keluar dari bilik. Tak berselang lama Tobio juga cepat-cepat berdiri, mencuci muka, dan keluar.

.

"N-nani?" bibir Tobio terbuka.

Seorang pria berponi miring tersenyum lembut. "Ya tuan, ada lagi yang bisa saya bantu?"

Tobio menggeleng. "Tidak kau pasti salah.. Aku sudah melakukan kesepakatan pada manajermu untuk menukar satu sepatu, tapi ini kenapa kau memberikanku banyak kotak beserta sepatu-sepatu lain di dalamnya?

Pegawai toko ber-name tag Shirabu pun mengangkat alis bingung. "Manajer? Saya adalah manajer toko ini, Tuan."

Mata Tobio terbelalak. Ia lantas menggelengkan kepala. "Tidak-tidak, manajer yang satu lagi. Yang tinggi dan rambutnya ikal."

Shirabu menerka sambil melihat ke langit-langit. "Tidak ada manajer seperti itu di sini Tuan, juga setiap toko hanya memiliki satu manajer dan di sini adalah saya.."

Mulut Tobio menganga. Lantas tadi dia menyepong siapa? Orang random ngaku-ngaku? Sial. Pria manis itu menjambak rambutnya sendiri. Matanya mengedar melirik ke sana kemari.

"Nah itu!! Pria itu! Dia mengaku-ngaku manajer di sini!!"

Suara Tobio yang cukup kencang membuat Sakusa dan pria paruh baya di hadapannya jadi berhenti berbincang dan menolah. Ia pun menatap datar Tobio yang mengacungkan jari telunjuk padanya.

"Aa tuan tuann!" Shirabu cepat-cepat menurunkan lengan Tobio dengan raut panik setengah mati. "Tolong jangan membuatku dipecatt.. Dia bukan manajer, dia Sakusa Kiyoomi-sama, pemilik toko sekaligus mall inii"

Sekujur tubuh Tobio membeku seperti es. "S-sakusa?" Netranya perlahan melihat pada kotak brand sepatu yang tercetak jelas logo SKS. Semua menjadi sedikit masuk akal, alasan mengapa aura pria ikal itu sangat berbeda dan mencekam. Dia bukan orang sembarangan.

Marga Sakusa dari keluarga besar Itachiyama memang terkenal sebagai jajaran konglomerat dan 5 orang terkaya di Jepang. Hanya saja karena mereka bukan selebriti ataupun aktris, wajah mereka jarang terpampang di media, sehingga wajar kalau Tobio tidak mengenali Kiyoomi hanya dari mukanya.

"Apa ada yang bisa ku bantu?"

Bariton dari belakang membuat bulu kuduk Tobio meremang. Shirabu lekas membungkuk santun sedikit cemas karena atasan pusatnya datang langsung.

Netra Kiyoomi masih tak berpaling dari si biru yang memungginginya.

"T-tidak.. Terima kasih banyak.." Tobio berbalik sekilas untuk membungkuk.

Kening Kiyoomi mengernyit ketika melihat Tobio mengeluarkan kotak-kotak sepatu lain dari dalam paperbag besar yang sudah dia sediakan. Pria bertubuh kecil itu benar-benar hanya mengambil satu kotak yang adalah tujuan dia datang.

Setelah kepergian Tobio dari toko, Sakusa dibuat tak mengerti. Lelaki manis itu rupanya sungguhan orang yang jujur dan aneh. Jelas aneh karena menolak hadiah darinya mentah-mentah padahal sepatu-sepatu brand kepunyaannya mahal dan limited edition. Jarang-jarang kan bisa dapat barang branded cuma-cuma begitu. Aneh.

Kepribadian Tobio yang tidak bisa ditebak membuat Sakusa jadi menaruh rasa penasaran. 'Menarik.'





















Old Money Sh#t (Sakukage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang