"Ah kau sudah siap ternyata." Sakusa yang barusan menapakkan kaki di teras rumah sebesar istana menatap lurus ke depan.
Berdiri Tobio dengan senyum lebarnya tak sabaran. Ia terlihat begitu bersemangat dan itu memancar lewat sorot matanya. Sakusa menghela napas.
Keduanya segera masuk mobil dengan Tobio yang menyetir. Sungguh senyum tak mau pudar, dia begitu menanti-nanti momen naik pesawat. Pasti menyenangkan, batinnya.
Setibanya di bandara, lelaki kecil itu mendongak seraya berusaha menyamai langkah Sakusa. Ketika melewati boarding check, kening Tobio sedikit mengerut.
"Sachoo, kita tidak membeli tiket?"
Sakusa menengok melalui ujung mata, kepala Tobio yang menyembul tiba-tiba sedikit mengejutkan jujur saja.
"I need no tickets for my own private jet."
"Ow.." Tobio berhenti sejenak memandangi punggung Sakusa. Bosnya itu ternyata memang kaya raya.
"Kenapa berhenti di situ, cepatlah jalan."
"Ha'i ha'i!!"
.
."Wahh.." Senyum Tobio mengembang, ia berjalan di belakang Sakusa sampai pria tinggi itu tiba-tiba berhenti, membuat muka manisnya jadi tenggelam di punggung yang lebih tua. "Ugh."
"Kau mau duduk di sebelah jendela?"
Tobio mengangguk-angguk semangat.
"Ya sudah sana, tapi dari luar haha"
Seketika raut keceriaan Tobio berubah mengerut. Memang menyebalkan, candaan Sakusa terdengar garing seperti bapak-bapak. "Tidak lucu." cibirnya sangat pelan.
Mereka pun akhirnya duduk dengan Tobio di sebelah jendela. Kursi pesawat yang lumayan banyak tombol membuatnya bingung, takut salah pencet nanti pesawatnya malah jalan, Tobio memilih mengatupkan tangannya di atas paha dan melihat ke luar jendela.
"Apa kau tahu, setiap tahun pasti terjadi kecelakaan pesawat terbang?"
"!!" Tobio mendecakkan bibir dan pundaknya mengerut lemas. "Sachoo.." Kedua alisnya terangkat, antara takut dan kesal disambi labiumnya mulai mengerucut. "Apa kau benar-benar perlu mengatakan hal semacam itu sekarang?"
"Who knows? Aku hanya bilang kalau pesawat mengalami kecelakaan setiap tahun, bisa parah bisa tidak."
Tobio menunduk, pesawat siap lepas landas dan gara-gara ucapan Sakusa, pemuda kecil itu jadi hilang rasa senang.
Tobio bisa melihat mereka menjauhi permukaan tanah. Pikirannya beralih tak terkendali serta dilingkupi perasaan gelisah. Tangannya bahkan sampai meremat lengan kursi terlampau erat.
"Kakak perempuanku mengatakan kalimat itu dipenerbangan pertamaku. Sangat menyebalkan bukan?"
Tobio membuka mata yang sebelumnya ia pejam erat-erat. Kelereng birunya meniti pada Sakusa yang sudah sejak tadi menatapi kegusarannya. Tangan kiri pira itu pun meraih tangan kanan Tobio, mentautkan jari-jari mereka hingga saling menggenggam.
"Kau akan baik-baik saja, itu kataku. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Sekarang lihatlah ke luar sana."
Tobio menengok, tampak gumpalan putih awan yang serupa permen kapas, begitu cantik tergambar di antara langit biru.
"Melihat sesuatu yang indah, membuat perasaan jadi lebih tenang."
Kalimat itu membuat Tobio kembali menengok ke arah sebelumnya, tak sengaja kepala Sakusa yang terlalu dekat membuat pipinya jadi landasan bibir Tobio mendarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Money Sh#t (Sakukage)
Fanfiction[Mature content 🔞] Orang kaya memiliki cara yang aneh untuk bersenang-senang. Pair: Sakusa Kiyoomi x Kageyama Tobio Slight: (??) Disclaimer: ooc, yaoi, comedy, nsfw, smutt, bdsm, kinky, drama, fluff, angst, mpreg. charas and arts aren't mine, but...