10

1.3K 133 15
                                    

"S-sembilan.."

PLAK

"Ughh s-sakit.." Tobio sedikit menggeliat, kepalanya semakin mendesak pada permukaan kasur sedang pantatnya yang tengah dipangku oleh Sakusa gemetar hebat.

"Kau mau aku mengulanginya dari awal? Hitung dengan benar."

Tobio meremat seprei serta menggeleng. Kenapa hukumannya harus seperti ini sih. Pipi pantatnya sekarang sudah memerah kebas dan perih.

PLAK

"Ahk! S-sepuluh.."

Sakusa menikmati sensasi tiap kali Tobio terhenyak akibat tamparan tangannya, katakanlah pria itu seorang sadistic. Permukaan kulit putih pucat yang sekarang tengah kemerahan itu perlahan mulai menampilkan bintik-bintik merah darah.

"Delapan belas..hiks.. Nghh—"

PLAK

Tobio mulai merengek dengan muka basah. Namun, meski sangat sakit lelaki kecil itu tidak membantah sedikitpun. Layaknya submisif sejati, Tobio seakan rela dan nurut-nurut saja.

"S-sembilan hiks belas..nnhgg.."

PLAK

"Hhkk!!" Mata Tobio mengerat dengan kepala semakin mendesak. Menahan sakit dan perih adalah hal yang sulit saat menangis. "D-dua.. Puluh.."

Sakusa berhenti, ia melihat pada telapak tangannya yang terkena sedikit percikan darah dari pipi pantat Tobio yang terluka. Pastilah sangat menyakitkan bagi si blueberry.

"Pastikan kau tidak mengulai kesalahnmu lagi, kau mengerti?"

Tobio mengangguk. Wajahnya yang masih bersembunyi di gundukan kasur dan seprei tak menoleh sama sekali.

PLAK

"Aahk—"

"Say 'yes, sir' when i talk to you."

"YES SIR!! Hiks hiks" Tobio mendongak dan menjerit lantang. Setelahnya ia kembali meratapi pantatnya yang pedih dengan menangis. Di sisi lain, Sakusa menghela napas melihat Tobio yang sesenggukan.

Grep

"Hh sach—Sakusa-san.." Tobio tak siap kala tubuhnya tiba-tiba diangkat, digendong layaknya pengantin baru oleh sang bos. Kepalanya menghimpit pada dada tegap yang ia yakini isinya otot semua. Netranya melirik ke atas, Sakusa tanpa menunduk terus berjalan maju.
"Salepnya ada di kamarku." ujarnya.

Tiba di ruangan lain masih dalam satu kamar hotel, Sakusa membaringkan Tobio ke atas ranjang. Sejenak Tobio merasa heran karena tidak ada yang spesial dari kamar Sakusa, bukan berarti jelek atau biasa saja. Namun bentuk dan interiornya sama persis, itu artinya Tobio yang cuman asisten dipesankan kamar setara dengan milik CEO besar itu, sangat aneh pikirnya.

"Ashh mhh.." Tobio meremat guling di samping, sensasi handuk basah yang tengah membersihkan titikan darah di pantatnya cukup menyakitkan, namun semuanya berkurang saat Sakusa mulai mengoleskan salep.

Wajah panik Tobio yang semula bak kucing tertekan mulai melunak santai. Sakusa yang terduduk di pinggir ranjang pun menatapi wajahnya. "Apa kau membenciku?"

"Huh?" beralih dari pemandangan pantatnya sendiri, Tobio menilik pada Kiyoomi. Terbesit kenangan di mana sebagian besar kebersamaan mereka begitu menyebalkan. Mulai dari tingkah Sakusa yang absurd, banyak mau, banyak komentar, tukang suruh, sampai yang tiba-tiba menghilang, semuanya menyebalkan. Tapi, Tobio tak bisa menemukan kebencian sedikitpun pada pria itu entah mengapa.

"Tidak, Sakusa-san.."

Ada rasa lega ketika kalimat itu didengar gendang telinga Sakusa. Ia bahkan menghela napas keras-keras seolah bebannya ikut lucut semua. Tobio yang cengo hanya mengerjapkan mata.

Old Money Sh#t (Sakukage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang