Nama : Choi Soobin
Usia : 18 tahun
Status : Pelajar
Kelas : 3 - Sains
Sekolah : SMA SekangKamar : 52
Pengumuman
Sejumlah 15 penghuni yang sembuh telah dipulangkan dari asrama sehari yang lalu. Hari ini, 6 penghuni tersisa akan dipindahkan ke beberapa kamar yang kami perintahkan, yaitu kamar nomor :
41, 42, 43, 51, 52, dan 53
Petugas akan menjemput penghuni untuk di antar ke kamar baru sesuai dengan ketentuan kami.
Dimohon untuk segera mengemas barang Anda agar proses perpindahan tidak memakan banyak waktu.
Tambahan, untuk mengetahui kamar baru Anda dan informasi lainnya, silakan cek groupchat asrama.
***
Hari Sabtu yang mengawali libur panjang musim panas sudah tiba. Pagi-pagi sekali para petugas asrama isolasi menginformasikan bahwa 6 penghuni yang tersisa akan dipindahkan ke kamar yang lebih strategis. Hal ini bertujuan agar jarak antara kamar tidak terlalu jauh dan mempermudah petugas untuk menjangkaunya.
Setiap penghuni telah mendapat jatah kamarnya masing-masing dan pagi ini para petugas sibuk membantu proses perpindahan yang tentunya akan diawasi dengan sangat ketat.
Satu orang pindah setiap satu jam. Tentunya memakan waktu yang sangat lama, hingga semuanya benar-benar selesai setelah 6 jam berlalu.
Penghuni yang terakhir dipindahkan ke kamarnya adalah Choi Soobin, seorang pelajar SMA kelas akhir bertubuh tinggi yang agak pendiam. Tepat setelah pindah, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, berguling ke kanan dan ke kiri, mengecek kualitas kasur untuk dibandingkan dengan kamar sebelumnya.
Tak lama kemudian, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Soobin mengecek pesan masuk tidak penting yang ternyata berasal dari groupchat asrama.
Sementara pesan masuk paling terakhir dalam history chat-nya adalah pesan dari ibunya yang mengirimkan stiker penyemangat setelah penerimaan hasil rapor kemarin.
Kodratnya, sebagai murid kelas 3 SMA, Soobin harus menghabiskan waktu untuk belajar demi menempuh ujian kelulusan dan ujian masuk Universitas. Namun, pandemi dadakan yang menjungkirbalikkan hidupnya ini telah sukses membuatnya menjadi anak pemalas.
Soobin pasrah pada takdir, dan merasa dunia sepertinya sudah sangat hancur. Jadi menurutnya, tak ada gunanya lagi belajar.
Dan tentu saja, hari ini ia akan menonton anime Jepang. Serial favoritnya yang sedang ditonton sudah mencapai 197 episode untuk hari ini. Sambil merebahkan diri di kasur, memakan keripik kentang, dan menatap layar laptop, Soobin masih sempat berbincang dengan ibunya melalui telepon.
"Kudengar kau pindah kamar, Soobin?"
Soobin memeluk gulingnya sambil merengut. "Ya. Banyak penghuni yang pulang kemarin jadi hari ini penghuni yang tersisa dipindahkan ke kamar yang lokasinya strategis."
"Kalau begitu kau juga harus cepat sembuh dan pulang ke rumah."
"Aku juga ingin segera pulang tapi sepertinya kondisiku semakin parah."
"Ckckck, pasti kau susah makan, ya! Makan yang banyak! Mama selalu kirim uang di rekeningmu untuk pesan makanan, loh."
"Rasanya tidak mood sekali untuk makan. Rasanya hambar. Dua hari terakhir ini aku sering muntah. Aku ingin makan masakan mama."
"Astaga, Soobin. Baiklah, mau makan apa nanti malam? Nanti mama kirimkan ke asramamu."
"Apa saja, asal masakan mama."
***
Malam akhirnya tiba. Hujan musim panas yang menemani aktivitas sangat lebat malam ini. Soobin menutup pintu balkonnya dan hanya memandangi air hujan yang terus jatuh, dengan dihias pemandangan hutan di kaki gunung. Tangannya mengambil satu sendok kuah dari mangkuk mie udon bikinan sang mama dan menyeruputnya.
Rasanya sangatlah hambar dan Soobin tidak kuat untuk menghabiskan satu porsi. Akhirnya, ia pergi ke kamar mandi dan membuang sisa mie udonnya ke lubang kloset, sesuai dengan peraturan yang dicetuskan oleh pihak asrama.
Namun, masalah terjadi. Sudah menekan tombol flush berkali-kali, bekas makanan itu tetap tidak mau hanyut. Akhirnya Soobin mencoba menyiramnya dengan gayung, namun justru membuat air di dalam kloset semakin menggenang tinggi, bersatu dengan sisa mie udon.
Soobin jengkel, tentunya juga panik. Ia langsung segera menghubungi petugas untuk mencari bantuan. "Halo, klosetnya tersumbat. Bagaimana cara mengatasinya?"
Namun yang menjawab justru jawaban otomatis. "Seluruh petugas telah pulang. Anda dapat menghubungi petugas lagi pada hari Senin. Apabila ada hal yang darurat, segera hubungi kantor pusat."
Soobin sempat mengumpat pelan, ia kesal karena baru sadar bahwa ini hari Sabtu dan para petugas pasti baru saja pulang untuk menikmati hari Minggu. Untuk bisa menghubunginya lagi, Soobin harus menunggu hingga hari Senin.
Akhirnya, malam itu, ia mengabaikan apa yang terjadi di toilet. Setelah menjalani malam yang sangat menjengkelkan, Soobin kembali membuka laptop dan melanjutkan tontonan tadi siang, sambil menyantap keripik kentang favoritnya, membiarkan bekas makanan yang menumpuk di lubang kloset membusuk dan dihinggapi oleh serangga.
Di tengah aktivitas menonton, suara dentuman yang sangat besar tiba-tiba terdengar dari bawah. Bahkan Soobin sampai merasakan lantai yang dipijaknya bergetar.
Karena cukup panik, Soobin pergi ke balkon, dibawah hujan yang agak reda. Kepalanya menengok ke balkon bawah, balkon kamar nomor 42. Namun, terlalu sulit untuk mengeceknya. Hingga tak lama kemudian ia mendapati sebuah pesan masuk dari seseorang.
YJ
Halo, apa kau adalah Choi S?ackerman
Ya, benarYJ
Aku penghuni kamar 41. Apa kau juga dengar suara dentuman itu? Dari kamar 42.ackerman
Ya, aku mendengarnya. Suara apa itu?YJ
Aku tidak tahu. Tapi, semua petugas sudah pulang, 'kan?
Based on Soobin's true story
(TXT VLIVE, 25 July 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
QUARANTINE | txt
FanficKelima remaja laki-laki positif COVID-24 menguak sebuah misteri di asrama isolasi ketika menyadari hanya tersisa mereka disana. ! short story