[9] Teman Baru

21 2 5
                                    

Auryn menuruni tangga dengan santai. Ia merapikan seragam sekolahnya. Setibanya di ruang makan, ia melihat ayahnya sedang menyantap sarapan seorang diri.

"Mama mana, Yah?"

"Mungkin di depan, ngobrol sama tetangga baru,"

Auryn segera duduk dan menyantap sarapan yang dibuat oleh mamanya. Sarapan pagi ini adalah nasi goreng ayam kesukaanya.

Baru saja tiga suapan masuk ke mulutnya, Auryn dikagetkan dengan kedatangan mamanya yang tergopoh-gopoh.

"Ryn cepat habisin sarapannya, Galih udah nunggu di depan,"

Auryn memasang raut wajah heran. Ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan mamanya.

"Galih siapa, Ma?" tanya Auryn sambil makan lagi.

"Tetangga baru kita?" tanya Ayah Auryn pula.

"Iya, anaknya Mbak Rosa. Namanya Galih,"

Auryn dan ayahnya kompak ber-oh ria.

"Yah, mulai hari ini Ayah enggak usah anter Auryn lagi. Mama udah bilang sama Galih buat berangkat bareng Auryn setiap hari," jelas Andini.

"Enggak mau ah Ma, ngerepotin," bantah Auryn dengan cepat.

"Lebih ngerepotin Ayah karena harus putar balik habis nganter kamu," ujar Andini.

Auryn melirik ayahnya. Memang benar, terkadang ia merasa kasihan dengan ayahnya. Jarak ke kantor ayahnya memakan waktu hampir 30 menit. Ditambah lagi ayahnya harus mengantar Auryn ke sekolah. Ayahnya pun juga selalu sampai rumah paling telat jam 11 malam.

"Tapi bener kata Auryn, Ma. Lebih baik gak usah. Ngerepotin,"

"Kata Galih gak papa, Yah. Galih juga butuh temen buat bantu dia beradaptasi di sekolah,"

Adinata diam. Ia menatap Auryn kemudian mengangguk pelan bermaksud agar Auryn menuruti keinginan mamanya.

"Ayo Ryn cepetan sarapannya, kasihan Galih udah nunggu lama,"

"Iya, Ma," ucap Auryn pasrah.

Sebenarnya Auryn sangat tidak ingin mengikuti kemauan mamanya, namun di sisi lain ia kasihan kepada ayahnya.

Nafsu sarapan Auryn sudah hilang. Ia akhirnya menyudahi sarapan paginya kemudian berjalan menuju pintu utama. Andini mengikuti putrinya dengan langkah pelan.

Setelah membuka pintu yang terlihat pertama kali oleh Auryn adalah seorang laki-laki yang duduk di atas motornya. Posisi laki-laki itu sedang membelakanginya.

Auryn menghela nafas kasar. Ini pertama kalinya ia berangkat sekolah tanpa diantar ayahnya.

Suara langkah kaki Auryn membuat laki-laki yang duduk di atas motornya itu menoleh. Ia tersenyum lebar menyambut kedatangan Auryn.

"Hai!" ucap lelaki itu dengan ramah.

Auryn mengernyit. Lelaki itu seperti sok akrab dengannya.

Auryn memperhatikan penampilan lelaki itu. Lelaki itu mengenakan hoodie hitam sehingga menutupi seragam sekolahnya.

"Lo gak boleh pakai pakaian lain selain seragam sekolah. Nanti bisa kena penalty," ujar Auryn memberikan informasi.

Lelaki itu memperhatikan hoodienya sejenak.

"Oh ini. Tenang aja, gue pake seragam kok," jawab lelaki itu sambil mengangkat sedikit hoodienya hingga terlihat seragam SMA Taraksa.

"Nanti sampai sekolah gue buka deh. Pagi-pagi gini dingin tau. Emangnya lo gak kedinginan apa?"

THE LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang