6

1.6K 155 22
                                    

"Kau mau kemana?"

Sakusa menatap Tobio yang hendak meninggalkannya. Lelaki kecil itu melihat ke pintu keluar sebelum kembali mendongak. "Anō, saya akan menunggu anda di parkiran.."

"Memangnya kau sudah makan malam? Duduk." Dagu Sakusa menunjuk pada kursi seberangnya dengan tangan masih melipat di dada.

Bibir Tobio terbuka sejenak. Bukankah seharusnya atasan dan bawahan tidak makan di meja yang sama, ditambah jabatan Sakusa yang sangat tinggi?

Walau Tobio tidak menempuh bangku perguruan tinggi, dia orang yang punya etika dan cukup tahu diri.

"Sacho aku-"

"Mau kupecat? Duduk kubilang."

"Tidak.." Tobio menggelengkan kepala. Pemuda itu pun dengan kikuk duduk di seberang Sakusa.

Pelayan datang, menyalakan api kecil di bawah alat pemanggang. Pelayan lain menyusul, meletakkan beberapa piring irisan daging, menu bakaran lain, dan sebotol sake.

Tobio hanya duduk diam melihat Sakusa makan. Bibir dan matanya melebar tatkala sang pria ikal menuang sake. Segera tangannya menarik gelas itu sebelum Sakusa meminumnya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Sachou, kau bilang tidak minum alkohol dan menyuruhku menyingkirkannya.. Aku tidak mau dipecat kalau membiarkanmu minum."

Grep

"!!" Pundak Tobio terjengat saat Sakusa mencengkram pergelangan tangannya.

"Ini sake, beda."

Tobio mempoutkan bibir. Tangannya pun melepas gelas. Ya sudahlah, terserah Sakusa saja. Pria itu meneguk segelas lalu lanjut makan daging.

Tobio juga mulai makan tanpa menyentuh alkohol sama sekali, jaga-jaga karena dia akan menyetir pulang.

Setelah semua beres makan malam, Sakusa sedikit terhuyung-huyung jalannya masuk ke mobil. Pria itu memijit kening dan batang hidungnya ketika sudah duduk di kursi belakang.

"Agh shit.. Kenapa tadi kau tidak menyingkirkan alkoholnya!"

Tuh kan, memang resek. Tobio menghela napas. "Sumimasen, lain kali akan benar-benar kusingkirkan.."

Sakusa yang duduk di belakang mengerutkan wajah. Dia memiliki kadar toleransi alkohol yang rendah, terbukti minum lima teguk saja sudah koar-koar pusing di sepanjang jalan. Tapi sepertinya Tobio yang tidak minum alkohol justru lebih pengar karena pria ikal rusuh yang tak berhenti mengoceh di belakang itu.

"Sacho, kita sudah sampai.." Tobio menolah sejenak. Melihat Sakusa masih menggerutu sendiri, lelaki manis itu pun turun dan membukakan pintu, membantu Sakusa turun.

"Uhh.." Berat.

Tampak dari dalam mension beberapa pelayan mulai keluar hendak membantu memapah Sakusa yang kepusingan.

Ketika pria ikal itu sudah berpindah ke tangan para pelayan rumah, jari-jarinya justru masih menggenggam kelingking Tobio, "Eh sacho!" membuat si biru sedikit tergeret dan para pelayan berhenti.

Sakusa mendorong orang yang memapahnya, masih belum melepas genggaman, pria besar itu berbalik. Tobio mendongak, was-was kalau tubuh besar itu tiba-tiba ambruk.

"Sachou ka—-"

Cup

Seketika jantung Tobio berdebar runyam, darahnya terompa lebih cepat sampai-sampai wajahnya memerah padam. Bukan bibir, melainkan tepat di leher bawah daun telinga letak di mana Sakusa mengecup dirinya.

Old Money Sh#t (Sakukage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang