8

1.4K 144 18
                                    

Ting

"Kenapa melamun Tobio?" Suna menatap pada sepupunya yang kosong. Tobio terlihat tengah memikirkan sesuatu sampai-sampai hanya mendiamkan gelas alkohol ditangannya.

Tobio tersenyum seraya menggeleng. "Tidak ada Suna-san, besok aku harus berangkat pagi. Sebaiknya aku tidur duluan."

Suna mengerjapkan mata, mau tak mau mengangguk karena belum sempat mengatakan apapun, Tobio sudah bangkit berdiri dan masuk ke kamar.

Klak

Perasaan mengganjal apa dihatinya malam ini. Kenapa tiba-tiba rasanya seperti sedang cemburu, tapi kenapa? Cemburu pada apa?

Tobio menggeleng, menepis rasa aneh yang tiba-tiba timbul dengan menenggelamkan mukanya lamat-lamat ke bantal.

Setelah beberapa saat, dia mulai mengganti pakaian. Melihat pantulan cermin mukanya merona akan betapa banyak tanda yang tertera.

"Dasar orang gila!" teriaknya dengan perasaan malu dan kikuk.

Bekas jari di pinggangnya saat Tobio raba, ukurannya lebih panjang dari pada jari miliknya sendiri. Tangan Tobio cepat-cepat berpindah menutupi muka.

Dari luar kamar, Suna yang masih lesehan di bawah menengok ke arah pintu usai mendengar teriakan si biru.

.
.
.

Aneh, sudah tengah hari namun belum ada tanda-tanda kemunculan sang presdir. Tobio berulang kali mengecek jam di pergelangan tangannya dan menatap ke arah pintu besar yang tak kunjung terbuka.

Apa Sacho hari ini tidak ke kantor?

Pertanyaan itu berulang kali muncul dibenaknya. Bahkan sampai jam kerjanya usai, pertanyaan itu masih berulang. Hingga Tobio menyerah menunggu.

"Sacho tidak berangkat hari ini.."

Lelaki blueberry itu menghela napas panjang dan bersiap untuk pulang. Di dalam lift, berhenti di lantai para pegawai beberapa orang masuk ke dalam.

Melihat Tobio, mereka jadi membungkuk. Si biru pun sedikit kikuk saat semua orang jadi tiba-tiba sopan padanya. Lantaran sebelumnya mereka selalu sinis dan menatapnya seolah seonggok manusia nyasar yang tak pantas kerja di sini 

Isu kedekatan antara bos dan sang asisten rupanya menyebar dengan cepat dan cukup menghebohkan kantor. Bagaimana tidak jika presdir tampan tajir melintir yang mereka kenal sangat dingin bisa berbuat hal konyol seperti kemarin di rapat.

"Kageyama-san, bagaimana harimu? Kalau butuh sesuatu bisa kabari aku saja."

"Kageyama-san apa mau makan yakiniku bersama-sama? Tidak perlu khawatir kami yang bayar "

Tobio mengerjapkan mata, apa-apaan lagi sifat mendadak baik dan cari muka ini.

"Aa tidak aku langsung pulang saja.. Mungkin lain kali.."

Setelah pintu lift terbuka, Tobio keluar dan pulang. Rasanya sepi juga kalau tidak ada kelakuan rempong Sakusa. Lagi-lagi dirinya menghela napas di perjalanan.

.
.
.

"Tidak datang lagi?"

Tobio mendengus dari satu hari kini jadi satu minggu. Kemana perginya orang ribet itu secara tiba-tiba? Tanpa sadar bibir Tobio sedikit mengerucut.

Bosan hanya seorang diri di ruangan Sakusa, Tobio pun turun mengambil air di dapur yang secara tak sengaja bertemu dengan Hoshiumi sang cleaning service.

"Yo Kageyama-san, kenapa melamun?"

Tobio menengok ke samping seraya tersenyum. "Tidak ada.." Keduanya hening dan fokus pada kegiatan masing-masing sampai sebuah pertanyaan muncul.

Old Money Sh#t (Sakukage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang